/23/ PNT

587 93 10
                                    

Warning: TYPO everywhere!!

Kabar duka menyelimuti keluarga Kim.

He-Ran dan Hana kehilangan sang ibu untuk selama-lamanya bahkan tuhan tak sempat memberikan ia waktu untuk membuat kata-kata perpisahan dengan sang ibu sebab saat ia dan kakak sampai sang Ibu sudah tak tertolong seperti yang dikatakan pihak rumah sakit yang menangani sang Ibu yang menderita kondisi cukup parah akibat kejadian tabrak lari itu.

Iya, sang ibu menjadi korban dari kecelakaan tabrak lari. Ibu dan Ayah mereka saat itu hendak mengunjungi mereka namun saat di perjalanan pulang, ibu mereka memutuskan untuk singgah sebentar di sebuah cafe untuk membeli sebuah kue sebagai oleh-oleh untuk kedua putrinya namun saat setelah keluar dari cafe dan hendak menyeberang ke mobil suami di seberang jalan beliau ditabrak oleh sebuah mobil hingga menyebabkan dirinya mengalami luka yang cukup parah.

Hana memeluk sang adik yang meraung-raung dalam tangisnya. Sebagai sosok yang lebih tua dia harus bisa terlihat lebih kuat demi menguatkan sang adik juga. Ayah mereka hanya bisa terdiam, berusaha menerima kenyataan yang ada jika dia di tinggal belahan jiwanya untuk selama-lamanya. Ia menangis dalam diam.
Hatinya sakit apalagi melihat kedua putri mereka yang masih sangat muda dan sebenarnya masih sangat membutuhkan sosok ibu mereka. Tapi Tuhan berkata lain. Semua tannggung jawab itu kini ia harus pikul sendiri.

Ayah He-Ran kini membawa kedua putri mereka kedalam pelukannya.

"Maafkan appa, tak bisa menjaga eomma kalian.. maafkan appa anak-anak"
Ucap ayah mereka.

He-Ran dan Hana menggeleng.

"Ini bukan salah mu appa"
Ucap He-Ran.

Malam yang berat di jalani keluarga itu penuh duka.

.
.
.

"Eomma..? Kau memasak?"
Ucap Jimin sedikit terkejut menemukan sang ibu bergulat di dapur merupakan hal yang langka apalagi di dapur nya. Selama ini sang ibu uang juga merupakan Wanita karir itu jarang sekali memasak. Jimin bahkan sempat mengira jika sang ibu tak terlalu pandai memasak namun saat melihat deretan lauk di atas meja ia berubah pikiran.

"Eoh.. eomma membawa bahan-bahan semua ini untuk memasak untuk mu"
Ucap wanita bernama Hyomin itu.

"Jinjja? Wah tapi ini terlihat terlalu banyak jika hanya untuk kita berdua"
Ucap Jimin lalu mengambil tempat duduk di meja makan itu.

"Eomma terlalu bersemangat untuk memasak untuk mu"
Ucap Ibunya.

Jimin mulai menyuap sesendok ke dalam mulutnya.

"Bagaimana?"
Ucap Ibunya.

"Enak.. aku tak tahu eomma seahli ini memasak"
Puji Jimin.

"Syukurlah kau suka"
Kata ibunya.

"Makan yang banyak ya.."
Ucap ibunya.

Jimin senang, setelah sekian lama bahkan saat sang ibu dan Ayahy masih bersama ini adalah perlakuan paling hangat dari sang Ibu untuknya. Mungkin karna dulu sang ibu terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga Jimin merasa terabaikan.

"Ngomong-ngomong apa suami eomma tahu eomma akan menginap?"
Ucap Jimin.

"Eomma akan mengabarinya"
Ucap Hyomin.

"Apa kalian bertengkar?"
Ucap Jimin.

Ibunya menggeleng.

"Jangan khawatir, ayah sambung mu sangat baik pada eomma. Kami saling menyayangi dia juga tidak keberatan untuk eomma menemui mu. Eomma hanya ingin menghabiskan waktu dengan mu. Karna kau satu-satunya putra eomma"
Ucap Hyomin.

PLAYER'S NEXT TARGET✓|PJM (COMPLETED-END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang