04. Decision

529 61 97
                                    

Happy reading bayi buah pantat 🍑

Pagi itu, ada banyak teriakan yang terjadi di kediaman Nakamato, terutama Tuan Jung yang terus saja melontarkan kalimat 'aku kecewa padamu, Mark'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi itu, ada banyak teriakan yang terjadi di kediaman Nakamato, terutama Tuan Jung yang terus saja melontarkan kalimat 'aku kecewa padamu, Mark'. Dan isak tangis dari Nyonya Jung yang begitu menyesakkan untuk didengar.

Jangan tanyakan bagaimana reaksi keluarga Na untuk apa yang baru saja terjadi. Bahkan lelaki bernama Mark Jung mendapat beberapa luka manis di sudut bibir, itu semua hasil karya Atuy, dia langsung mengamuk begitu mengetahui bahwa adiknya baru saja dilecehkan oleh adiknya yang lain.

"Pernikahannya diadakan minggu depan!" kata Tuan Jung dengan banyak emosi di dalam tangga nadanya.

Mark tentu saja tidak terima, dia bersumpah tidak melakukan apa pun pada gadis itu. "Apa aku terlihat seperti lelaki yang akan melecehkan wanita? Apalagi dia, adiknya Atuy," balasnya dengan tatapan dan telunjuk mengarah pada Alice yang berdiri di belakang tubuh Nyonya Na.

"Aku tidak peduli dengan itu, Mark," tekan Tuan Na pada lelaki beralis camar yang berdiri dengan banyak kadar ketakutan dalam dirinya.

"Pa, ak-"

"Cukup! Tidak ada bantahan!" potong Tuan Jung dengan bahu naik-turun, seperti baru saja selesai dengan lomba lari 69 kilo-meter.

"Terima saja, mungkin garis hidupmu memang seperti ini, Mark," sela Ye-Ji seraya mengusap lembut lengan anaknya. Biar bagaimanapun, Ye-Ji tidak boleh tersulut emosi atau masalah ini akan semakin rumit.

"Ma, Alice juga tidak mau," cicit gadis mungil di balik tubuh Nyonya Na. Menatap Mark melalui celah bulu mata yang basah dengan jejak anak sungai tercetak jelas di pipi penuhnya.

"Tidak apa, ini akan baik-baik saja," jawab sang Ibu seraya mengusap pelan punggung mungil gadisnya.

Tidak ada yang mengeluarkan suara, seolah kalah dengan deru napas dan dentingan jam dinding antik di sana.

Mark menundukkan wajah dengan tangan dikepal kuat, dadanya terasa panas dan kacau dalam detik yang bersamaan. Dia marah, juga merasa bersalah di satu waktu.

Marah karena semua yang terjadi terasa seperti sebuah omong-kosong, dan bersalah ketika menangkap sorot mata penuh kekecewaan yang terpancar di manik tajam kakaknya. Tuhan, apa dia masih pantas untuk sebutan itu setelah semua hal ini?

Mengisi paru-paru dengan banyak udara mencekam, Mark menatap wajah yang menyembul di balik punggung Nyonya Na, manik yang berkilauan serupa galaksi itu tampak bergetar dan memerah.

"Baiklah," ucapnya pasrah.

Tidak ada rumus lain untuk saat ini, semua terasa buntu dan menyesatkan, mungkin untuk sekarang atau bahkan dalam waktu yang tidak ditentukan, Mark akan berhasil berbaikan dengan keadaan.

Apa pun yang terjadi, hidup harus terus berlanjut, 'kan?

-

Ma Cotton Candy || Mark ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang