-TCA 4•

46 8 0
                                    

Happy reading!!

°°°

"Shakti kenapa Shera disini?" tanya Lusi pura-pura tidak tahu, sebenarnya ia tahu jika ini rumah milik Shera.

"Oh, dia tinggal disini," mendengar ucapan Shakti membuat Shera melongo.

'Anjir? Demi apa? jawaban Shakti kaya gitu?' batin Lusi lalu menatap Shera yang menggendong bayi sedang menangis, Shera membalas tatapan Lusi dengan sinisnya.

"Alen kenapa Sher?" tanya Shakti karna penasaran mengapa bayi yang di gendong Shera menangis.

'Ohh, nama bayinya Alen. Tapi itu anak siapa?' batin Lusi bertanya-tanya. Masa iya Shera hamil diluar nikah? Shera itu perempuan baik-baik dan itu tidak mungkin terjadi.

"Ya nangis lah bodoh," Shera menjawab dengan ketus lalu meninggalkan Shakti dan Lusi.

"Sebentar sayang, bunda mau bikinin susu buat Alen," ucap Shera ditengah tangga karena Alen semakin kencang, yang terdengar ditelinga lusi.

"anaknya Shera?" tanya Lusi pada Shakti dan Shakti hanya mengangguk, "pasti hamil diluar nikah, dan ga tanggung jawab."

Shakti mengangkat bahunya, "mungkin."

'please, gue ga ngerti sama Shakti. Kenapa dia bisa kaya gini? Kok jahat banget sama Shera, berasa lagi nguji pacar orang.'

Lusi langsung melihat Shera yang turun dari tangga dengan wajah yang kecewa, ia paham dengan raut wajah Shera. pasti Shera mendengar apa yang ia ucapkan tadi.

'Gue minta maaf Sher udah bikin perasaan lo sakit. Gue ngerasa ga pantes jadi perempuan, seharusnya seorang perempuan ga nyakitin hati perempuan lainnya,' Lusi menatap kepergian Shera ke dapur.

"Lus?" Shakti melambaikan tangannya di hadapan wajah Lusi yang sedang melamun.

"Eh? Kenapa?" tanya Lusi yang tersadar bahwa Shakti sedari tadi sedang berbicara padanya.

"Ngga, lo ngelamun?"

"Ngga, gue mau pulang ya," pamit Lusi kembali menggantungkan tali tasnya yang sudah terjatuh ke bahunya.

"Gue anter, dimana rumah lo?" tanya Shakti yang mengambil kunci mobilnya.

Lusi gelagapan menjawab dimana rumahnya, tidak mungkin jika ia memberi alamat Natasha. akhirnya Lusi memberikan alamat apartemen milik pamannya.

"Apartemen perliga," jawab Lusi.

Shakti langsung mengantar Lusi pada alamat yang diberikan Lusi. Apartemen milik paman Lusi tidak terlalu jauh dari kediaman Shakti, jadi tidak menghabiskan waktu banyak.

Di perjalanan mereka hanya hanyut dakan kesunyian, Lusi sangat risih dengan Shakti yang terus menatapnya.

Lusi hanya menanggapi Shakti dengan senyuman, entah mengapa perjalanannya sangat terasa lama. Apa mungkin karena Lusi tidak nyaman berdekatan dengan Shakti.

"Makasih," ucap Lusi lalu keluar dari mobil Shakti dan langsung pergi.

ia sangat ingin menghindari Shakti, tidak benar-benar tidak nyaman berada di dekatnya.

Sampai di depan unit apartemen milik pamannya, Lusi langsung menekan bel nya.

"ihh Om Aksa kemana sih," gumam Lusi yang kesal karena tidak dibukakan pintu.

Lusi terus menekan bel apartemen milik pamannya, ia ingin duduk. dan juga ia ingin menginap satu hari di tempat pamannya.

ceklek

"Vita? Kamu ngapain disini?" tanya lelaki seumuran dengan ayahnya Lusi.

"Vita izin nginep sini satu hari ya Om?" tanya Lusi langsung masuk ke dalam apartemen pamannya.

The Cool AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang