Alice meringis pelan ketika tubuhnya bergerak turun dari ranjang, dia tidak ingat kapan waktu yang tepat untuk mengatakan bahwa Mark benar-benar hilang kendali.
Mereka melakukannya berkali-kali di kamar itu dan berhenti ketika Alice kembali tertidur, atau mungkin lebih dari sekedar tidur, dia bangun sedikit lebih siang dan menemukan Mark berjalan ke arahnya dengan rambut yang masih meneteskan air.
"Selamat pagi, Alice." Lelaki itu menyapa dengan santai, yang lebih terlihat seperti mencoba tetap tenang ketika berbicara untuk pertama kali setelah malam panas mereka.
"Y-ya," balas Alice tidak kalah gugup, dia menarik lebih tinggi selimut di tubuh untuk menutupi bagian yang masih terlalu polos dan kembali duduk di ranjang, kemeja kemarin mendadak tidak berguna karena Mark merobek benda itu hingga kancingnya terlempar ke segala sudut.
Terima kasih banyak, itu malam panas yang sangat luar biasa, bahkan sengatan listrik semalam seakan masih mengalir di nadi keduanya.
"Itu kejam."
Ucapan si mungil membuyarkan lamunan Mark, dia mendekat dan berjongkok di atas lantai dengan lengan bertumpu pada lutut Alice yang menjuntai ke bawah. "Sakit sekali, ya? Kak Mark terlalu kasar?"
Tuhan, Alice tidak lagi membicarakan tentang semalam, tetapi pertanyaan yang begitu rupa tetap saja membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. "B-bukan itu!" katanya kesal, berusaha mengontrol wajah untuk bertahan pada ekspresi marah, meskipun diwarnai dengan sedikit polesan merah di sana. "Kak Mark bilang tidak akan pergi."
Ekspresi terlampau mesum Mark perlahan berubah menjadi sedikit lebih murung, dia menatap Alice dengan sebuah tatapan hancur. "Bukannya Kak Mark sudah bilang jika Alice tidak perlu khawatir dan tetap menjaga pola makan?"
"Itu tidak berguna, Alice ingin Kak Mark setiap hari." Gadis itu berkata pelan, suaranya sarat akan rasa sesak yang mengganjal dari dada, juga manik indah kini berkilauan dalam redup dengan cairan bening keluar dari sana.
Dia tidak berniat untuk menangis, tetapi itu terjadi ketika mengingat apa yang dilalui belakangan ini, dan memikirkan akan kehilangan Mark dalam waktu dekat cukup membuatnya frustasi, dia tidak tahu kapan menjadi begitu bergantung pada lelaki itu.
"Iya, apa pun yang Kak Mark katakan, itu akan tetap berakhir salah," katanya seraya menghapus air mata di pelupuk si mungil. "Kak Mark minta maaf, tidak, lakukan sesuatu untuk membuat Alice lega, tetapi setelah itu jangan marah lagi."
Si mungil menggeleng, bibirnya bergetar dengan air mata yang semakin gencar untuk turun menyentuh bumi, dia ingin mengungkapkan semua isi kepala dan kekesalannya pada Mark, tetapi itu tidak terasa mudah ketika tenggorokan menjadi tercekat juga dada yang perlahan semakin terasa berat.
Dia diam, tanpa ekspresi, tetapi netranya bisa memberi tahu seberapa besar kemarahan dan kekecewaan yang ditampung.
"Alice," desah Mark kacau, matanya menjadi panas ketika melihat si mungil begitu terluka. "Tolong, katakan sesuatu." Dia berujar pelan, tangannya terangkat untuk menjangkau jemari si mungil yang meremat selimut. "Kak Mark janj-"
"Tidak," potong Alice cepat, napasnya menjadi tidak teratur ketika berusaha untuk mengeluarkan suara. "Jangan berjanji jika tidak bisa ditepati, Kak Mark." Dia membawa tangan yang satu lagi untuk menyentuh wajah si alis camar dan mengapit selimut di kedua lengan. "Alice hanya ingin menyelesaikan ini, menjadi tidak jelas terasa sangat melelahkan, tidak tahu apakah kita masih bisa bersama ata-"
"Alice!"
"Kak Mark, dengar!" Dia menyalak marah, tangan yang semula membelai Mark dengan lembut kini jatuh di sisi tubuh dan mengepal kuat. "Bukannya Kak Mark sangat kesal atas pernikahan kita? Tidak apa-apa, semalam adalah hal yang seharusnya Alice lakukan sejak dulu, jangan terlalu merasa bersalah, kita belum terlambat untuk mengakhiri semua."
![](https://img.wattpad.com/cover/240934088-288-k646514.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Cotton Candy || Mark ✔
Ficção Adolescente[TERBIT] [PART LENGKAP] [Romance] [Uwu-able] - Sebuah malam yang suram, awal kisah baru dimulai dengan perjalanan hidup berubah seratus delapan puluh derajat. Perubahan itu membuat hidup Mark menjadi kerepotan yang secara ajaib memang sudah cukup re...