Alice berbicara tanpa henti semenjak mereka berada di mobil menuju kediaman Nakamato, tampaknya gadis itu sangat antusias untuk bertemu dengan sang Kakak, dia bahkan membeli banyak makanan dan hadiah berlagak seperti terpisah antar negara, demi apa pun! And Mark just said 'anything for you, babe' lol.
"Kenapa ada mobil Papa Jung di sini?" Alice bertanya dengan alis berkerut dalam, pasalnya di depan gerbang kediaman Nakamato terdapat satu unit mobil berwarna hitam yang diduga milik Tuan Jung.
"Tidak tau, mungkin saja pinjam tempat untuk parkir, 'kan tetangga," jawab Mark sekenanya, tidak ingin menambah beban pikiran untuk masalah kecil itu.
Si mungil mengerutkan hidung, tampak tidak puas dengan jawaban yang diterima. "Halaman Papa Jung juga besar, kecuali mereka baru saja membeli sebuah pesawat untuk menempati itu, dan terdengar tidak masuk akal."
Mark tertawa atas kalimat yang Alice lontarkan, kemudian turun dan membuka pintu untuk Alice setelah memarkirkan mobil di garasi, meskipun si mungil sudah menginjak tanah lebih dulu, untuk beberapa waktu dia bukan gadis yang manja.
"Itu, apa tadi?"
"Apa?" tanya Mark bingung.
"Di kursi belakang."
Mark manggut-manggut mengerti, seolah paham kemana pikiran Alice tertuju. "We call it semongko!"
"Semangka," koreksi Alice dengan wajah sedikit tidak santai.
Mark kembali tertawa, dia mengikuti jejak Alice yang lebih dulu melangkah ke pintu utama. Seperti biasa, si mungil selalu tampak menarik meski dilihat dari belakang, dan Tuan Muda Jung tidak bisa untuk tidak tersenyum dengan itu.
Ia terlalu larut dalam keindahan makhluk bertubuh mungil yang terlihat sedikit kesusahan membawa beberapa barang, padahal tangan Mark lebih banyak menampung belanjaan mereka. Kemudian tersadar ketika tubuh yang lebih kecil berdiri dengan sedikit kaku di depan pintu.
Kerutan samar tercetak di dahi menawan Mark, dia mempercepat langkah dan hendak mengejutkan Alice. Namun, sayup-sayup suara benda yang pecah terdengar dari dalam sana, disusul dengan beberapa teriakan cukup feminim.
Mark semakin mendekat, tangannya terangkat untuk membuka pintu, sedikit tidak sabaran dengan semua hal yang terjadi di dalam sana.
"Harusnya kalian tidak perlu melakukan sejauh itu."
Sepenggal kalimat yang dilontarkan membuat gerakan Mark terhenti, itu terdengar seperti suara Atuy. Segera ia menoleh ke arah si mungil, sedikit kaget karena netra gadis itu terlihat basah dan memerah.
Apa Mark baru saja melewatkan sesuatu?
"Alice masih kecil, demi Tuhan. Kalian tidak perlu menjebak mereka dan membuat Mark menanggung penyesalan pada sesuatu yang tidak dilakukan, aku membencinya bahkan ketika dialah korban di sini."
Seakan aliran darahnya berhenti untuk sejenak, Mark menjatuhkan semangka dan mendobrak paksa pintu utama dengan beringas, urat kehijauan tercetak nyata di lehernya yang putih pucat. "Kejutan apa yang baru saja kudengar?"
Suara cukup familiar membuat semua yang ada di ruang utama menoleh ke arah pintu, ekspresinya sedikit terlihat tidak santai dengan mata nyaris loncat keluar, seperti baru saja ketahuan memalsukan dokumen Negara.
"M-mark?" Nyonya Jung tampak gelagapan tatkala anak semata-wayangnya mengeluarkan aura hitam pekat yang sangat kentara.
Sinyal berbahaya mulai menyala ketika lelaki beralis camar menatap ke arah mereka dengan mata memerah, tersirat tatapan kecewa yang sarat akan rasa sakit dalam netra gelapnya. "Apa itu benar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Cotton Candy || Mark ✔
Novela Juvenil[TERBIT] [PART LENGKAP] [Romance] [Uwu-able] - Sebuah malam yang suram, awal kisah baru dimulai dengan perjalanan hidup berubah seratus delapan puluh derajat. Perubahan itu membuat hidup Mark menjadi kerepotan yang secara ajaib memang sudah cukup re...