20

41 8 20
                                    

Happy reading

🌻🌻🌻

Dira sedang pura pura terlelap saat mendengar suara pintu ruangannya terbuka. Aroma itu, aroma yang menjadi candu Dira. Siapa lagi kalau bukan Daniel.

Daniel menghela nafas berat melihat kondisi Dira, kepala di perban dan banyak luka di wajah dan lengannya.

"Gimana bisa gini sih Ra?" Gumam Daniel dengan nada sendu.

"Baru semalem gue seneng liat Lo senyum bareng adek gue, sekarang. Lo malah gini," Daniel duduk di kursi sebelah bankar Dira.

Mati matian Dira menahan tangisnya mendengar suara sendu Daniel. Dia tidak suka melihat atau mendengar seseorang sedih karena dirinya.

"Ini juga salah gue, ga bisa jaga Lo. Sampe Lo harus kayak gini, maaf Ra." Daniel menunduk menatap ujung sepatu nya.

Dira sudah tak kuasa menahan perasaannya. Dira mengusap kepala Daniel dengan lembut, sangat lembut.

"Bukan salah Lo." Ucap Dira, tatapan nya bertemu dengan mata sendu Daniel.

Dira menggenggam tangan Daniel, memberikan senyum. Berharap Daniel sedikit lebih tenang. Daniel menggenggam erat tangan Dira.

"Apa sangat sakit?" Tanya Daniel, tangannya ragu ragu menyentuh kepala Dira.
Dira tersenyum dan menarik tangan Daniel untuk menyentuh kepalanya yang diperban.

"Hanya sedikit, sangat sedikit!" Seru Dira.

Daniel tersenyum sedikit lega mendengar jawaban dari gadisnya. Danil merapikan sedikit rambut Dira dan beralih mencium tangan Dira yang dia genggam erat.

"Apa kamu akan menjawab jika aku bertanya?" Tanya Daniel.

"Eummm..... Tergantung," jawab Dira.

"Kenapa bisa begini?" Tanya Daniel menatap dalam manik mata Dira.

Dira sedikit takut untuk menceritakan semua pada Daniel. Namun tatapan Daniel seperti meyakinkan nya untuk jujur pada Daniel.

"Aku akan cerita, tapi jangan marah, jangan kecewa, jangan khawatir. Oke?!" Seru Dira sambil mengajukan jari kelingking nya untuk bertautan dengan kelingking Daniel.

Dira sangat lucu saat ini, bahkan dia terlihat seperti anak TK yang harus diantar kesekolah bersama ibunya. Sulit dipercaya, tapi ini kenyataan nya.

Daniel tersenyum dan menautkan kelingking nya pada kelingking Dira.

Dira menceritakan semuanya, ya bahkan perjanjian nya dengan Zirco. Dira tak ingin menutupi apapun dari Daniel. Dira juga terkejut pada dirinya sendiri, bahkan dia sulit menyembunyikan sesuatu dari Daniel.

"Aku tau ini semua demi kebaikan Andra, tapi setidaknya pikirkan juga dirimu. Andra pasti sangat sedih dan khawatir jika hal seperti ini terjadi lagi,"

"Dan lupakan janji mu dengan Zirco. Kau gadisku, kau hanya milikku!" Seru Daniel sambil menggenggam tangan Dira.

Dira tersenyum tenang dan mengangguk pada Daniel. Daniel tersenyum bahagia melihat pemandangan itu.

"Baru sadar kita ngomong aku-kamu dari tadi." Ucap Daniel.

Pipi Dira memanas dan, yap sangat merah. Dira memeluk Daniel berharap Daniel tidak melihat wajah merahnya. Daniel tertawa dan membalas pelukan Dira.

"Lucu banget sih pacar aku. Tau gini gombalin aja terus biar dipeluk." Ucap Dani gemas.

"Ak... Gue cuma pengen peluk aja Niel!" Rengek Dira.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Edelweis dan KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang