9. Perasaan Aneh

101 91 131
                                    

"Gue tim seblak!" sahut Sintania bersemangat.

Mentari menggelengkan kepala lalu ikut serta. "Gue tim mie ceker!"

Nirmala ikut menggelengkan kepalanya, merasa menyesal berteman dengan mereka berdua yang heboh memilih makanan padahal bukan mereka yang akan memakannya kelak.

Nirmala menatap Kadek yang sepertinya sedang melamun memikirkan hal berat, terlihat sekali jika raut wajahnya berubah drastis dari tadi pagi. Meskipun Kadek seorang yang pendiam, tetapi ekspresi wajahnya tak pernah seperti ini jika tak ada masalah.

Benarkah jika Kadek memikirkan pembayaran kost? Tapi bagaimana bisa? Ah Nirmala mengerti jika memikirkan tentang uang pasti akan seperti ini. Mungkinkah benar?

Tetapi untuk apa Kadek pusing memikirkan uang kost? Bukankah orangtuanya yang berada diBali sangat kayaraya? Ataukah ada masalah lain yang menimpa Kadek?

Nirmala mengernyitkan dahinya bingung harus menyikapi bagaimana lagi. Lantas ia menyikut Kadek dan mengajaknya keruang perpustakaan. "Mau ikut gue?"

Kadek tersentak kaget. "Kemana?"

"Gue mau keperpus."

Sintania sedikit terkejut. "Woi Mala lo mau keperpus? Ngapain?"

"Iya Mala biasanya anti perpus-perpus club, hahahaha." sahut Mentari seraya tertawa hingga kedua matanya menyipit.

"Lagi pengen aja, kayaknya seru."

"Apanya yang seru?" tanya Mentari.

"Kan sepi gitu seru."

"Mau ngapelin Senja ya?"

Nirmala melotot sempurna lalu kelopak matanya tak sengaja bertabrakan dengan Fero yang baru saja hendak duduk dibangkunya. "Kagak!"

"Weh santai dong, Mal."

Nirmala menarik napas dengan mata tertutup, merasa malu sekali dengan sikapnya yang seperti tadi. Mengapa kedua matanya harus bertabrakan dengan manusia batu seperti Fero? Sangat menyebalkan.

"Mau ikut, Dek?" tawar Nirmala lagi.

"Lo takut sendiri?" tanya Kadek.

"Lo gak mau nemenin?"

Kadek berdecak lalu bangkit dari bangkunya. "Yaudah ayok." ujar Kadek.

Nirmala tersenyum puas lantas ikut bangkit dari bangkunya. Tak lupa membawa handphone dan juga sosis yang berada dipinggiran tasnya yang oranglain pada umumnya mengisi minuman sedangkan Nirmala mengisi berbagai macam sosis untuk kucing yang gadis itu temui.

Sebenarnya jika Kadek ingin jujur, Nirmala adalah seorang yang sangat tidak peka dengan perasaan seseorang tetapi sangat peka jika menyangkut dunia perkucingan. Nirmala bisa nangis seharian jika kucingnya mati, atau bisa merasa bersalah beberapa jam ketika sosis yang gadis itu bawa ternyata habis  dan beberapa kucing yang gadis itu temui tidak kebagian, selembut itu hatinya.

"Dasar bucin kucing."

"Ih biarin."

Kadek berjalan menuju pintu kelas yang diikuti Nirmala dari belakangnya. Sintania dari bangkunya berteriak. "Hati-hati jangan kepojok kanan ruangan deket barisan buku penjas, ada yang serem." teriaknya.

Kadek dan Nirmala refleks menoleh kebelakang dan menatap Sintania dengan tatapan tajam seraya berteriak. "SINTANIA!!!" teriak mereka kompak.

Sintania dibangkunya terbahak mendengar teriakan tersebut, kelas yang notabene sedikit sepi itu tak mengundang perhatian yang lainnya. Ah iya mungkin hanya Rino yang sedang asik tertidur dibangunkan dengan teriakan mereka berdua. "Berisik anjim." sahutnya karena kaget.

Nirmala dan Kadek melanjutkan perjalanannya keperpustakaan yang lumayan jauh dari kelasnya. Mereka berdua akhirnya jalan bersisihan dibanding depan belakang yang terasa sangat aneh jika berjalan dikoridor.

Sekitar lima menit akhirnya mereka sampai didepan pintu perpustakaan. Sudah menjadi rahasia umum jika banyak sekali siswa dan siswi membenci perpustakaan, dan perpustakaanlah tempat orang-orang yang sibuk belajar dikarenakan hanya ruangan ini satu-satunya paling hening.

"Mal lo yakin masuk perpus sekarang?"

"Kenapa?"

"Tadi yang dibilangin Sintania, lo gak takut?"

Nirmala sedikit terdiam lalu menggeleng ragu. "InsyaAllah enggak, yuk masuk."

Nirmala masuk terlebih dahulu kedalam perpustakaan disusul dengan Kadek dibelakangnya. Setelah mereka melepas sepatu dan mengisi absen, duduklah mereka disuatu meja didekat barisan buku pojok sebelah kiri karena menghindari pojok sebelah kanan seperti yang diberitahu oleh Sintania tadi.

Perpustakaan kali ini sedikit lebih ramai dari biasanya, mungkin dikarenakan banyak sekali anak olimpiade yang belajar diperpus hari ini. Nirmala berhadapan dengan Kadek dan berkata. "Dek, lo mau cerita?"

Kadek sedikit terkejut karena Nirmala sepertinya mengetahui sesuatu tentang dirinya. "Hmm gini Mal..."

"Gimana?"

"Gue sedikit merasa aneh akhir-akhir ini."

"Karena?"

"Ini tentang Kak Andi, Mal. Gue gaktau sebenarnya gimana perasaan gue, tapi jujur sedikit merasa gimana gitu kalo Kak Andi bilang ke gue mau serius sama pacarnya yang sekarang." ada jeda "Gue heran Mal, gue kenal Kak Andi dari dulu dan lo tau itu Mal. Ntah kenapa gue merasa sedikit gak rela dengan gebetannya yang sekarang, Mal. Takut Kak Andi yang disakiti."

"Siapa?"

"Yang nanya!"

"Kadek gue serius ih..."

"Citra, Mal."

"Anak sekolah sini?"

"Dia anak kuliahan, mantan kakak kelasnya Vera SMP."

"Wait, Vera?"

Kadek menganggukkan kepala. "Lo tau apa kata Vera?"

"Gimana?"

"Dulu Vera, Citra, dan juga Kak Iqbal satu sekolah. Vera yang lebih dulu dekat dengan Kak Iqbal tiba-tiba Citra dateng dan misahin mereka berdua, ntah karena apa."

"Kak iqbal temennya Kak Andi?"

Kadek mengangguk. "Tapi Kak Andi gaktau kalo Citra mantannya Kak Iqbal."

Nirmala terdiam sebentar lalu mengangguk paham, sedikit rumit kisahnya, Nirmala mencerna semuanya sehingga dapat menyimpulkan jika Kadek takut kejadian itu menimpa dirinya dan juga Andi disaat tak ada seorangpun yang berhasil membuat seorang Kadek Maharani menjadi pribadi yang lebih ceria dari sebelumnya, sayangnya Andi tidak mengetahui itu semua.

***

#A/N

Hai guys sorry banget telat update, seharusnya update hari minggu bareng cerita SPASI. tapi aku telat. Maaf banget ya, soalnya diRL masih banyak kepentingan hihihi.
Untuk jadwal kemarin, aku update nanti malam InsyaAllah atau besok langsung double up!!
Jangan lupa vote dan comment ya biar aku semangat nulisnya hehe🖤

Kadek [✓✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang