"PERGI"

11.1K 1.1K 4
                                    

"PERGI"













Ddrrrttt....

Ddrrttt.....

Ponsel Haechan terus bergetar sepagi ini, membuat Haechan mau tak mau harus membuka matanya.

"Hallo" ucap Haechan yang sudah kembali menutup matanya.

"Bangun sayang apa kau tak pergi ke sekolah"

"Jeno~ahhh, ini masih subuh dan kau menyurhku pergi ke sekolah"

Yang di seberang sana terkekeh mendengar ucapan Haechan yang terdengar kesal karena ulahnya.

"Maaf, sayang aku hanya merindukanmu"

"Bodoh lah Lee Jeno" ucap Haechan mematikan sambungan dan kembali tidur.

• • • • •


"Aiissshhh jadi terlambatka" omel Haechan entah pada siapa sambil terus berlari menuju kelasnya.

"Maaf pak aku ter-" ucapan Haechan terhenti saat semua murid menatap.

"Hehehe maaf, aku kira aku telat" ucap Haechan berjalan menuju bangkunya.

Dan tak lama kemudian guru pun datang membuat para murid terdiam dan kembali ke bangku mereka masing-masing.

"Haechan" panggil guru.

"Iya pak" jawab Haechan sambil berdiri.

"Ini ada surat untukmu" ucap guru itu sambil memberikan amplop pada Haechan.

Dengan ekspresi bingung dan bertanya-tanya siapa yang memberikan surat itu padanya Haechan menerima surat dari sang guru.

"Ahhh Iya anak-anak hari ini kita kehilangan satu teman karena harus pergi ke New York atas permintaan orang tuanya" ucap sang guru membuat kericuhan di kelas.

"Pak" panggil salah satu murid.

"Iya?"

"Siapa yang pindah, kalau boleh tau?" lanjutnya.

"Lee Jeno"

Deg.

Mendengar nama kekasihnya di sebut membuat hati Haechan berdetak lebih kencang.

Haechan, menoleh ke bangku Jeno yang baru dia sadari kalau bangku itu kosong.

"Lee Haechan kau mau kemana?"

Haechan, tak menghiraukan panggilan itu, dia lari keluar kelas menuju parkiran untuk mengambil montornya dan pergi dari area sekolah menuju rumah Jeno.

Berharap dia masih bisa bertemu Jeno untuk yang terakhir kalinya sebelum Jeno pergi.

Ting Tong...

Ting Ton...

Haechan, memencet bel rumah Jeno dengan tidak sabarnya "ayo lah buka" gumam Haechan terus memencet bel.

"Iya" ucap seseorang sambil membuka pintu.

Haechan, membungkuk memberi salam sebelum dia bertanya "maaf, Jenonya ada?" tanya Haechan.

"Den Jeno sudah berangkat dari jam enam tadi" ucap orang itu yang sepertinya bekerja di rumah Jeno.

Lagi-lagi Haechan membungkuk dan berpamitan lalu berjalan menuju montornya dengan air mata yang sudah menetes entas sejak kapan.

Haechan, memilih kembali ke rumah untuk menenangkan diri setelah mengim pesan pada Renjun kalau dia tak kembali ke sekolah.

"Jadi, kamu membangunkan ku tadi pagi untuk memberiku salam perpisahan? Kau jahat Jen hiks... kenapa tak cerita padaku hiks.... kenapa kamu harus pergi... kenapa hiks..." isak Haechan pecah sambil memegangi ponselnya yang menunjukkan foto dirinya bersama Jeno.

Ya, sebenarnya Jeno ingin memberi tau Haechan dari beberapa hari lalu, tetapi dia tak tega jika harus melihat kekasih imutnya itu menangis, dan pagi sebelum dia berangkat juga ingin memberi tau Haechan tetapi lagi-lagi dia tak tega, jadi Jeno memilih diam tanpa memberi tau Haechan kalau dirinya harus pergi karena itu permintaan sang Appa yang memang tak bisa ia tolak.

Haechan, tak menjawab panggilan mau pun pesan dari Renjun dan Jaemin, Haechan hanya terus menangis di dalam kamar dan mengunci dirinya di sana.








~||~

Maaf pendek kerjaan numpuk ini 🤣🤣🤣.

Dan maaf cerita aQ percepat... sengaja sihh biar cepat selesai 🤣.

"YOU" {NoHyuck} || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang