"Jadi Papa punya anak selain Kadek? Siapa Pa?"
"Bukannya Wayan kakak kamu?"
"Hm?" Kadek mengerutkan keningnya bingung. "Pa bukan itu maksud Kadek."
"Terus?"
"Papa inget cewek yang dulu nyamperin kita berdua?"
"Yang mana sayang?"
Kadek menghela napas panjang lalu menjawab. "Yang waktu itu ketemu ditaman kayaknya, Pa. Waktu itu ada yang ngaku - ngaku kan kalo Papa itu Ayah dia?"
Disebrang sana hening seketika membuat Kadek dan Citra saling pandang. Sengaja Kadek loudspeaker agar terdengar semuanya dan jelas. Hingga beberapa detik kemudian terjawab. "Iya, Papa inget."
"Itu anak Papa?"
Pria diseberang sana terkekeh kecil. "Bukan sayang.."
"Terus itu siapa Pa? Foto ini siapa?"
"Foto apa?"
Kadek mengambil foto diatas meja dan berniat untuk memperlihatkan kepada Papanya. "Pa terima video call dari aku.."
Selang beberapa detik video call mulai. Tanpa membuang waktu lama - lama, Kadek langsung mengarahkan kamera ponsel kearah foto tersebut dan memfokuskannya agar tidak blur. "Ini foto Papa?"
"Dapet darimana?"
"Dari anak yang waktu itu ngaku jadi anak Papa," ujar Kadek dengan sedikit penekanan diakhir kalimat.
Citra yang merasa disudutkan pun mengambil alih ponsel milik Kadek. "Om harus inget, Om itu Ayah saya!" sahut Citra sedikit membentak.
Idris nampak terkejut karena berhadapan dengan wajah yang tak asing. "Kamu siapa?" tanya Idris to the point.
"Saya anak Om dan Om itu Ayah saya!"
"Bagaimana bisa?"
"Ini udah bukti kalau Om adalah Ayah saya!"
Idris menggelengkan kepala. "Itu memang saya, tapi saya bukan Ayah kamu.."
"Ini udah jelas!"
Idris menghela napas panjang lalu menatap kedua bola mata Citra dengan intens dari layar ponsel. "Nama Ayah kamu siapa?"
Citra menggelengkan kepala karena tidak mengetahui hal itu. Gadis itupun tak pernah tahu nama kedua orangtua yang melahirkannya karena sejak kecil ia berada dipanti asuhan dan dirawat dengan baik oleh kedua orangtua barunya. "Saya gaktau nama kedua orangtua saya, tapi saya yakin Om adalah Ayah saya," ujar Citra putus asa.
Kadek dan Andi yang melihat kejadian itu hanya terdiam menatap Citra yang hampir meneteskan airmatanya. "Om jawab saya kalau Om adalah Ayah saya.."
Diseberang sana Idris menghela napas panjang dan bertanya dengan hati - hati. "Nama kamu siapa?"
"Citra Silviora."
Seakan memiliki mesin waktu, Idris kembali mengingat kejadian saat beberapa tahun yang lalu.
Flashback on
Isiden kecelakaan yang menewaskan sepasang suami istri dan satu orang anak selamat. Idris bisa melihat dengan jelas kejadian tersebut karena ia sedang melintasi jalan raya itu juga. Saat mengetahui insiden tersebut, Idris langsung berlari menuju TKP dan segera menelpon ambulans. Bisa Idris taksir bahwa anak tersebut memiliki usia 2-3 tahun.
Seraya menunggu ambulan datang, Idris mengeluarkan anak kecil tersebut dari dalam mobil dan mendudukkannya ditepi jalan raya. Tetapi saat ingin mengeluarkan kedua jasad tersebut, seketika mobil meledak dengan hebat. Idris kaget lantas memeluk anak yang baru berusia 2-3 tahun tersebut.
Sekitar lima menit ambulan datang membuat Idris menjadi salah satu saksi kejadian kecelakaan tunggal tersebut. Idris ikut serta dalam pengobatan anak yang digendongnya sampai rumah sakit untuk diperiksa. Setelah sampai di rumah sakit, anak tersebut langsung dilarikan ke UGD untuk diperiksa lebih lanjut, karena memiliki insting yang kuat Idris menyelipkan foto dirinya disaku anak kecil tersebut. Sebagai pertanda bahwa dirinyalah yang ingin bertanggung jawab atas kehidupan anak tersebut.
Idris menunggu dengan perasaan yang tak tenang, sebuah ponsel miliknya berbunyi menandakan seseorang menghubunginya. Dia adalah istrinya yang memberitahu bahwa anak kedua miliknya mengalamu demam tinggi dan harus dibawa kerumah sakit. Saking kalutnya Idris meninggalkan rumah sakit dan pulang kerumah untuk kembali lagi kerumah sakit tersebut seraya membawa anaknya.
Namun saat ia kembali kerumah sakit, anak yang mengalami kecelakaan tersebut sudah dibawa oleh pihak keluarganya. Idris merasa lega bahwa nyawa anak itu selamat atas insiden yang menewaskan kedua orangtua anak tersebut.
Flashback off
"Saya ingat."
Citra dan Kadek sama terkejutnya lantas membuat Citra penasaran. "Om inget kalau saya anak Om?"
Terlihat jelas Idris menggelengkan kepala. "Maaf, saya ingat kamu anak dari pasangan suami istri yang mengalami kecelakaan tunggal beberapa tahun yang lalu."
"M-maksud Om apa?!"
"Maaf Citra, saya bukan orangtua kamu.."
"Ttapi kenapa foto ini ada sama saya?"
"Foto itu saya sengaja taruh disaku baju kamu karena saya takut kamu tidak ada yang mengurusnya dan saya berniat mengadopsi kamu."
"Om jangan bercanda!"
"Kamu pikir saya bercanda?"
Citra gemetar luar biasa membuat ponsel digenggamannya jatuh dengan sempurna. Kadek yang menyaksikan hal tersebut lantas mengambil ponselnya dan mencoba menenangkan. Sambungan dari Papanya terputus begitu juga dengan keretakan ponsel milik Kadek, namun Kadek sama sekali tidak bermasalah. Kali ini yang lebih penting adalah mental Citra, gadis yang hampir membuat masa SMA Kadek hancur.
"Lo gak apa-apa Cit?" tanya Andi perlahan seraya mencoba menenangkan Citra.
Citra tak ada reaksi hanya menangis sesenggukkan. "Gue kenapa-kenapa, Ndi," ujar Citra seraya memeluk Andi dengan erat seakan menumpahkan seluruh isi hatinya. Andi yang mendapatkan perilaku tersebut lantas menyambut dengan hangat dan balas memeluk tak kalah erat.
Kadek yang melihat hal tersebut lantas merapatkan bibirnya. Entah mengapa ia merasa iba sekaligus cemburu dalam waktu bersamaan.
***
#A/N
KADEK hari ini update!! Hayuk dukung terus cerita ini ya, gakpapa silent readers asalkan kalian baca❤️
Tapi kalo khilaf pencet bintang jugaa aku sangat berterimakasih 🤗
Jangan lupa comment yukk dan menuju ending, xixi
Sampai jumpa dipart part akhir ya⚔️
KAMU SEDANG MEMBACA
Kadek [✓✓]
Teen Fiction[ S U D A H R E V I S I ] ->> Berbeda dengan versi wattpad #shskartikatamaseries [R15+] "Kadek Maharani kelas 10IPS3, anak pendiem bahkan ngomong aja ogah. Manusia batu yang selalu memikirkan dirinya sendiri dibanding oranglain, itu lo kan?" tanyan...