🌼┊1 ̖́-

188 29 34
                                    

Unconditional Taste





-terlalu banyak alasan agar kita tak kembali bersama.














"Gue... Kayaknya salah jurusan deh. "

Celetukan yang terdengar ketika hening itu sontak membuat dua pasang mata melotot.

"Ngaco banget!" Tanggap satu manusia yang kini memutar bola matanya kesal. Sedangkan yang satunya hanya mendengus malas.

"Serius! Atau jangan-jangan gue salah masuk sekolah juga?"

Manusia yang tadi hanya mendengus kembali melotot lalu tanpa segan menggeplak kepala si pembicara tanpa ampun. Yang di geplak otomatis melotot tak terima.

"Lo berdua pada kenapa sih?!" geramnya sembari mengelus kepalanya yang malang.

"Ya elo ngaco!"

"Sakit jiwa!"

Teriak keduanya kompak, membuat yang diteriaki hanya menghela nafas.

"Gue ngerasa gimana ya... Gue tuh-"

"Stoooppp!" teriak keduanya lagi kompak.

"Gue gak mau denger ya, lo pasti mau mengungkapkan isi hati lo yang menggelikan itu." lanjut si penggeplak dibarengi dengan anggukan yang satunya.

"Apa sih? Orang gue cuma mau bilang kangen Sanjung. "

"Tuuhhhh kaannn.. " mereka lagi-lagi kompak.

Lalu hening.

"Gini ya, Cakra," yang di panggil Cakra hanya menoleh tanpa minat.

"Lo sama Sanjung itu udah mantan, lo ngerti kan mantan?" si pembicara menggeram frustasi. Pasalnya, sudah hampir satu minggu ini si Cakra terus mengulang kalimat semacam, 'kangen Sanjung' atau 'aduh kangen banget sama Sanjung' atau lagi 'gila ya, Sanjung ngangenin banget'. Sampai-sampai ia yang mendengar ia yang muak.

"Bukan gitu, lik-"

"Bukan lik tapi Lix, pake x! Felix!"

Cakra hanya manggut-manggut.

"Bukan gitu Lix, pake x! Felix! Gue tuh-"

"Ra lo kenapa sih anjir?!" Zidan yang sedari tadi hanya menyimak ikut kesal.

"Gatau nih, pusing banget, kangen sama Sanjung."

Felix dan Zidan sedang menahan hasrat menggetok kepala Cakra.

Dan kembali hening.

Hingga kedatangan gadis ber-apron kuning khas Bayanaka membuat ketiga pemuda tadi menegak.

Zidan buru-buru menggoyangkan kaki dan lengan Cakra yang kini benar-benar lemas.

Sedangkan Cakra masih tak paham situasi. Pikirannya terbang keluar kantin.

Felix yang melihat Cakra hanya terbengong kembali geram. Dengan sigap ia menampar pelan pipi Cakra untuk menyadarkan manusia yang kini bertransformasi menjadi jelly itu.

"Jung! Sanjung!" lalu beralih memanggil Sanjung.

Sanjung menoleh, sukses membuat Cakra sesak nafas.

"Tuh sanjung tuh! Makan tuh kangen!" Felix berdiri, berniat menghampiri Sanjung namun tangannya keburu di tahan Cakra.

"Mau kemana anjir?!" Cakra kelabakan sendiri.

"Mau nyamperin Sanjung lah. Mau menyampaikan segala kerinduan saudara Cakra yang terhormat."

Felix menggoyang-goyangkan lengannya yang dicekal sementara Zidan tertawa.

Unconditional TasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang