Fall in You

174 30 12
                                    

"Terimakasih karena sudah mengantar bibi hari ini,"

Kalimat itu meluncur dari bibir seorang wanita yang usianya segera menginjak kepala lima. Tak hanya kalimat tulus, Jiyeon juga berani bertaruh kalau ada segurat kebahagiaan di wajah yang masih tergolong cantik itu.

"Jangan sungkan. Aku melakukannya untuk appa,"

Jawaban yang jujur itupun keluar dari mulutnya. Ia berharap kalau akan terdengar dingin, namun Jiyeon malah mendapat sebuah senyum hangat dari wanita yang sedang bersamanya di sebuah rumah makan sederhana.

"Maaf karena hanya mentraktirmu makan di tempat seperti ini. Nanti saat mendapat orderan besar, akan bibi traktir di tempat yang lebih baik," senyuman itu kini berubah menjadi sebuah ekspresi sungkan dan Jiyeon menyadarinya.

Jiyeon tahu kalau Minah bukan berasal dari keluarga berada seperti dirinya. Yang ia dengar, ibunya memiliki sebuah kios bunga yang tidak terlalu besar namun cukup ramai pelanggan. Apalagi sejak menjadi single parent, ibu Minah memang menjadi tulang punggung bagi keluarga kecilnya.

"Tidak apa-apa. Aku suka makan disini bersama teman-temanku. Jajangmyeon mereka sangat enak," tidak mempercayai apa yang ia lakukan setelah itu, Jiyeon merasakan ujung bibirnya naik keatas. Sedikit memang, namun semua orang yang melihatnya akan langsung tahu kalau ia sedang tersenyum.

"Benarkah? Berarti bibi tidak salah memesan makanan," kehangatan kembali terpancar di wajah wanita bermarga Bang itu.

Di saat yang sama, seorang pelayan datang membawakan pesanan mereka. "Dua jajangmyeon untuk meja enam. Selamat menikmati," ucapnya sebelum meninggalkan dua orang itu.

"Kau benar nak. Dari wanginya saja sudah sangat enak," kebahagiaan kini terpancar di wajah ibu Minah yang sebentar lagi juga akan menjadi ibu tirinya.

Di saat yang sama, senyum di wajah Jiyeon terkembang lebih lebar. Ia tak bisa memungkiri bahwa mungkin prasangka buruknya selama ini tak beralasan. Ternyata menerima kehadiran orang baru di keluarganya tidak begitu buruk.

"Kenapa kau melamun nak?"

Pertanyaan lembut itu menyentakkan pikiran Jiyeon.

"Ah tidak. Mungkin hanya sedikit ngantuk," kilah Jiyeon karena tertangkap basah.

"Kau pasti sangat lelah karena menemani bibi seharian ya? Maafkan bibi ya?" Raut sedih kini terpatri di wajah calon istri ayahnya.

Jiyeon pun menggeleng. "Tidak apa. Aku senang kok bisa ikut membantu memilihkan gaun untuk hari bahagia bibi dan appa. Tapi tadi bibi beneran suka pilihanku kan?"

"Tentu saja. Pilihanmu memang yang terbaik, makanya bibi langsung setuju," ucap ibu Minah dengan semangat.

Dua orang berbeda generasi itupun akhirnya saling melempar senyum sebelum yang lebih tua mempersilahkan makan.

"Ayo kita makan sekarang sebelum dingin,"

Jiyeon pun mengangguk dan mulai menikmati makanannya dengan lahap.

***

"Lo dateng juga," ujar Eunji saat melihat sosok lelaki seusianya kini telah didepannya.

"Udah daritadi?" Sambil mengatur nafasnya yang sedikit tersengal karena berlari, Wonho duduk di samping gadis yang tengah menikmati susu panasnya itu.

Eunji menggeleng. "Belum sejam."

"Serius? Lama donk? Kenapa gak langsung ke kafe aja sih? Disini kan dingin, lo bisa masuk angin," cerocos Wonho sambil menunjukkan ekspresi khawatir.

"Sejak kapan lo jadi bawel kaya emak-emak gini sih?" Eunji terkekeh sebelum melebarkan kedua tangannya. "Lo gak liat gue udah pake pakaian super tebal kaya gini?"

Class of the Roosters! (93line)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang