🌼┊2 ̖́-

93 22 54
                                    

"Ketemu dulu, ketemu lagi, ketemu terus"
-si benar-benar susah move on










Cit...

Suara decitan sepatu yang beradu dengan lapangan basket.

"Pindah, Ra, pindah!" sebuah teriakan terdengar dari selatan lapangan.

Cit... Cit...

"Cakra fokus!"

Cit...

Huh... Hembusan nafas berat keluar dari hidung salah seorang pebasket yang matanya bergerak mengikuti bola.

Cit... Cit...

Prittt.... Akhirnya peluit panjang menghentikan sejenak jalannya pertandingan.

"Adirga Cakrawala!"

Seruan nyaring dari sisi selatan lapangan membuat Cakra menyerongkan badan. Dengan nafas terengah ia menghampiri Coach Kiky yang tengah melambai sembari menatapnya tajam.

"Kamu tuh ya, kenapa sih, hah?!" sambutan setelah Cakra sampai di depan coach terdengar nyaring. Cakra mengembuskan nafas berat sebelum akhirnya menyengir khas.

"Anu coach, gemeteran, belom makan," tangannya terangkat memperlihatkan gemeteran yang ia maksud.

Coach Kiky menatap Cakra dengan kesal, sudah peraturan mutlak dalam clubnya jika latihan harus dengan perut terisi tetapi murid nakal di depannya ini malah melanggar.

Tangan coach Kiky tak tahan untuk terangkat dan mendarat di perut Cakra, lalu sebuah putaran hebat Cakra rasakan disana. Wajah Cakra memelas, dengan dramatisir ia mengusap tangan coach Kiky yang masih bersarang di perutnya.

"Aduduh... Maafin coach istirahat gak sempet ngantin, tugas numpuk." Cakra menatap coach dengan memohon hingga akhirnya perutnya terbebas.

"Istirahat. Makan dulu. Kalo gak makan saya lempar kamu ke ring." satu sentilan mendarat di keningnya sebelum akhirnya coach Kiky berlalu memperhatikan siswa yang lain.

Cakra menghembuskan nafas lega lalu pergi ke sisi lapangan dimana air mineralnya ia simpan.

Tak...

Cakra yang kini asik minum mengabaikan kerikil yang terlempar mengenai bangku besi di sisinya.

Tak...

Cakra sebenarnya terganggu, tapi ia tak ingin peduli. Hingga akhirnya lemparan terakhir mengenai botolnya dan membuat ia tersentak.

"Sialan siapa tuh?!" tentu saja Cakra marah. Berani-beraninya mengganggu macan sedang minum.

Sebuah gedebug jatuh terdengar dari belakang Cakra. Dengan spontan Cakra berdiri lalu memandang awas sekitarnya.

Dahi Cakra mengernyit ketika kotak bekal berwarna pink terulur. Tidak jelas siapa yang mengulurkannya, yang terlihat hanya tangan dengan sebuah jam tangan melingkar berwarna serupa kotak bekal.

Cakra tersenyum dan mengambil kotak bekal tersebut, setelah tangan itu menghilang dengan lantang Cakra berteriak, "Makasih Sanjung!"

Membuat gadis yang tengah berlari mematung sekejap.

Dengan terseok Sanjung kembali berlari dan menyembunyikan wajah diantara helaian rambut panjangnya.

Sanjung menahan teriakannya. Ia sangat malu sekarang. Bagaimana bisa ia mengikuti ide gila Harum yang tentu saja akan menjatuhkan harga dirinya. Mau ditaruh dimana mukanya di depan admin lambe Bayanaka jika ia ke-gep? Haiss.. Sangat rumit memang hubungan permantanan ini.















Unconditional TasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang