MDIMH - 27

85.3K 6.8K 1K
                                    

Kalau ada typo tolong dikoreksi^^

Dengarkan lagu diatas. Lagu yang mewakili perasaan Zila saat ini.

|HAPPY READING|

Tidak ada gunanya mempertahankan sesuatu yang telah lepas dari genggaman kita.

~MDIMH Quotes~













"Kamu apain Mira, AZILA?!" tanya El membentak Zila.

Zila hanya menggelengkan kepalanya, "Aku nggak apa-apain dia."

"Jangan bohong kamu." El kembali meninggikan suaranya.

"Aku nggak bohong, hiks," bantah Zila yang dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya dan tubuhnya sudah bergetar hebat.

El menatap Zila tajam, kemudian pria itu mengangkat tubuh Mira yang sudah tergeletak lemah untuk dibawa ke rumah sakit.

"Aku benar-benar kecewa sama kamu," ucap El sebelum pergi meninggalkan Zila yang tubuhnya sudah luruh di tengah tangga.

"A-aku ngga apa-apain dia, hiks," lirih Zila sambil menatap kosong kepergian El.

🍁🍁🍁

El sedang duduk di depan ruangan dimana Mira sedang ditangani oleh dokter. Dirinya masih tidak percaya bahwa Zila bisa melakukan hal sejahat ini.

Setelah hampir satu jam, dokter yang menangani Mira keluar dan berjalan menghampiri El.

El bangkit, "Gimana dok?" tanyanya.

"Maaf Pak, kami tidak bisa menyelamatkan janin yang Ibu Mira kandung," jawab dokter itu dengan nada bersalah.

El mundur beberapa langkah, dirinya terkejut mendengar bahwa bayi yang Mira kandung sudah tiada. Tanpa aba-aba dirinya berbalik dan berjalan dengan cepat untuk keluar dari rumah sakit.

El masuk ke dalam mobilnya, dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Pikirannya saat ini hanya tertuju pada Zila, perempuan yang sekarang ia anggap sebagai pembunuh bayi yang tak berdosa.

Tak berselang lama, mobilnya sudah berhenti di depan rumah. Ia langsung keluar dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumah.

El membuka pintu dengan kasar matanya menatap sekeliling rumah.

"AZILA!" bentak El yang melihat Zila masih berada ditangga dengan pandangan kosong.

Zila yang sejak tadi hanya diam dengan air mata yang terus mengalir tersentak kaget mendengar bentakan El.

"Kamu-,"

Zila bangkit, ia langsung memotong ucapan El, "Apa? mau nyalahin aku lagi?"

"Sekarang puas kamu udah bunuh bayi yang nggak berdosa?" tanya El dengan nada tinggi.

"Aku nggak pernah bunuh siapapun, jalang itu udah jebak aku!" teriak Zila dengan air mata yang terus mengalir.

Plak

Zila memegangi pipinya yang baru saja ditampar oleh suaminya sendiri, ia menatap tak percaya ke arah El.

"Kakak berani nampar aku?" tanya Zila menggelengkan kepalanya.

"Aku nggak akan nampar kamu kalau kamu nggak berkata kasar tentang Mira. Aku tau kamu marah sama aku, kamu nggak suka sama Mira. Tapi, jangan jadi orang bodoh hanya untuk melampiaskan kemarahan kamu itu," jelas El.

"Kamu udah bunuh bayi yang bahkan belum lahir ke dunia, Azila, dan ya, tamparan aku ke kamu itu ngga sebanding sama rasa sakit yang dialami Mira saat tau kalau dia keguguran," lanjut El dengan pandangan penuh kecewa.

Mr. Lecturer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang