🌼┊3 ̖́-

59 18 40
                                    

Langkah kaki yang tertinggal semakin memelan. Awalnya sepasang sepatu itu hendak berbalik, tapi netranya yang menangkap kain kuning tergeletak di depan sana membuat urung.

Dengan perlahan tangannya terulur, menggapai kain yang digadang-gadang sebagai perisainya anak tata boga. Sebuah apron lengkap dengan jejak tepung dan nametag bertulis, 'Semesta Tersanjung'.












"Semesta Tersanjung?"

Gadis bersurai hitam itu mengangguk kaku.

"Serius? Beneran Semesta Tersanjung?"

"Ih iya! Kenapa sih? Sini apron nya balikin!"

Tangan gadis itu hendak menggapai apron di tangan si pemuda, tapi lagi-lagi pemuda itu menariknya, menyembunyikan di belakang tubuhnya.

"Minta nomor WA dulu." halis si pemuda naik turun, tangannya merogoh almamater lalu menyodorkan ponsel pada Sanjung.

"Gak mau! Lo gak jelas banget, sih. Kalo gak niat balikin gak usah gini."

"Lo gak liat seberapa niatnya gue nyamperin lo demi kasih apron ini?  gue sampe muter-muter nyari manusia bernama Semesta Tersanjung."

"Gak ada yang suruh!"

"Gue yang baik hati ini sangat memahami kalo ada barang yang ilang sakitnya bukan main, apalagi ini atribut Sekolah."

"Gak peduli!"

Gadis itu hendak pergi meninggalkan pemuda aneh yang kini menatapnya horor.

"Lo beneran gak mau kasih nomor WA padahal apron ini penting banget?"

"Iya! Kenapa? Gue bisa beli baru nanti. Lagian hari ini gak ada kegiatan yang mengharuskan pake apron."

Bohong. Sanjung berbohong. Jelas hari ini ada tes kemampuan dasar memasak dan peminatan bidang. Jika tak menggunakan apron tentu saja ia akan kena hukum. Lagipula, apron tidak di jual di koperasi siswa, ia harus membeli langsung pada kepala program study Tata Boga, sangat ribet.

Pemuda itu tersenyum lalu menyusul Sanjung. Setelah berjalan bersisian ia mengulurkan apron tersebut, menaruhnya di atas kepala Sanjung.

"Lo si keras kepala. Ck. Ini, gue balikin. Kalo nanti berubah pikiran dan mau kasih nomor WA, gue ada di sepuluh Animasi Multimedia atau lapangan basket. Nama gue, Cakra."

Pemuda itu meninggalkan Sanjung yang kini bingung dengan situasi.

Sebelum tertelan koridor jurusan Tata Boga, pemuda itu berbalik dan berteriak, "Semesta Tersanjung, nama lo cantik banget!"

Sanjung memegang jantungnya yang seketika berdetak lebih cepat.

Sial. Hari pertama Sanjung sangat sial. Kehilangan apron ketika memasuki koridor jurusan lalu di kejutkan dengan pemuda yang datang membawa apronnya. Sialnya lagi ganteng banget!












"Semesta Tersanjung... "

"Kamu udah gila ya?"

Cakra menyadari semenjak tadi ia melamunkan pertemuan pertamanya bersama Sanjung, hingga lupa ia sedang bersama ayahnya.

"Hehehe.. Engga yah, Cakra seneng aja besok ada alasan ketemu mantan."

Ayahnya yang sedang mencatat data pasien mengernyitkan dahi.

Unconditional TasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang