Sebuah motor ninja berwarna merah terparkir pada area tempat makan disiang yang cerah seperti sekarang. Penumpangnya kali ini bukan gadis bernama Kadek Maharani, melainkan seorang gadis bernama Citra Silviona.
Seorang pria berbalut celana jeans dan juga hoodie andalannya memasukki tempat makan. Pria itu duduk dikursi yang telah disediakan sedangkan gadis bernama Citra Silviona duduk didepannya pas.
Sekitar sepuluh menit barista muncul membawakan buku menu dan mencatat sesuai pesanan. Mie ceker andalannya menjadi menu pada siang hari ini.
"Kok gue dipesenin ini?" tanya Citra saat pesanannya datang.
"Lo gakmau?"
"Gue kan diet Ndi, masa gue harus makan berlemak gini sih apalagi mie."
Andi mengangguk paham jika Citra adalah seorang primadona jurusan Ilmu Komunikasi dikampusnya dan dikenal dengan body goals karena menjadi model beberapa majalah.
"Yaudah pesen yang lainnya."
Citra mengangguk dan memanggil kembali barista karena ingin memesan makanan. Setelah menyebutkan satu menu, barista pergi meninggalkannya.
"Lagian lo kenapa doyan makan kie ceker? Biasanya kan cewek yang suka."
"Masa sih?"
Citra mengangguk sebagai jawaban. "Temen gue doyan banget mie ceker apalagi seblak."
"Temen mana?"
"Kelas."
"Kayaknya temen lo berarti temen gue juga gak sih? Kita kan sekelas."
Citra menepuk jidatnya karena menyadari kebodohan itu muncul dengan sendirinya. Baru beberapa kali jalan dengan Andi membuatnya lupa jika mereka satu jurusan bahkan satu kelas. "Ah iya gue lupa."
"Lo gak suka makan mantang?"
"Hm?"
"Mantang."
"Apa tuh?"
"Sejenis umbi-umbian dan rasanya enak."
"Ah iya, pizza juga enak."
"Tapi pizza gakbisa nyembuhin orang dari penyakit alzheimer."
"Mantang itu bukannya orang yang pernah kita sayang?"
"Itu mantan."
Citra terkekeh pelan disusul dengan Andi yang juga terkekeh. Cuaca hari ini sedikit lebih mendung dari biasanya, mungkin akan ada hujan lebat setelahnya. Andi sedikit menyesal tidak membawa mobil disaat cuaca seperti ini dan malah membawa motor.
"Kayaknya bakalan hujan." ujar Citra tepat sasaran seperti pikiran Andi.
Andi bergumam membenarkan. "Iya."
"Gue nanti pulangnya naik taksi aja gimana?"
"Hm?"
"Gue takut kehujanan dan baju gue basah tentunya."
Andi terdiam sebentar lalu mengangguk. "Iya gakpapa."
"Maaf ya Ndi..."
"Gue yang seharusnya minta maaf karena gak bawa mobil disaat mendung seperti ini."
"Tapi tadi terang kok, lo gak salah."
"Hmmm."
Pesanan Citra datang dan gadis itu menyantap makanannya diikuti dengan Andi yang juga menyantap makanannya. Menu mereka berdua sangatlah beda, Andi dengan menu mie ceker sedangkan Citra dengan menu burger. Sangat berbeda jauh bukan?
Setelah sepuluh menit berlalu makanan Andi habis tak tersisa sedangkan makanan Citra masih banyak. "Lo beneran gak mau ngabisin burgernya?"
"Hm?"
"Itu burgernya gak lo abisin?"
Citra menggeleng sebagai jawaban. "Enggak, gue lagi diet."
Andi mengangguk paham, Citra benar-benar menjaga tubuhnya dengan sangat baik sehingga yang melihatnya pun akan langsung tau hal tersebut. "Mau pulang?"
"Ayo."
Mereka berdua keluar dari kedai makanan dengan Citra yang melingkarkan tangannya dilengan Andi. Sesampainya didepan Andi memesankan taksi online untuk Citra mengingat jika nanti akan hujan lebat mungkin saatnya antisipasi terlebih dahulu.
Tak sampai duapuluh meni taksi online itupun datang, Citra menoleh kearah Andi. "Gue duluan gakpapa?"
"Iya gakpapa."
"Yaudah kalo gitu."
"Iya, hati-hati."
Citra mengangguk. "Lo juga jangan ngebut-ngebut ya hati-hati."
"Iya."
"Nanti malem gue chat."
"Iya."
"Setelah sampai rumah langsung kabarin."
"Iya."
"Andi..."
"Iya, Citra."
Citra mengangguk dan tersenyum simpul yang sangat mempesona siapapun yang melihatnya. Seperti malaikat sungguhan, Citra melambaikan tangan yang diangguki Andi. Gadis itu masuk kedalam taksi dan taksi tersebut melaju dengan kecepatan sedang.
Hati Andi sedikit lebih lega karena gadis yang sedang dekat dengannya sudah pasti tak akan kehujanan jika hujan datang tiba-tiba.
Tangannya masih menggenggam handphone dan mengeceknya. Tak ada balasan sama sekali dari Kadek, biasanya Kadek dengan sangat cepat membalas pesannya. Tanpa menunggu waktu lama, Andi memutuskan untuk menelpon.
Sambugan terhubung dan berdering tetapi sama sekali tak ada jawaban dari orang diseberang sana. Andi terdiam sebentar lalu mematikan sambungan tersebut, berpikir jika mungkin Kadek sedang ada ujian atau guru masuk.
***
Selepas dari perpustakaan, mereka kembali kekelas. Hari ini jam kosong akan berlangsung dan digunakan untuk membahas naskah drama yang akan dipakai saat pengambilan nilai.
Keadaan kelasnya saat ini berkelompok yang dibagi menjadi empat. Sintania, Wawan, Lutfiatus, dan juga Mentari sebaris sedangkan Nirmala, Angel, Fero, dan juga Kadek dibaris depannya.
"Jadi?" tanya Mentari.
Lutfiatus mengambil catatan buku kecil. "Voting aja gimana?"
"Gue tim fantasy tau." ujar Nirmala.
"Gue tim romance." sahut Wawan.
"Heh kok romance sih?"
"Kenapa Mal? Kan bagus tau romance tuh."
"Iya Mal bagus." sahut Mentari yang setuju dengan perkataan Wawan.
Mereka semua sibuk dengan membicarakan tema drama yang akan dibuat, sedangkan Kadek sibuk dengan pikirannya yang entah kemana. Sebuah deringan handphone membuatnya terkejut, kali ini bukan pesan melainkan telepon dari Andi yang sama seperti tadi akan diabaikan oleh Kadek.
***
#A/N
Maaf banget guys aku semalem mau upload tapi ketiduran:(( dan alhasil sekarang huhu. Telat 10jam gakpapa ya? Hehehe
Jangan lupa vote dan comment ya, jangan jadi silent readers dong, biar aku seneng dan semnagat tau huhu🖤
![](https://img.wattpad.com/cover/184154974-288-k584160.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kadek [✓✓]
Teen Fiction[ S U D A H R E V I S I ] ->> Berbeda dengan versi wattpad #shskartikatamaseries [R15+] "Kadek Maharani kelas 10IPS3, anak pendiem bahkan ngomong aja ogah. Manusia batu yang selalu memikirkan dirinya sendiri dibanding oranglain, itu lo kan?" tanyan...