Hembusan angin sejuk bersama sinar matahari menyapu lembut wajah Alice ketika dia berjalan pelan di atas trotoar menuju alamat yang ada pada ponselnya, setelah mendapatkan pesan dari Tuan Jung bahwa Mark berada di apartemen membuat gadis itu tidak sabaran untuk bertemu dengan si alis camar.
Kupu-kupu bergerak liar di perutnya ketika dia berdiri tepat di depan gedung apartemen lelaki itu, dia menatap bangunan tinggi di sana dengan pegangan yang mengerat pada bekal makan siang di tangan.
Rasa gugup menghampiri entah untuk alasan apa, berulang kali menghirup dan mengeluarkan udara dengan berat agar menjadi sedikit tenang, tetapi sama sekali tidak membantu.
Resepsionis yang bekerja di bawah gedung itu cantik dan sempurna, dia tersenyum lembut ke arah Alice begitu si mungil berdiri di depannya. "Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya wanita itu dengan sopan.
Alice mengangguk, kemudian memperlihatkan ponsel yang berisi alamat lengkap Mark pada wanita di sana. "Saya ingin bertemu dengan Mark Jung, tolong," katanya mantap dan terdengar begitu dewasa.
"Baik, saya akan menghubungi pemilik apartemen atas nama Mark Jung, silakan menunggu di sana," jawab wanita cantik itu dengan tangan mengarah sopan pada sofa di tengah ruangan.
"Terima kasih." Alice berkata cerah sebelum berjalan pada sofa berwarna marun, dadanya terdengar sangat ribut untuk beberapa detik yang sedang berlalu.
Tidak lama setelah kakinya bergerak maju dan mundur di atas sofa, wanita cantik tadi datang menghampiri.
"Maaf, Nona, pemilik apartemen sedang berada di luar dan tidak bisa menerima tamu."
Kalimat yang keluar dari celah bibir merah terang wanita itu membuat senyum Alice hilang, dadanya yang sedari tadi ribut bersama gelitikan kupu-kupu kini berganti menjadi nyeri begitu dalam. "O-oh, begitu, ya." Dia mencoba untuk tidak mengeluarkan air mata, dan itu terasa seribu kali lebih menyakitkan ketika tenggorokannya kering dan tercekat. "Baik, saya akan kembali nanti, terima kasih banyak."
Wanita itu membungkuk sopan sebelum kembali pada meja kerjanya, meninggalkan Alice yang menatap kosong pada bekal di tangan.
Ternyata sesuatu yang berjalan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan terasa benar-benar menyakitkan, dan dia berpikir bahwa ini bukan salah Mark, tetapi dirinya yang terlalu berharap pada semua hal manis yang berputar di kepalanya bahwa mereka akan berbaikan.
Dia meninggalkan tempat itu dengan perasaan yang berbanding terbalik saat dia datang, jika tadi trotoar terlihat sangat berseri dan indah, maka sekarang hanya mendung dan hembusan angin dingin yang terasa di sana.
Sial!
Namun, sebuah pesan kembali masuk pada ponselnya selagi menunggu taksi untuk pulang, dia membuka benda pipih itu dan membacanya, senyum hangat kembali menghampiri gadis itu, meskipun terasa sedikit hambar dan tidak secerah terakhir kali.
"Kak Mark," bisiknya pelan saat membaca pesan Mark bahwa Alice tidak boleh sakit dan tetap menjaga pola makan, lelaki itu juga bilang jika dia masih selalu memperhatikan Alice hingga detik ini.
Akhirnya cairan bening yang sedari tadi ia tahan luruh lantak tak tersisa, gadis itu berjongkok dengan ponsel berada di pelukan, memeluk dirinya sendiri seraya menenggelamkan wajah pada lipatan tangan di atas lutut.
Napasnya menjadi tersendat dengan kedua bahu yang semakin naik-turun, dia tidak yakin apakah tangisnya adalah untuk sebuah kebahagiaan, atau justru karena kesakitan yang sedari tadi ditahan.
Rintik hujan yang lembut menyatu dengan air mata gadis itu, kemudian menjadi semakin deras seiring berjalannya waktu, dia melebur dalam dinginnya udara dan kerasnya suara sang bayu, tepat ketika gemuruh menyusul, tangisnya pecah dengan teriakan kesakitan keluar dari celah bibir merah jambu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Cotton Candy || Mark ✔
Fiksi Remaja[TERBIT] [PART LENGKAP] [Romance] [Uwu-able] - Sebuah malam yang suram, awal kisah baru dimulai dengan perjalanan hidup berubah seratus delapan puluh derajat. Perubahan itu membuat hidup Mark menjadi kerepotan yang secara ajaib memang sudah cukup re...