Chapter 17

23 4 0
                                        

Mata Bibi Hwang memicing tajam. Menatap penuh selidik pada gadis muda di hadapannya. Tak ada yang berubah pada nona muda kesayangannya itu. Masih tetap cantik, manis dan sopan seperti biasa. Tetapi raut wajah dan binar di mata gadis tujuh belas tahun itu tak mampu ditutupi dari mata tajam Bibi Hwang.

"Nona mau kemana?" Tanya Bibi Hwang mencegat nona mudanya, Kim Yoojung yang hendak menyelinap diam-diam keluar dari pekarangan rumah keluarga Kim menghentikan langkahnya.

Yoojung yang terkejut dengan kehadiran Bibi Hwang terlonjak nyaris terjatuh saking kagetnya. "Bibi!" keluhnya sambil mengelus dada. Mencoba menenangkan jantungnya yang berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Kemunculan sosok pengasuhnya dari balik pohon itu membuatnya nyaris terkena serangan jantung.

"Nona mau kemana?" ulang Bibi Hwang masih penasaran. Sang majikan kecilnya itu bertingkah selayaknya pencuri. Mengendap-endap berusaha tak menarik perhatian orang-orang di dalam rumah. Sayangnya mata Bibi Hwang tak mudah ditipu.

"Ak...aku hanya ingin berjalan-jalan di depan," jawab Yoojung dengan terbata. Mendadak lidahnya tak bisa diajak berbicara dengan benar.

"Di depan mana?" Bibi Hwang tak mau menyerah.

"Hanya di depan sini kok, di seputaran pasar," Yoojung menunjuk ke arah luar rumahnya yang dibatasi pintu gerbang yang masih tertutup rapat.

"Memangnya Nona mau cari apa di pasar? Tidak biasanya Nona mau ke pasar seorang diri?" tangan Bibi Hwang terlipat di depan dada. Gayanya sudah seperti para petugas penyidik yang sedang menginterograsi seorang tersangka.

"Aku hanya ingin berjalan-jalan, Bi," tukas Yoojung sambil menggaruk dahinya yang tak gatal. Ia tak pernah pandai berbohong, harus ia akui itu. Buktinya Bibi Hwang masih menatapnya penuh curiga dan tak akan mungkin membiarkannya berkeliaran sendirian di pasar hanya untuk berjalan-jalan.

Yoojung membuang napas berat. Berbohong adalah satu hal tersulit yang tak pernah berhasil ia lakukan. Terlebih jika berbohong pada orang yang sudah mengenalnya bahkan sebelum ia bisa berbicara seperti Bibi Hwang.

"Aku hanya ingin bertemu temanku, Bi," ungkap Yoojung jujur akhirnya. Ia pasrah kalau seandainya Bibi Hwang akan melaporkannya pada ayahnya karena terlalu sering bermain di luar.

"Teman Nona?" sebelah alis Bibi Hwang terangkat. "Apakah pemuda yang waktu itu yang datang ke rumah dan bikin gaduh?"

"Bibi tahu Yeo Jingoo?" mata Yoojung terbelalak kaget. Rupanya Bibi Hwang tahu dengan siapa ia diam-diam berpergian keluar dan masih mengingat kejadian tempo dulu saat Jingoo dan temannya melabrak rumah mereka karena kesalahpahaman.

"Jadi namanya Yeo Jingoo," Bibi Hwang manggut-manggut. Akhirnya ia tahu nama pemuda yang diam-diam sering ditemui Yoojung beberapa waktu belakangan ini. Tentu ia masih ingat betul kejadian dimana pemuda itu datang marah-marah demi membela temannya yang telah mencuri uang.

Tiba-tiba Bibi Hwang tersentak. Ia menarik lengan Yoojung menjauhi pintu gerbang dan berbisik, "Nona tahu kan kalau pemuda itu berteman dengan pencuri?"

Yoojung mengangguk dan tidak membantah. Kenyataannya memang teman Jingoo telah mencuri uang Bibi Hwang, meskipun dengan alasan terdesak, mencuri tetaplah mencuri. Dan Yoojung paham betul tentang itu.

"Lantas mengapa Nona masih berteman dengan seseorang yang punya teman pencuri? Bukankah artinya ia juga sekutunya?" Bibi Hwang menyatakan kecurigaannya terang-terangan. Wanita paruh baya itu merasa khawatir dengan pergaulan sang nona muda.

"Bi, teman Jingoo memang telah mencuri uang Bibi. Ia sudah mengakuinya dan ia sudah meminta maaf atas hal itu. Tapi, bukan berarti Jingoo juga seperti temannya. Dia pemuda yang baik," Yoojung meraih tangan Bibi Hwang dan mengenggamnya erat. Berusaha meyakinkan sang pengasuh bahwa pemuda bermarga Yeo itu adalah orang yang baik.

The Moon and The SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang