Weekend telah tiba. Biasanya, kalau sudah hari libur kerja seperti ini, aku dengan suamiku pergi ke rumah orang tuaku atupun pergi jalan-jalan mengelilingi Ibu Kota. Dari dulu, sebelum aku dengan suamiku bertemu dan diberikan untuk keseriusan penuh menjalani rumah tangga ini, aku sangat suka jalan-jalan ke daerah Ibu Kota.
Kalaupun kalian sudah mengetahui hal itu, aku sangat senang karena kalian masih mengenali keseharianku bersama dengan... Juliano. Dan kini, aku sudah bisa memanfaatkan waktu lebih bersama dengan suamiku untuk segera bersiap-siap pergi ke rumah orang tua maupun jalan-jalan ke Ibu Kota.
Setelah membersihkan rumah bersama suamiku, aku duduk sebentar di ruang tengah dengan menikmati secangkir teh buatan suamiku sendiri. Melirik kearah jam yang menempel di atas televisi, ternyata masih menunjukkan pukul 8 pagi. Itu artinya, waktu untuk meluruskan seluruh tubuh, masih ada.
"SAYANG! KAMU UDAH MANDI BELUM?!?" suamiku sudah kembali seperti tarzan. Berteriak sesukanya ketika malas turun kebawah untuk berbicara pelan kepada istrinya.
Aku malas ikut berteriak. Membiarkan suamiku berteriak seperti itu, aku melanjutkan untuk menikmati secangkir teh dan siaran berita di hari weekend ini. Sudah lama juga tidak menonton televisi, jika pekerjaan kantor benar-benar membuatku pusing bukan main.
"Aku ngomong sama kamu kan, yang. Kenapa nggak dijawab sih!"
Panjang umur. Suamiku lebih memilih turun ke bawah, jika aku tidak membalas ucapannya dan ikut beranjak naik ke lantai atas. Dengan biasa-biasa saja tanpa ada rasa bersalah, aku mengganti channel televisi lalu menatap suamiku sebentar.
"Apa?" kataku yang ingin sekali tertawa, namun urung karena tidak mau sampai ketahuan. Dia duduk di sampingku. Tangannya mengambil paksa remote televisi, lalu mematikannya tanpa basa-basi. "Sekarang pura-pura nggak denger, atau emang nggak denger sama sekali?!?"
Cara bicaranya sudah dingin. Itu artinya, Kenzo benar-benar sedikit kesal kepadaku karena aku sudah berani mengacuhkan pertanyaannya. Aku tidak masalah terhadap apa yang dilakukannya kepadaku, ketika aku ingin bersantai lalu dikacaukan dengan cara manjanya seperti ini.
Aku diam, tidak membalas perkataannya lagi. Dengan sikapnya yang geram terhadap diriku, kedua tangannya menarik tubuhku dan dibawa kedalam dekapannya detik ini juga. "Kenzo! Aku gerah!"
"Jangan cari gara-gara deh, yang. Kamu nggak mau di diemin, tapi kamu sendiri ngademin aku. Nggak adil banget!" gerutunya dengan bibir condong ke depan.
Lucu memang, kalau suamiku sudah marah-marah seperti itu lalu menarik tubuhku seperti ini. Dia memang tidak mau diacuhkan ketika sedang berbicara dengan siapapun. Terutama dengan diriku, yang suka sekali mengerjainya dengan mengacuhkan pembicaraannya.
Dengan memberikan diri dan sekuat tenaga menepis tangannya, aku berdiri lalu menatap suamiku. "Ini mau mandi," balasku yang meninggalkan suamiku pergi dari ruang tengah.
"KALAU MAU CARI GARA-GARA, JANGAN SAMA AKU DEH, YANG. AWAS YA KAMU!"
Aku hanya mendengarkan ocehannya dari belakang. Tidak menanggapinya, lalu bergegas naik ke lantai atas dan mengeluarkan semua rasa tawa ku terhadap suamiku dilantai bawah. Aku sudah membohongi suamiku, dengan memberikan jawaban bahwa aku belum mandi.
Tidak tahu kenapa, aku benar-benar suka sekali mengerjai suamiku sendiri. Dengan langkah yang begitu malas untuk kemana-mana lagi, aku naik keatas ranjang lalu menyalakan televisi dengan meneruskan menonton drama.
"WiFi banyak kan ya?" gumamku. "Mendingan gue nonton drakor VIP dulu deh. Nanggung banget, tinggal beberapa epi—"
Klek.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARIAN JUNIATHA
ChickLitSequel JUNI & JULI. Aku paham, kenapa bisa orang lain begitu bebasnya merasakan kebahagiaan. Tidak denganku, apalagi dengan suamiku-Kenzo Damar. Ini cerita kelanjutan dari kisah lamaku bersama dengan Juliano Aldebaran. Jujur, aku memang tidak bisa...