Chapter 12

158 15 10
                                    




THE MOON AND THE SUN

-

-

-

Kim Yoojung

Park Bogum

Yeo Jingoo

Others

-

-

-

Cerita ini murni karya author pribadi. Sebagian besar tokoh dalam cerita adalah selebritis yang tidak memiliki hubungan apapun dengan author. Jika ada kesalahan dan kekurangan apapun mohon kritik dan saran.

Enjoy! 

-

-

Yoojung begitu terkejut ketika kakinya berhasil menapaki tangga terakhir sebuah kuil yang letaknya agak jauh dari pusat desa. Sepanjang jalan yang tadi ia lewati bersama Jingoo membuat matanya terbuka tentang betapa luas dan besarnya dunia yang ia tinggali. Setelah melewati jalanan yang ramai oleh orang-orang yang berlalu lalang, dan beberapa rumah warga serta tempat-tempat pusat keramaian, Jingoo mengajak Yoojung melewati padang ilalang kering yang begitu luas. Ia ingin sekali berhenti untuk sekedar menganggumi betapa indahnya pemandangan itu jika saja kemarau panjang tidak sedang melanda negeri ini, ilalang-ilalang itu akan tumbuh hijau dan subur, basah oleh embun dan hujan yang menyirami mereka. Dan Yoojung yakin, ia akan betah berlama-lama disana. Tapi saat ini padang ilalang itu terlihat sangat panas dan seolah akan membakar kulit putihnya jika ia bersikeras tetap berdiri disana. Jadi Yoojung berjanji pada dirinya sendiri, lain kali, jika musim semi sudah tiba, ia akan kembali ke sana dan menikmati pemandangan indah itu sendiri... atau bersama... Jingoo?

Yoojung menggelengkan kepalanya atas pemikiran yang mendadak membuatnya merasa malu. Mengabaikan rasa lelah yang ia rasakan karena berjalan kaki cukup jauh – biasanya ia selalu mengandalkan para pelayannya yang membawa tandu untuk berpergian jauh – Yoojung menikmati perjalanannya itu dengan perasaan senang. Banyak pemandangan baru yang ia lihat untuk pertama kalinya.

"Kita sampai," suara Jingoo menyadarkan Yoojung dari pemikirannya sendiri. Gadis itu menoleh demi melihat wajah Jingoo yang tersenyum sambil menunjukkan sebuah bangunan kuil yang terlihat megah.

"Kuil?" Yoojung bergumam tak menyangka dengan tempat tujuan yang dimaksud Jingoo. Ia bukanlah seorang yang terlalu relegius, tapi ia sangat sadar tentang kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa. Tapi kuil? Oh ayolah! Ia sudah sering ke tempat itu. Apakah ada hal baru disana yang tak pernah Yoojung tahu.

"Ya," Jingoo mengangguk. "Tapi kau berjanji akan mengajakku melihat sesuatu yang belum pernah kulihat sebelumnya. Dan kuil?" Yoojung mengangkat alisnya. "Untuk kautahu, aku sudah sering ke tempat ini."

"Lalu apa kau sudah pernah melihat semua hal di tempat ini?" Jingoo menyeringai. Membuat Yoojung berpikir mengapa pemuda itu terlihat menyebalkan sekaligus memesona jika menyeringai seperti itu. Oh Tuhan... sepertinya ada yang tidak beres dengan otak Yoojung.

"Tentu saja!" Yoojung menjawab dengan yakin. Tapi seringaian Jingoo tak serta merta menghilang dengan jawaban Yoojung. Pemuda itu malah menatapnya dengan tatapan lucu. Seolah Yoojung adalah pelawak atau semacamnya. "Kalau begitu aku yakin kau belum melihat yang satu ini," Jingoo, lagi-lagi tanpa sadar, meraih tangan Yoojung dan menggandengnya. Tapi kali ini tak ada kalimat protes yang meluncur dari bibir Yoojung yang tetap kaget dengan sikap spontan Jingoo yang satu itu.

Jinggo mengajak Yoojung memasuki area kuil, melewati aula persembahyangan, beberapa ruangan lain hingga tiba di halaman belakang kuil yang agak menjorok ke hutan pinus yang lebat. Dan ketika sepasang langkah Jingoo berhenti, Yoojung pun otomatis menghentikan langkahnya. Sepasang matanya kemudian membelalak terkejut dengan apa yang dilihatnya tersaji di hadapannya.

The Moon and The SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang