20. She's Come

284 44 49
                                    

Sinar keemasan menerobos masuk melalui celah-celah jendela, memberikan sengatan hangat yang nyaman pada kulit putih si alis camar, tetapi itu cukup untuk membuatnya tersadar dari tidur nyenyak semalaman.

Dia mengerjap, mencoba menyesuaikan cahaya terang yang berlabuh dalam retina, kemudian bangkit untuk menemukan ranjang mana yang menampungnya semalam. Dan sial! Dunia seperti berputar dengan hantaman keras di kepala begitu tubuhnya bergerak.

"Seperti berdiri di Pluto," komentarnya atas apa yang dia rasakan.

Aroma kombinasi freesia putih, kekayuan dan didominasi buah pir membuat lelaki itu tersentak untuk beberapa saat, seperti déjà vu, dia berpikir bahwa ini adalah mimpi, tetapi cukup nyata ketika sakit di kepalanya kian menjadi.

"Kau sudah bangun?"

Mark cukup modern dan sehat untuk percaya pada makhluk seperti hantu dan semua teman sejenis mereka. Namun, sesuatu yang berdiri di depan pintu kamar dengan sebuah senyum manis di wajah membuatnya mematahkan seluruh ideologi yang selama ini dia yakini.

Hantu itu ada!

"Aku nyata, manusia, bukan setan," kata gadis itu dengan cepat, sedikit ngeri pada pandangan Mark yang mengarah padanya seperti dia adalah salah satu mahkluk paling menakutkan di alam semesta.

"Kau?" Mark mengeluarkan suara setelah tercekat cukup lama, memaksa tenggorokannya yang kering untuk sedikit bekerja sama. "Yoora?" tanya si alis camar memastikan, karena gadis di depannya adalah orang yang sama, tetapi sedikit berbeda.

Gadis itu tersenyum kian lebar, hatinya menghangat ketika ingatan Mark masih begitu nyata tentang mereka. "Ya, Mark." Dia mendekati ranjang dengan tangan kanan memegang daun bawang. "Ini aku."

Napas Mark tertahan, aliran darahnya seperti berhenti untuk seperkian detik. "A-apa aku-"

"Tidak, kau masih hidup, kita masih hidup," potong Yoora cepat ketika melihat Mark meraba tubuhnya sendiri dan mungkin berpikir bahwa mereka berada di surga sekarang. "Kau tidak mati, dan aku juga tidak yakin jika kita akan pergi ke surga," lanjut gadis itu, tertawa canggung untuk lelucon yang dia lontarkan.

"Bagaimana bisa?" tanya Mark dengan tangga nada yang sangat pelan, bahkan denyutan di kepalanya terasa hilang dengan semua hal yang terjadi sekarang, ini terlalu tidak masuk akal untuk dimengerti.

"Aku sedang memasak dan meninggalkan nasi goreng dalam api sedang begitu mendengar suaramu." Yoora memberi tahu tanpa ada yang bertanya, wajahnya berseri cerah dengan senyuman tidak pernah pergi dari sudut bibir. "Jadi, aku akan lanjut memasak sementara kau mandi dan kita akan berbicara di meja makan," katanya, kemudian semakin mendekati Mark dan menempatkan tangan kiri di pipi si alis camar. "Aku tau ini sulit dipercaya, tetapi ini nyata, Mark. Dan maafkan aku atas semua yang terjadi."

Sentuhan itu terlalu hangat dan lembut untuk membuatnya berpikir bahwa dia berhalusinasi, sebuah anggukan pelan diiringi degup jantung yang kuat diberikan Mark untuk gadis itu.

Yoora meninggalkan Mark dengan selembar handuk yang dia keluarkan dari lemari, kemudian kembali pada nasi goreng di dapur sebelum benda itu berubah warna menjadi hitam, meskipun mungkin sekarang sudah sedikit kecoklatan.

Selepas kepergian gadis itu, Mark menghirup udara sebanyak mungkin dan mencoba untuk menetralkan detak jantung, dia terpejam dengan lengan kanan berada di pelipis. Otaknya mulai memutar semua skenario yang mungkin terjadi untuk situasi sekarang, tetapi tetap saja berakhir pada kata tidak masuk akal.

"Ini gila," kata Mark seraya bangkit secara tiba-tiba, netranya mulai menjelajahi semua hal yang ada di ruang itu, cat dinding berwarna abu-abu dengan semua barang berada tidak pada tempatnya membuat si alis camar berpikir bahwa dia memang masih hidup dan tidak berada di surga.

Ma Cotton Candy || Mark ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang