MDIMH - 37

104K 6.9K 638
                                    

Kalau ada typo,tolong dikoreksi^^

|HAPPY READING|











5 bulan kemudian....

"Udah puas tidurnya?" tanya Zila datar pada El yang baru saja sadar dari komanya setelah 5 bulan.

Sedangkan El duduk bersandar di kepala brankar, hanya memandang Zila dengan bingung.

"Kenapa diem, udah lupa sama aku?" tanya Zila saat melihat  El hanya menatapnya bingung.

"Bagus deh kalau beneran lupa. Emm, karena kamu lupa sama aku, aku mau balik ke Australia lagi ya. Bye..." lanjut Zila sambil melambaikan tangannya kepada El.

Saat akan berbalik dan berjalan keluar, tangan Zila lebih dulu dicekal oleh El.

"Kamu mau ninggalin aku lagi?" tanya El sambil menarik Zila ke dalam pelukannya.

"Lepas ih. Anak aku kegencet ini," ujar Zila kesal saat perutnya yang buncit terasa tertekan karena pelukan El yang erat.

El yang belum menyadari kehamilan Zila hanya mengerutkan keningnya bingung, "Anak apaan?"tanyanya.

"Nih, anaknya Jaehyun," jawab Zila ketus sambil menunjuk pada perutnya setelah dirinya berhasil melepas pelukan El.

El mengikuti arah tunjuk Zila, mulutnya menganga saat melihat perut Zila yang buncit. Kenapa ia baru sadar dengan perut Zila, padahal sejak tadi Zila bersama dirinya.

"Kamu nggak papakan sayang, maafin papi kamu yang nggak ada akhlak ini ya," kata Zila dengan mengelus lembut perutnya.

"Sejak kapan kamu hamil?" tanya El yang setelah selesai dari rasa terkejutnya.

"Sejak kamu nampar aku," jawab Zila menyindir kejadian saat malam kelam itu.

El diam, dirinya kembali mengingat pada malam dimana ia melakukan kesalahan yang sangat besar pada istrinya hanya untuk membela wanita dimasa lalunya.

"Maaf," ucap El yang menundukkan kepalanya.

"Aku nggak mau maafin," sahut Zila dengan tangan yang mencomot buah apel yang sudah ia potong di atas nakas.

El menatap Zila sendu, dia sadar kalau dirinya salah dan tidak pantas untuk mendapat maaf dari istrinya. Tapi,apa istrinya itu tidak ingin memberi satu kesempatan lagi pada dirinya untuk memperbaiki semuanya.

"Maafin aku, aku benar-benar minta maaf sama kamu. Aku tau kalau aku salah, tapi aku mohon, kasih aku kesempatan untuk memperbaiki semua kesalahan itu," ujar El sambil menggenggam tangan Zila.

"Kamu tau kak, kesalahan terbesar seorang laki-laki itu ketika dia melakukan kekerasan kepada perempuan. Walaupun itu hanya sebuah tamparan dipipi, tapi rasa sakitnya nggak cuma dipipi doang kak, tapi ini juga sakit," jelas Zila sambil menunjuk dimana letak hati berada.

"Maaf, aku minta maaf karena udah berani tampar kamu. Sekarang kamu boleh tampar aku sesuka kamu, asal kamu mau maafin aku," ucap El dengan menampar pipinya menggunakan tangan Zila.

Zila menarik tangannya paksa. Apa-apaan suaminya ini, kalau dia mau menampar pipinya yang silahkan. Tapi, jangan pakai tangan istrinya juga, kalau ginikan yang sakit bukan cuma pipi suaminya saja, tapi tangannya juga ikutan sakit.

"Aku akan maafin kamu dengan beberapa syarat," kata Zila sambil meniup telapak tangannya yang terasa panas.

"Apa?" tanya El antusias.

"Gampang kok syaratnya. Syarat pertama, kamu janji sama aku jangan ngulangin kesalahan itu lagi. Kalau kamu sampai ngulangin lagi, aku nggak akan segan-segan bikin kamu gila," jawab Zila sambil duduk diatas paha suaminya.

Mr. Lecturer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang