Apa yang akan membuatmu bahagia?
Bagi Kim Yoojung, adalah mencintainya. Ia yang pertama kali berkata kasar padanya. Ia yang pertama kalinya menatap tajam ke arahnya. Ia yang pertama kalinya membuat Yoojung menginginkan kebebasan. Ia yang pertama kal...
Karena ini adalah fanfiction jadi sebagian cast adalah publik figur yang tidak terkait apapun dg author selain hubungan selebriti dan fans.
Jika ada kesamaan cerita, kesalahan, atau kekurangan apapun dalam cerita dimohon untuk memberikan kritik dan sarannya.
Dilarang keras mempublikasi cerita ini tanpa seijin auhtor.
Enjoy!!
-
-
Joseon, 1551 M
Suara kaki kuda yang menghentak tanah kering yang tak tertimpa hujan selama berhari-hari itu terdengar kuat dan cepat. Menerbangkan debu-debu di udara musim panas yang menyengat. Seekor kuda hitam terlihat berlari keluar dari hutan pinus yang lebat. Membelah jalanan kering dengan kecepatan di atas rata-rata. Sementara seekor kuda lainnya, yang berbulu putih mengikuti di belakangnya. Berusaha mempersempit jarak dengan sang kuda hitam yang lebih dulu berlari menuju daerah perbukitan.
Si penunggang kuda hitam yang menyadari bahwa kuda putih yang hendak menyusulnya kian dekat, berusaha memaksa kaki kuda kesayangannya itu untuk memacu lebih cepat lagi. Sebelah senyuman miring tercetak di bibir penunggang kuda putih yang menyaksikan bahwa jarak sang lawan tanding semakin melebar. Hingga kedua ekor kuda itu tiba di daerah perbukitan yang sepi, si penunggang kuda hitam akhirnya berhasil tetap memimpim.
"Kau selalu tak pernah ingin kalah, bukan?" si penunggang kuda putih yang tiba dengan kekalahan tersenyum sebelum melompat turun dari kudanya. Menghampiri si penunggang kuda hitam yang sudah lebih dulu turun dari sang kuda.
"Kau memang mengenalku dengan baik," balas si penunggang kuda hitam. Mereka berdua kemudian saling pandang sebelum melebur dalam tawa.
"Aku kalah lagi," keluh si penunggang kuda putih yang memakai pakaian latihan dengan warna campuran hitam dan biru tua. Sementara si penunggang kuda hitam yang memakai pakaian latihan warna merah tua dan hitam tersenyum lebar.
"Tentu saja. Dan kau harus menepati janjimu jika kau kalah," katanya dengan senyuman yang tak luntur di wajah tampannya.
"Tuan muda!" seruan panjang terdengar di sela obrolan sepasang sahabat itu. Seorang penunggang kuda lainnya muncul dengan napas yang terengah-engah. Kedua orang pemuda itu kemudian menoleh dengan cepat ke arah sang penunggang yang baru datang.
"Tuan muda!" panggilan itu terdengar lebih jelas ketika si penunggang kuda yang ketiga sudah berada di depan mereka. Turun dari kudanya yang berbulu kecokelatan dengan tampang lelah dan bermandi keringat. Heran, padahal kan yang berlari kudanya, mengapa malah si laki-laki berpakaian serba hijau tua itu yang tampak seolah sudah berlari begitu jauh.
"Kenapa Anda meninggalkan saya?" tanyanya sambil mendekati si penunggang kuda hitam. Sang tuan muda dari keluarga Park, Park Bogum.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.