"🚫18"

25.5K 1.8K 229
                                    

"🚫18"








Setelah kejadian di toilet kemarin siang, Jeno jadi mendiamkan Haechan, bahkan dia tak menegur Haechan saat berpapasan.

Mungkin itu tak aneh jika murid lain yang melakukannya, tapi menjadi sangat aneh saat seorang Jeno yang di kenal pantang menyerah mendekati Haechan meski berakhir babak belur tiba-tiba mendiamkan Haechan seolah tak mengenal siapa itu Haechan.

"Chan?" panggil Renjun menyenggol-nyenggolkan siku pada siku Haechan.

"Hhhmmmm"

"Chan?"

"Chan?"

"APA SIHHH NJUN!" kesal Haechan karena aktivitas membaca komik harus terganggu.

"Jeno tuh" ucap Renjun sambil menunjuk ke arah pintu kelas menggunakan dagunya.

Haechan, memutar bola matanya malas, "terus urusannya sama gue apa" ucap Haechan.

"Lu gak ngerasa aneh apa?"

Tak ada jawaban dari Haechan yang sudah kembali fokus pada komik di depannya.

Karena tak ada jawaban dari lawan bicaranya Renjun memilih diam dan fokus pada ponselnya.

"Gue kangen lu gangguin" batin Haechan diam-diam melirik ke arah bangku Jeno.

                                            • • • • •

Hari-hari Jeno kembali monoton sejak dia mendiamkan Haechan, bukan tanpa alasan dia tiba-tiba mendiamkan Haechan.

"Hhuuuufff! haruskah gue masuk ke rumah laknat ini?" gumam Jeno berdiri di depan pintu rumahnya.

Setelah berpikir beberapa menit dan memutuskan untuk masuk ke dalam rumah.

Dan sepertinya keputusan Jeno salah, harusnya dia pergi ke sungai Han sampai makan malam tiba seperti yang biasa dia lakukan, daripada harus mendengar suara laknat yang sudah menyapanya saat pintu terbuka.

gghhhhh....

Aahhh...

"Sa-gghhh-yang—uuhhh—eggghhh—a—gghh—akhhh—akuhh—gghh—ma—hhh"

"Bentar sayang aku belum puas"

Jeno, hanya memandang jengah ke arah dua orang yang sedang bercinta di sofa di ruang tv.

"Jeno~ahh! kau sudah pulang? kau ingin bergabung?" tanya Mark.

Jeno, tak menjawab ia hanya menatap Mark dengan ekspresi datar, dan setelahnya pergi menuju kamarnya.

Ya, ini lah sifat asli Mark yang sangat berbeda dengan dirinya yang di kenal orang-orang di luar sana, Mark sering berganti-ganti pasangan untuk memuaskan nafsunya, dan dia menjadikan Chenle sebagai tameng keburukannya.

Itu lah alasan Jeno menyuruh Haechan untuk berhenti mengejar Mark, karna Jeno tak mau orang yang ia cintai menjadi korban kakak tirinya.

Sebenarnya Jeno menyukai Haechan dari awal masuk SHS, tapi dia terlalu pengecut untuk mengakuinya, dan dia baru mengejar Haechan setelah tau kalau Haechan menyukai kakak tirinya yang bejat itu.

"Huffff! gue kangen lu Chan" gumam Jeno sambil memandangi layar ponselnya yang terdapat foto Haechan yang dia ambil secara diam-diam.

"Kapan lu bisa ngelihat gue?" gumam Jeno lagi, sebelum suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel di genggamannya.

Tok...

Tok...

"Jeno-ahhh?!"

Dengan malas Jeno bangkit dari acara berbaringnya dan berjalan ke arah pintu guna membuka pintu kamarnya dan melihat siapa yang berani menggangunya.

"Hhhmmmm" Jeno, membuka pintu.

"Ikut gue!" ucapnya sambil menarik tangan Jeno tiba-tiba.

"Lu kenapa sih, Jaem?" kesal Jeno.

"Ntar lu tau sendiri" ucap Jaemin masih terus menarik tangan Jeno sampai ke depan rumah dan menyuruh Jeno masuk ke dalam mobilnya.

Jeno, lagi malas debat jadi dia menuru saja perintah Jaemin tanpa protes.

"Kita mau kemana?" tanya Jeno saat mereka sudah di dalam mobil dengan Jaemin yang mengemudi.

"Udah gue bilang lu akan tau sendiri"

Jeno, diam tak ingin bertanya lagi, dia lebih memilih bersandar dan memejamkan matanya.


                                                ~||~


Pengen bikin nohyuck uwu tp susah 🤣🤣.
Maaf ya kalau gak ngefeel.

"YOU" {NoHyuck} || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang