31

513 71 0
                                    

Setelah melewati banyak jalan memutar, mereka akhirnya segera sampai di tujuan Jean saat ini.

"Sepertinya aku melihat sesuatu terlempar di langit, apakah kalian melihatnya?" Edwin bertanya.

"Benarkah? Aku tidak melihatnya, bisa jadi itu ilusi. Memangnya saat ini siapa yang melemparkan bisa melemparkan sesuatu di langit?" Balas Nara.

"Tapi aku benar-benar melihatnya, lihatlah ke atas, aku melihatnya lagi!" Mereka berlima pun berusaha melihat ke langit melalui jendela samping mobil.

"Benda itu sepertinya mengarah ke sini." Kata Davin.

"Cepat hentikan mobilnya!!" Anthony melotot kaget, benda itu sepertinya akan jatuh di mobil mereka. Davin memberhentikan mobil tiba-tiba hingga tubuh mereka berlima terdorong ke arah depan.

"Sialan! Benda apa itu?!" Davin mengutuk marah. Mereka berlima kemudian keluar dari mobil untuk memeriksa benda apa yang terlempar.

Jean juga langsung menghentikan mobilnya setelah melihat seseorang yang tampaknya terlempar ke arah mereka.

"I-ini??" Kelima siswa SMA itu kaget dan merasa ngeri setelah melihat benda yang mereka perhatikan ternyata adalah seorang pria.

"Sepertinya pengguna kemampuan yang melakukannya." Ucap Jean setelah melihat pria itu sambil menopang dagunya.

"Apakah kita akan melanjutkan perjalanan?" Edwin bertanya dengan takut.

"Tentu saja, desa yang aku tuju ada di depan kita." Jean merasa dia harus pergi secara diam-diam untuk memeriksa desa tersebut.

"Ta-tapi itu terlalu berbahaya." Nara ingin menghentikan perjalanan mereka apalagi setelah melihat pria yang tampak telah mati di depan mereka.

"Jika kalian tidak ikut maka pergi saja, aku tidak pernah meminta kalian ikut." Jean tidak keberatan jika mereka pergi, justru itu lebih baik karena dia tidak perlu mengkhawatirkan orang luar. Mereka berlima terlihat ragu-ragu.

"Pria ini masih hidup hanya saja sedang sekarat, tulang rusuk dan tulang lengannya juga patah akibat melindungi bagian kepalanya, dia sangat beruntung karena melindungi kepalanya tetapi dia juga menyedihkan karena dia akan mati perlahan-lahan karena rasa sakit." Jean menjelaskan setelah melihat keadaan pria itu dengan teliti, tentunya dengan sistem yang diam-diam membantu.

Kelima siswa SMA itu ikut merasakan sakit yang tidak bisa dijelaskan ketika mendengar penjelasan Jean. Mereka tidak bisa membayangkan betapa sakitnya cedera yang pria ini alami.

"Lalu apakah kita akan menyelamatkan pria ini?" Tanya Wenda.

"Tentu saja tidak, mengapa aku merepotkan diri untuk menyelamatkan orang asing?" Jawab Jean.

"T-tapi pria ini sekarat." Nara merasa Jean terlalu kejam.

"Apakah kalian tidak melihat dengan jeli? Pria ini terlihat tidak baik, lihatlah tubuhnya dipenuhi oleh tatto dan wajahnya juga tidak enak dipandang." Jean merasa heran dengan siswa SMA ini, apakah mereka belum melihat dunia?? Tapi menurut Jean wajar saja, mereka masih naif.

"..." Mereka berlima baru menyadarinya setelah mendengar ucapan Jean, mereka sendiri heran kenapa mereka selalu terlihat bodoh di depan Jean, apakah dengan mendekati Jean, IQ mereka bisa menurun berapa poin?

"Lalu apakah kita akan meninggalkan pria ini di sini begitu saja?" Davin masih merasa mereka terlalu kejam jika meninggalkan pria ini begitu saja di jalan.

"Tidak, dia mungkin berguna nantinya." Jawab Jean. Jean kembali ke mobil dan membawa tali, lalu mengikat pria itu.

"Apakah kita akan melanjutkan perjalanan?" Edwin masih terlihat takut, apalagi melihat pria yang setengah mati akibat kemampuan seseorang yang tidak mereka tahu siapa.

Wear Apocalypse BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang