Ini adalah hari yang dijanjikan. Raja Lee Yeol duduk di singgasananya dengan tidak nyaman. Di hadapan puluhan pejabat dan menteri kerajaan yang mengharapkannya memberikan keputusan di antara dua pilihan pendapat terkait kebijakan kenaikan pajak untuk rakyat. Untuk pertama kalinya, Putra Mahkota Lee Shin, keponakannya, anak dari raja yang sebelumnya, mau mengikuti pertemuan rutin kerajaan. Biasanya, pemuda itu memilih mengurung dirinya di kediaman Istana Timur daripada terlibat dengan politik istana. Tanpa sadar, Lee Yeol melirik Lee Shin dengan ekor matanya dan seolah menemukan dirinya di masa lalu pada diri pemuda itu.
"Yang Mulia," Kepala Kasim menginterupsi pikiran Lee Yeol yang mulai berkelana. Pria itu tersentak tapi tak menunjukkan kekagetannya di hadapan orang lain. "Putra Mahkota, para menteri dan pejabat kerajaan sudah siap untuk memulai rapat."
Lee Yeol mengedarkan pandangannya sekali lagi. Aula istana yang megah itu seperti tak mampu memberikannya keluangan untuk dapat menghirup napas dengan lebih baik. Dadanya terasa sesak dan itu semakin membuatnya gugup. Lee Yeol meremas genggaman tangannya yang basah oleh keringat sebelum ia memerintahkan, "Kita mulai rapatnya."
Setelah Kepala Kasim mengumumkan untuk memulai rapat rutin itu, Lee Yeol telah mempersiapkan dirinya untuk menyampaikan apa yang terus saja mengganggu benaknya dua hari belakangan. "Aku sudah memikirkan pendapat kalian semua," Yeol memandangi wajah-wajah pejabat dan menterinya yang tertunduk menyimak apa yang hendak ia titahkan. "Dan aku sudah memutuskan..."
Park Bogum dan orang-orang yang mendukungnya menarik napas dengan harapan besar. Semoga Baginda Raja mau mengabulkan keinginan mereka. Tapi apa yang disampaikan Yeol berikutnya menghancurkan harapan itu begitu saja.
"Aku akan menyetujui usulan kenaikan pajak yang baru yang telah diusulkan oleh Perdana Menteri Park sebelumnya."
Baik Bogum, Wonhae atau siapapun yang berharap Raja akan menolak usulan itu terkesiap kaget. "Tapi Yang Mulia, rakyat kita sedang kesusahan sekarang. Dan menaikkan pajak hanya akan menambah beban mereka," Bogum menyela. Ditatapnya sang Raja dengan tatapan nanar. Sang Putra Mahkota berusaha menahan dirinya untuk tidak bertindak lancang.
"Kenaikan pajak juga dapat untuk membantu rakyat, Penasihat Park." Bukan sang Raja yang menyela, melainkan Perdana Menteri Park yang memaksa kepala Bogum tertoleh pada sang ayah yang menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi. "Dengan pajak yang bertambah, pendapatan istana juga akan naik sehingga istana dapat memberikan bantuan yang cukup untuk rakyat yang membutuhkan."
"Lalu dengan apa rakyat akan membayar pajak mereka jika untuk makan saja mereka tidak mampu?" suara lantang Lee Shin terdengar mengagetkan semua orang yang berada di ruang aula istana tersebut. Sang Putra Mahkota yang biasanya pendiam itu untuk pertama kalinya menunjukkan kemarahannya di hadapan umum. "Apakah para penghuni istana ini begitu serakah hingga harus merenggut semua milik rakyatnya sendiri?" geram Lee Shin dengan wajah yang memerah menahan amarah.
"Putra Mahkota!" suara menggelegar milik Lee Yeol menyentakkan semua orang. Lelaki itu menatap sang putra mahkota dengan sorot tajam. "Jaga bicaramu!" bentaknya marah karena penghinaan yang dikatakan Shin dengan terang-terangan.
Shin terdiam tak ingin terpancing emosinya lagi. Peringatan dari pamannya sudah cukup membuatnya menyadari bahwa ia baru saja menghina keluarga kerajaan, artinya ia telah menghina keluarganya sendiri.
"Apapun yang kalian katakan, tidak akan merubah keputusanku," Raja Lee Yeol menatap wajah-wajah para bawahannya dengan tatapan mantap. Tak ada sedikitpun keraguan yang terlihat dari sorot mata maupun raut wajahnya yang tampak tenang. Tapi tak ada satu orang pun yang tahu bahwa di dalam hatinya, Lee Yeol berusaha mengabaikan jeritan nuraninya karena telah melakukan sesuatu yang lagi-lagi, menyakiti rakyatnya sendiri. "Sekretaris kerajaan!" panggil sang Raja. Seorang pejabat dengan seragam warna biru tua menyahuti panggilan tersebut. "Buat peraturan Raja yang baru dan tuliskan disana, bahwa mulai hari ini, pajak akan naik sebesar 30 bagian dari nilai pajak sebelumnya!"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon and The Sun
Ficção HistóricaApa yang akan membuatmu bahagia? Bagi Kim Yoojung, adalah mencintainya. Ia yang pertama kali berkata kasar padanya. Ia yang pertama kalinya menatap tajam ke arahnya. Ia yang pertama kalinya membuat Yoojung menginginkan kebebasan. Ia yang pertama kal...