Perebutan

1.5K 111 7
                                    

"Ca" Panggil seorang bocah yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Mama bukan Ca" Ucap Carina kepada putranya.

"Papa manggil Ca dengan Caca" Ucap Rio dengan polosnya.

Rio putranya sudah menginjak 5 tahun membuatnya semakin berpikir keras untuk menjelaskan sesuatu kepada putranya yang sudah mulai ingin tahu.

"Papa suami mama, jadi manggil Caca. Kalau kamu anak mama jadi manggil mama" Jelas Carina membuat Rio menyeritkan dahinya.

"Suami?????" Tanya Rio membuat Carina memijat pelipisnya.

Drt!

Carina mengambil ponselnya lalu mulau merasakan ketakutan saat membaca pesan dari nomor tidak kenal.

Unknown : Rio anakku, jangan menyembunyikannya. Sebelum aku mengambilnya lebih baik kita bertemu tanpa sepengetahuan suamimu.

"Ca? Kenapa?" Tanya Lingga saat melihat sang istrinya terlihat ketakutan.

Carina menyembunyikan ponselnya kedalam saku celanannya lalu tersenyum lebar.

"Dua lagi masih tidur?" Tanya Carina membuat Lingga mengangguk.

Rio Adiling (anak pertama)

Karin Adiling (anak kedua)

Lio Adiling (anak ketiga)

"Karin mau sekolah kenapa gak dibangunkan?" Tanya Carina membuat Lingga menyerit dahinya.

"Bukannya sekolah Karin libur" Ucap Lingga membuat Carina mengangguk pelan.

Setelah Lingga san Rio pergi, Carina menelepon nomor asing tersebut.

"Ca" suara yang terdengar familiar ditelinga Carina.

"Kamu dimana?" Tanya Carina sambil menahan amarahnya.

"Aku didepan sekolah Rio, ahhh Lingga yang mengantarnya. Bukannya aku yang seharusnya mengantarnya sekolah? Rio snagat mirip denganku"

"JANGAN MACAM-MACAM KAMU!"

"Mari kita bertemu Ca di xxx"

"Oke"

*****

Carina berjalan dengan cepat saat memasuki sebuah restoran, ia menoleh ke kanan-kiri mencari keberadaan Erios.

"Nyonya silakan ikuti saya" Ujar seorang lelaki yang bisa dilihat kalau ia adalah suruhan Erios.

Carina mengikuti lelaki asing itu dengan wajah angkuh. Sesampainya didepan ruangan privat, lelaki itu membukakan pintu untuk dirinya.

Carina menatap Erios duduk sambil memegang gelas seloki lalu ia meminumnya sekali teguk.

Carina duduk dihadapan Erios lalu menunggu lelaki itu untuk bicara.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Erios membuat Carina mengangguk pelan.

"Baik, kamu?" Balas Carina dengan wajah terlihat canggung.

"Tidak" Ucap Erios dengan nada dendam.

"Kamu meninggalkanku tanpa persetujuanku, memaksaku untuk menekan tanda tangan cerai sialan itu" ucap Erios dengan nada terdengar sangat marah bercampur kecewa.

"Kamu tidak merasa bersalah menyakitiku?" Tanya Carina membuat Erios tertawa mengejek.

"Apa tidak salah?" Tanya Erios seraya meletakan kedua tangannya diatas meja sambil memijat kedua pelipisnya.

"Maksudnya?" Tanya Carina dengan wajah tidak mengerti.

"Kamu pernah membuka hati buatku? Pernah kamu memperlakukanku seperti seorang suami? Pernah kamu khawatir atau memikirkanku? Pernah kamu mencariku saat aku pergi tanpa kabar?

Ily, Iga! {ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang