AGAIN - 20

81 36 8
                                    

Ara membuka laptopnya yang sudah dia letakan di atas kasur. Malam ini dia akan maraton drakor on going yang baru sempat dia tonton sekarang.

Di kasurnya sudah banyak berbagai macam cemilan yang akan menemaninya malam ini.

Pintu kamar Ara terbuka memperlihatkan wajah Leya yang sangat kusut seperti kanebo kering.

"Ada tamu gak di undang" sindir Ara.

"Brisik lo!" balas Leya kesal.

Ara memutar bola matanya jengah, "Kenapa?"

"Kesel banget gue!"

"Kenapa?"

"Mobilnya mogok tadi!"

"Kenapa?"

Leya menatap Ara tajam. Kesal dengan pertanyaan Ara yang hanya menjurus ke pertanyaan yang tidak bermutu.

"Hahaha sini sini duduk" Ara tertawa seraya menepuk-nepuk kasur sebelahnya.

"Kok bisa mogok?" tanya Ara.

"Gak tau" jawab Leya sembari menghedikan bahunya.

"Dasar!" ucap Ara menoyor kepala Leya.

"Lo nonton apa?" tanya Leya yang sedang sibuk membuka bungkus cemilan.

"Drakor"

"Ya gue tau itu drakor! Maksudnya judulnya apa?"

"True beauty" jawab Ara yang sudah fokus menonton.

"Artinya apa?" tanya Leya.

"Apa coba?"

"Benar cantik" jawab Leya mantap.

"Kecantikan sejati Leyaaa"

"True kan artinya benar, beauty artinya cantik. Jadi harusnya artinya benar cantik dong!" ujar Leya tak terima.

"Nilai bahasa inggris lo berapa sih?!" Ara gemas sendiri dengan Leya yang pura-pura bodoh atau memang dia bodoh.

"Lima"

"Pantes!"

"Pantes apa?"

"Pantes bego!" balas Ara sarkastik.

"Emang lo berapa?"

"Gue ya satu lah!"

"Nilai lo maksudnya ih!"

"Tiga" balas Ara enteng.

"Lebih bego!"

"Bodoamat yang penting cantik"

"Gak nyambung!"

"Kayak hubungan gue sama dia" celetuk Leya asal.

"Dia siapa?"

"Bu-bukan siapa-siapa" jawab Leya terbata.

"Oh jadi gitu sekarang gak mau cerita lagi, oke fine!" ucap Ara pura-pura merajuk.

"Gue suka sama cowok"

"Ya iyalah suka sama cowok, kalo sama cewek di kira lesbi lo!"

"Bodoamat lah gak jadi cerita!" Leya mengerucutkan bibirnya kesal.

"Eh iya-iya sorry. Buruan cerita"

"Jadi gue suka sama cowok ini udah lama" Leya mulai bercerita.

"Terus" Ara memotong ucapan Leya.

"Dengerin dulu!" Leya memukul lengan Ara pelan.

"Iya-iya"

"Sekitar 5 tahun gue suka sama dia. Awalnya gue cuma kagum sama sifat dia yang menghargai cewek banget. Dia tipe cowok yang penyayang, perhatian, semua sifat baik ada di diri dia. Perasaan gue yang awalnya hanya rasa kagum lama kelamaan berubah jadi rasa suka. Gue gak tau apakah perasaan gue ini salah atau enggak. Gue mau ngungkapin perasaan gue ke dia tapi gue takut kalo perasaan gue di tolak. Singkat cerita, dia waktu itu cerita sama gue. Katanya dia juga udah suka sama cewek dari dulu. Gue yang awalnya hampir menyerah jadi bangkit lagi saat dia ngomong gitu. Gue kira dia juga suka sama gue, tapi gue salah. Dia malah suka sama cewek lain. Hati gue pas denger dia ngomong gitu rasanya sakit banget, gue sampai nggak bisa ngomong apa-apa selain bengong. Sekarang gue sadar kalau perasaan gue hanya bertepuk sebelah tangan. Bahkan untuk dia melihat ke arah gue kayaknya nggak bakal mungkin. Gue bingung harus apa Ra. Tapi gue akan tetap pertahanin perasaan gue buat dia, walaupun perasaan gue nggak terbalas. Gue tau, lo pasti mikir gue bodoh karena merjuangin orang yang bahkan nggak tau perjuangan gue. Tapi inilah gue, gue bakal terima semua resiko yang gue dapat saat gue milih untuk pertahanin perasaan gue. Gue tau kalo gue udah berani jatuh cinta gue juga harus siap patah hati. Gue terima segala konsekuensinya walaupun hati gue sakit." Leya terus bercerita dengan air mata yang terus mengalir tiada henti, hatinya terasa tercabik-cabik saat mengutarakan semua perasaan yang dia pendam selama ini.

Ara juga mulai menitikan air matanya, dia ikut merasakan sakit yang Leya rasakan. Kalau Ara yang di posisi Leya pasti dia nggak bakal kuat untuk hadapin semuanya sendiri. Ara pasti akan memilih menyerah sebelum berjuang daripada menyakiti hatinya.

Ara memeluk Leya yang menangis sesenggukan. Mengelus punggung gadis itu pelan mencoba menenangkan.

"Gue nggak tau kalo lo ngerasain perasaan sesakit ini Le. Soalnya lo nggak pernah cerita sama gue kalau lo lagi suka sama cowok. Lo wanita hebat, wanita kuat. Gue yakin lo pasti bisa lewatin ini semua." ujar Ara menenangkan.

Ara melepas pelukan mereka dan menyodorkan tisue kepada Leya.

"Nih lap dulu ingus lo"

"Thanks" balas Leya singkat.

Ara menganggukan kepalanya.

"Gue malam ini nginep ya" ujar Leya.

"Iya. Sana mandi dulu, lo bau!"

"Enak aja!" balas Leya seraya melemparkan bantal ke wajah Ara.

Leya menyambar handuk dan mulai memasuki kamar mandi melakukan ritual mandinya.

Ara kembali melanjutkan menonton drakornya yang sempat tertunda gara-gara acara mellow tadi. Dia sangat fokus menonton drakornya sampai tidak sadar Leya sudah duduk di sampingnya sedari tadi.

"Sad boy" celetuk Leya saat dia sudah mulai paham dengan alur ceritanya.

"Mending Seojun sama gue aja" ucap Leya lagi.

"Dia yang nggak mau sama lo!" balas Ara.

"Pasti mau lah. Gue kan seleranya Seojun"

"Kalo ngomong nggak usah tinggi-tinggi! Ketabrak baling-baling pesawat baru tau rasa lo!"

"Ingat kata-kata pepatah Ra, Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang." ucap Leya sok bijak.

"Lo lucu banget deh, udah tau nggak mungkin malah mimpi hahahah" Ara tertawa seraya memegangi perutnya yang sakit.

Leya mendengus sebal, "Bodoamat!"

"Eh Ra hidung lo berdarah" Leya panik ketika dia melihat hidung Ara mengeluarkan darah yang bisa di bilang cukup banyak.

"Gapapa, gue udah biasa kok. Tolong ambilin tisue dong" ujar Ara seraya mendongakan wajahnya agar darah tidak terus keluar.

"UDAH BIASA?" tanya Leya melototkan matanya dan menyerahkan beberapa lembar tisue ke Ara.

"Hm" balas Ara singkat.

"Lo udah periksa ke dokter?"

"Udah"

"Terus apa kata dokter?" tanya Leya kepo.

"Gue gapapa. Cuma kecapean doang" jawab Ara berbohong.

"Aduhhh kalo gitu sekarang lo nggak boleh capek capek. Harus banyak istirahat pokoknya" perintah Leya tidak bisa di bantah.

"Iya nyonya" balas Ara memutar bola matanya jengah.

"Gue laper"

"Ya sana makan. Gue udah makan sama Bunda tadi"

"Ya ayo temenin ke bawah"

"Gak mau" ujar Ara.

"Gue kan tamu di sini. Masa di rumah orang lain mau ambil makan sendiri di kira ngga sopan dong nanti"

"Emang lo pernah sopan?" tanya Ara menaikan alisnya.

"Menurut lo?!" Leya mendengus sebal.

"Gak pernah."

"Nyebelin banget sih lo!"

"Iya tau gue emang gemesin"

"Nyebelin bukan gemesin!" ucap Leya sebal.

"Bodoamat."

***

Krik krik banget ga sih? Huhuhu

Vote dan komen ya cintaaa

AGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang