Hana melihat dua orang disana. He-Ran bahkan seperti terbiasa dengan Jimin sekarang. Saling berpelukan. Tanpa tersirat penolak dari keduanya.
Ia memilih kembali ke dalam rumah.
"Apa yang ingin kau bicarakan?"
Ucap He-Ran.Jimin melepas pelukannya.
"Kita cari tempat untuk duduk dulu?"
Ucap Jimin.He-Ran melihat sekitar. Lalu membawa Jimin ke arah bangku taman di samping terasnya.
Ketika duduk Jimin hanya diam untuk beberapa saat.
"Bicaralah.. aku akan mendengarkan mu"
Ucap He-Ran.Jimin melihat kearahnya.
"Aniya, bukan hal penting"
Ucap Jimin."Kau sedih"
Ucap He-Ran.Jimin diam beberapa saat melihat kearah He-Ran yang memandangnya penuh minat. Nampak He-Ran benar-benar ingin mendengar keluh kesahnya tapi tetap tidak mau memaksanya.
"Aku hanya merasa aneh saja.. tak lama lagi kedua orang tua ku akan benar-benar punya kehidupan baru.."
Ucap Jimin."Aku takut dilupakan... Memikirkannya membuat ku merasa gelisah. Selama ini ku pikir aku baik- baik saja. Tapi, aku sadar sejak menikah ibu ku sudah lebih jarang punya waktu sekedar melihat ku, apalagi ayah ku"
Ucap Jimin."Geunyang... Aku merasa sedih karena merasa diriku menyedihkan"
Ucap Jimin."Kau bisa bicara dengan mereka tentang apa yang kau rasakan saat ini. Kita tidak selalu bisa mengharapkan orang tua kita akan peka dengan apa yang kita rasakan jika kita selalu memutuskan untuk diam dan menutupi diri"
Ucap He-Ran."Tak perlu, seharusnya aku sudah terbiasa dengan ini.. sebagai namja aku tak perlu harus sesentimentil ini"
Ucap Jimin."Lakukanlah sesuatu jika kau merasa tidak baik-baik saja. Jangan paksa dirimu terus Jimin"
Ucap He-Ran."Kau memang dewasa He-Ran ah.."
Ucap Jimin sambil tersenyum."Aku hanya berpikir logis. Aku sebenarnya tak suka terluka... Maka dari itu sejak dulu aku selalu jujur pada diriku sendiri.. siapa yang akan membuat ku bahagia jika bukan diriku sendiri?"
Ucap He-Ran.Jimin mengangguk.
"Apa kau tak suka jika orang tua mu menikah lagi?"
Ucap He-Ran."Aku senang mereka bahagia, lagipula tak ada yang bisa di harapkan untuk kami bertiga berkumpul lagi.. aku harus lebih dewasa dan mencari kebahagian ku sendiri"
Ucap Jimin."Kau akan selalu jadi sumber kebahagiaan mereka, teruslah bahagia dan semua akan baik-baik saja.. "
Ucap He-Ran.Jimin tak sekalipun minat berpaling ke arah lain selain sosok He-Ran di sisinya. Gadis yang kini hanya memakai celana pendek diatas lutut berwarna putih yang tenggelam karna sweater coklat besar yang dipakainya juga rambut hitam kecoklatan sebahu itu, entah kenapa penampilan He-Ran yang santai khas rumahan menjadi pemandangan He-Ran yang lain yang ia sukai. Entahlah sejak dirinya sadar jika He-Ran menarik perhatiannya.. sejak saat itu tak pernah sekalipun gadis ini tampak biasa di matanya. Melihatnya selalu mengagumkan. Ia bahkan tak ingat jelas kapan dia bisa jatuh hati pada He-Ran mungkin?
"Wae?"
Ucap He-Ran saat sadar Jimin sudah cukup lama memperhatikannya tanpa berbicara."Mata mu.. yeppo "
Ucap Jimin."Ehemmm..."
He-Ran sedikit tersedak rasanya."Belakangan ini kau tak sering memakai kacamata mu"
Ucap Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYER'S NEXT TARGET✓|PJM (COMPLETED-END)
FanfictionMenjadi target selanjutnya dari seorang Park Jimin yang sebelumnya merupakan mantan sang kakak, bagaimana Kim He-Ran menghadapi ini?