Chapter 18

58 4 1
                                        

Putra Mahkota Lee Gyeol adalah sepupunya. Seorang anak lelaki yang usianya sembilan tahun lebih muda dari usianya. Dia adalah anak yang manis dan penurut. Mudah bagi Shin untuk berteman dan akrab dengan anak itu jika seandainya Gyeol bukan putra mahkota dan Shin bukan seorang pangeran yang dibuang.

Mulut-mulut nyinyir di istana hanya akan menggunjingkan kedekatan mereka jika seandainya Shin sedikit bersikap ramah kepada anak baik itu. Bagaimanpun keadaan politik di dalam istana tak pernah baik. Meskipun bagi rakyat biasa, istana adalah surga dunia. Tetapi bagi Shin dan mungkin bagi Gyeol, istana tak lebih dari sebuah medan pertempuran. Dimana tak jelas siapa lawan dan siapa kawan.

Terlepas dari masalah politik dan hubungan buruk antara Shin dengan baginda Raja, ayah Gyeol, Shin tak pernah membenci anak itu. Ia sungguh menganggap Gyeol sebagai saudaranya. Jadi Shin tak pernah berniat untuk menyakiti apalagi membunuh sang putra mahkota.

Tetapi hal yang sebaliknya baru saja terjadi.

Ketika pagi itu Gyeol bangun seperti biasa. Para dayang dan kasim yang setia melayaninya telah menyiapkan pakaian dan sarapan untuknya di kediamannya di Dungungjeon, kediaman resmi Putra Mahkota.

Tidak ada yang berbeda. Pun ketika Gyeol mulai menyantap makanan yang telah tersaji di depannya. Semua berjalan lancar sampai tangan mungil itu menjatuhkan sumpit dan alat makannya, berdenting menyentuh lantai. Tubuh mungilnya yang kurus jatuh tak sadarkan diri dalam sekejap.

Dayang yang baru saja hendak meletakkan air minum dalam mangkuk minum Gyeol terkejut. Suara teriakan dan panggilan menggema di kamar sang putra mahkota.

--

Istana geger dengan kejadian yang baru saja menimpa putra mahkota Lee Gyeol. Tidak ada tempat yang tanpa kesibukan. Mulai dari para kasim, dayang, tabib, para menteri dan hampir seluruh elemen penghuni istana Joseon itu sibuk. Pun di sudut istana yang tertinggal, dimana kediaman Lee Shin berada.

"Bagaimana bisa? Seseorang meracuni putra mahkota?" Shin tak habis pikir. Siapa orang di dunia ini yang tega menyakiti seorang yang begitu polos seperti Lee Gyeol. Bahkan jika itu untuk masalah politik sekalipun. Bagaimana mungkin ada yang tega menyakiti seorang tanpa dosa sekalipun.

"Tenanglah Yang Mulia," kasim Hong mencegah Shin yang hendak keluar dari kamarnya. Berniat untuk ikut dalam kesibukan dan kegaduhan yang terjadi di istana utama.

"Jika Anda keluar sekarang. Orang-orang akan berspekulasi macam-macam. Tenanglah dan kita tunggu kabar dari Penasihat Park," cegah Kasim Hong. Ia tak ingin sang pangeran muda mengambil langkah sembrono dengan ikut terlibat dalam kegaduhan. Tanpa ada kejadian seperti ini saja, rumor buruk tentang kudeta yang dilatarbelakangi oleh Pangeran Cheonmyeong sudah santer terdengar. Apalagi jika Shin ikut campur dengan persoalan yang sedang menimpa keluarga utama raja.

"Tapi..." Shin hendak membantah ketika tangan kasim Hong meraih tangan Shin dan mencegahnya keluar dari ruang kamarnya. Lelaki itu menggeleng dengan tatapan penuh kekhawatiran dan ketakutan.

Shin menggigit bibirnya sangat keras, nyaris membuat bibirnya yang kering berdarah. Tangannya terkepal menahan emosi. Ingin sekali ia berlari ke istana utama dan bertanya pada neneknya, sang ibu suri tentang kondisi sepupunya Lee Gyeol. Tetapi apa yang dikatakan Kasim Hong benar. Jika ia bertindak apapun sedikit saja saat ini, suara sumbang akan melambungkan rumor yang mengatakan bahwa bisa saja Shin adalah dalang keburukan yang menimpa putra mahkota.

Dengan emosi yang ditahan, Shin kembali ke tempat duduknya semula. Ia berusaha mengalihkan pikiran dan perhatiannya pada apapun. Yang sialnya, tak mampu ia lakukan.

--

"Ini pasti rencana pemberontakan!"

"Benar! Siapa pula yang berani meracuni putra mahkota jika bukan pemberontak!"

The Moon and The SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang