Setelah menutup telpon dari kedua orangtuanya, Kadek mengusap wajahnya kasar. Mamanya memarahi dengan kata-kata yang menyebalkan saat tahu foto Kadek tersebut telah sampai diponsel milik Mamanya yang sedang berada di Bali. Walaupun dengan sekuat tenaga Kadek membantah hal tersebut, kedua orangtuanya tetap was-was disana dan memaksa Kadek untuk pulang ke Bali secepatnya.
Mentari menatap Kadek dengan khawatir, biasanya Kadek akan bersikap tenang namun kali ini berbeda. "Gimana?" tanya Mentari penasaran.
Kadek menaruh ponselnya diatas meja belajar, lalu berpindah tempat menuju kasur dan terlentang disana seakan terlihat gusar. "Gue gakpapa."
Mentari mengangukkan kepalanya mengerti, mungkin belum saatnya Kadek bercerita apa yang sebenarnya terjadi belakangan ini. Sebagai seorang sahabat, Mentari tak bisa mendesak Kadek agar bercerita, karena yakin jika Kadek sudah tenang pasti dengan sendirinya akan bercerita. "Mau istirahat dulu? Kami balik ya?" tanya Mentari kembali.
Kadek refleks menggelengkan kepala. "Gue laper, kalian gak ada yang mau makan?"
Sontak kedua bola mata Sintania berbinar, jika menyangkut soal makanan, tentu saja Sintania juaranya. "Ayo makan dulu."
"Mau dimana?" tanya Nirmala yang sedari tadi menjadi pendiam.
"Seblak gimana?" tawar Mentari.
Sintania dan Nirmala menggeleng kompak. "Perut gue kepenuhan seblak dari kemarin.." ucap Nirmala.
"Lo kemarin makan seblak? Sama siapa?" tanya Sintania penasaran.
"Ahh sama Fero, kemarin dia minta temenin ketoko buku, gue ikut aja toh ngapain nolak iyakan?" ada jeda, "lagian gratis ini.." lanjutnya.
Mentari berdecak malas mendengarnya, perkiraannya memang benar jika Nirmala dan Fero memiliki hubungan lebih dari sekedar teman. Tetapi sepertinya mereka berdua sama-sama menutupinya, entah itu dari kami atau dari perasaannya sendiri.
Fokusnya kembali kearah Kadek yang masih dalam keadaan kacau. "Gimana Dek , mau makan apa?"
"Hmmm terserah."
"Kayak cewek banget ya lo."
"Hmmm setidaknya kita sama, Tar."
"Sama apa?" tanya Nirmala yang baru saja duduk saat tadi mengambil cemilan dikulkas. Kost Kadek memang cukup luas, sehingga ada kompor, tv, sampai kulkas ada. Belum lagi ditambah wifi dan AC yang selalu menyala, setidaknya tidak sia-sia begitu saja membayar mahal.
"Sama-sama galau," ucap Sintania tepat sasaran, "bener kan?"
Mentari mengangguk membenarkan karena memang Mentari galau, sedangkan Kadek juga terlihat galau. Tanpa menunggu waktu lama mereka memesan menu makanan 'ayam geprek dan boba' kesukaan mereka disalah satu cafe yang berada di Bandarlampung.
Seraya menunggu pesanan mereka datang melalui gofood, mereka berempat kembali berbincang mengenai apapun mulai dari drama korea hingga 'teman tak terlihat' milik Sintania.
Ah iya, Sintania Putri Ginanjar memanglah seorang gadis indigo yang memiliki 'teman kecil' oppa korea, sangat tampan sekali bukan jika dibayangkan?
"Oppa dimana?" tanya Nirmala dengan penasaran karena akhir-akhir ini 'oppa' yang dimaksud Nirmala tersebut jarang mengikuti Sintania lagi.
"Gue marahan sama dia."
"Hantu bisa marah juga ya?" tanya Nirmala lagi.
"Bisa, dia juga kan pernah jadi manusia, Mal."
Nirmala menampilkan giginya yang rata karena tak tahu menahu mengenai hal tersebut. Sedangkan Kadek masih menjadi gadis pendiam seperti biasanya.
Ponselnya bergetar sedaru tadi membuat Kadek mengambilnya yang ternyata pesan melalui grup whatsapp.
![](https://img.wattpad.com/cover/184154974-288-k584160.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kadek [✓✓]
Novela Juvenil[ S U D A H R E V I S I ] ->> Berbeda dengan versi wattpad #shskartikatamaseries [R15+] "Kadek Maharani kelas 10IPS3, anak pendiem bahkan ngomong aja ogah. Manusia batu yang selalu memikirkan dirinya sendiri dibanding oranglain, itu lo kan?" tanyan...