Pelaku percobaan pembunuhan Jaksa atas nama Surya Wicaksono dikabarkan bunuh diri. Menurut laporan Kepala Rutan, Tama Sigit, pelaku berinisial BM ditemukan tak bernyawa dini hari tadi dengan keadaan menggantung menggunakan baju tahanan. Banyak yang berasumsi jika pelaku melakukan hal tersebut karena tidak bisa menerima fakta bahwa dirinya sudah dinyatakan bersalah atas percobaan bunuh diri Jaksa. "Beliau selalu berteriak jika ia tak bersalah, tapi semua bukti sudah menjurus padanya dan hakim sudah menentukan." Penuturan dari Tama Sigit di sela-sela olah TKP.
Kala itu semua media menyorot full pada kasus percobaan pembunuhan yang memakan korban seorang Jaksa terkenal bernama Surya Wicaksono.
Pelaku percobaan pembunuhan itu tak lain adalah chef tersohor yang bahkan namanya sudah dikenal hingga keluar negara. Warga Indonesia gempar seketika. Bagaimana bisa? Pikir semua orang kala itu. Terlebih fakta jika keduanya menjalin pertemanan akrab sebagai kakak dan adik.
"Palingan sirik gasih?"
"Kok ya tega banget?"
"Bagus deh, mati."
"Emang orang kayak gitu tuh gak harus hidup sih, nyempitin bumi aja."
"Lagian ya, kalaupun Jaksa Surya meninggal, untung buat dia apa? Kan beda bidang?"
"Kenapa gak di hukum mati aja? Bunuh diri terlalu gampang matinya."
"Padahal belum kena karma kan? Udah mati aja."
"Kasian Tuhan, punya hamba kayak dia."
Lorong apartment penuh dengan cemoohan seperti itu. Membuat Sanjung kecil mengeratkan pelukan pada leher mamanya. Ia tak tau apa-apa, hanya saja ia melihat mama menangis setelah menerima telepon dan mematika televisi yang Sanjung tonton.
"Kenapa masih tinggal disini? Gak mau pindah?"
"Pindah dong, nanti kita kena karma juga."
"Padahal keliatannya Pak Bumi baik ya, ternyata emang gak boleh nilai dari cover."
"Heh orang gak tau diri, pindah sana!"
Mama Sanjung diam. Menerima perlakuan keji itu dengan sabar. Toh misal ia berbicara pun semua akan tetap sama.
"Kasian banget Sanjung, bapaknya pembunuh, bunuh diri lagi,"
Sanjung mencerna semuanya. Ia tak mengerti sebenarnya, tapi mendengar nama papanya disandingkan dengan pembunuh ia kesal. Papanya bukan orang jahat, dan setahunya, membunuh orang itu jahat.
Pletak...
Sampah botol plastik mengenai punggung mamanya.
"Mama gapapa?"
"Gapapa."
"Kita mau kemana?"
"Ketemu papa."
"Papa?" Matanya membulat semangat.
"Iya, terakhir kali."
"Hah?"
Pletak...
Kini mengenai kepala Sanjung. Membuat ia menangis seketika.
"Mama sakit...."
"Jangan sakiti Sanjung! Dia gak salah!" Mama berbalik dan berteriak. Sanjung semakin menangis karena takut.
Semua orang di lorong apartment kini berbondong-bondong melemparinya dan mama dengan sampah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unconditional Taste
Teen FictionSanjung gak pernah tau kalau hubungan nya sama Cakra bisa selesai gini aja, sedangkan mereka udah bersama bahkan dari semester satu. Banyak hal yang Sanjung simpan sendirian ternyata, dan alasan besar kenapa akhirnya Sanjung mutusin Cakra salah satu...