/7/ PNT

792 121 6
                                    

"Karna sekali itu karna rasa penasaran.. dan jika kedua kali itu artinya aku benar-benar merasa tertarik padanya"
Ucap Jimin.

He-Ran mengambil langkah mundur guna memperlebar jarak.

"Satu hal yang pasti, bahwa perkataan yang keluar dari mulut pria playboy seperti mu satupun tak bisa di percaya".
Ucap He-Ran.

"Aku paham aku tak semenarik itu di mata mu, dan aku tak kecewa karna fakta itu.. itu artinya aku aman dari mu".
Ucap He-Ran.

Jimin hanya menaikkan alisnya sambil bergidik bahu, entah setuju atau tidak dia tak memberi tanggapan pasti pada kata-kata He-Ran.

"Aku lapar, sebelum pulang kau temani aku makan dulu".
Ucap Jimin lalu berlalu begitu saja mendahului He-Ran.

Di sebuah restoran yang menyajikan sajian yang kebanyakan menu itali Jimin dan He-Ran disana. Jimin memakan makanannya dengan tenang sedang He-Ran masih diam tak menyentuh sepiring spageti itu.

"Kau tak makan makanan mu?"
Ucap Jimin.

He-Ran tak menjawab, ia mulai melihat sekeliling. Beberapa orang melihat mereka. Kebanyakan dari mereka adalah orang dewasa dengan setelan formal bahkan beberapa wanita menjadi dress.

"Ya! Apa kau harus datang kesini saat masih memakai seragam sekolah seperti ini?"
Ucap He-Ran.

"Wae? Kita sama-sama bayar untuk makan disini. Lagipula aku sangat lapar dan disini adalah salah satu tempat favorit ku"
Ucap Jimin santai.

He-Ran tak terkejut jika Jimin bisa makan di tempat ini hanya ingin mengisi perut usai berlatih basket, tempat berbintang lima yang kebanyakan melayani kalangan atas pasti Jimin salah satunya. Keangkuhannya lelaki ini juga salah satunya karena ia dari keluarga kaya.

"Kita bisa bungkus makanannya dan makan di rumah saja kan? Aku tak seperti mu, aku terlalu malu untuk makan di sini dengan pakaian seperti ini"
Ucap He-Ran.

"Shireo.."
Ucap Jimin.

"Kenapa kau keras kepala.. jika kau tak mau yasudah aku akan pergi.. ponsel ku bisa kau kembalikan saja besok"
Ucap He-Ran.

Baru berdiri He-Ran berhenti karena mendengar kata-kata Jimin.

"Aku benci makan sendiri.. Kajima"
Ucap Jimin.

He-Ran duduk kembali.

"Aku akan tetap pergi jadi lebih baik kau makan makanan ini di rumah"
Ucap He-Ran.

"Di rumah tidak siapapun.. aku tinggal sendiri.. disana juga aku akan makan sendirian"
Ucap Jimin.

He-Ran terdiam.

"Kau mungkin tak percaya. Wae? Apa aku terlihat seperti anak manja yang di kelilingi kemewahan dan dikasihi orang tua?"
Ucap Jimin.

"They divorced "
Ucap Jimin.

"Orang tua ku"
Lanjut Jimin.

He-Ran menelan ludah.

"Ya! Kenapa kau ceritakan itu padaku?"
Ucap He-Ran.

"Karna kau belum tahu kan? Hampir satu sekolah tahu tentang itu..."
Ucap Jimin.

"Ya! Itu karna aku tak mau mengurusi kehidupan orang lain"
Ucap He-Ran.

"Kau sudah tahu sekarang.. masih tega meninggalkan ku makan di sini sendiri?"
Ucap Jimin.

"Lalu, bagaimana selama ini kau makan? Jika kau tak suka makan sendiri?"
Ucap He-Ran.

"Apa gunanya semua perempuan yang dekat dengan ku? Tentu saja mereka menemani ku makan seperti ini.."
Ucap Jimin santai.

He-Ran tertawa miris.

PLAYER'S NEXT TARGET✓|PJM (COMPLETED-END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang