"Gue nggak ngerti sama jalan pikiran lo soal istri lo sendiri. Lo lebih mentingin Alma daripada Juni!? Sadar bro! Dia itu istri lo, bukan pacar apalagi temen lo! Umur pernikahan lo juga belum satu tahun. Tapi lo acuhin dia begini, seolah-olah Juni itu udah nggak sayang lagi sama lo."Aku mendengarkan suara lantang Alvaro yang terdengar sampai kedalam kamar ku. Perlahan-lahan bangkit dari tempat tidur, dengan menyibakkan selimut yang menutupi tubuhku lalu beranjak untuk menghampiri mereka diluar sana.
"Satu minggu lo begini sikapnya, apa masih kurang? Kenapa sih bro, lo selesain masalah harus begini ceritanya? Inget, dia itu istri lo. Istri yang udah lo janjiin sebelum akad, bahwa lo akan menjaga dia baik-baik sampai akhir hayat!"
Ternyata Alvaro membela ku karena sikap Kenzo mulai tidak jelas seperti satu minggu waktu lalu. Menekan gagang pintu dan membukanya perlahan, bibirku mulai mengulas senyuman ketika Alvaro dengan suamiku sama-sama menatap diriku.
Kaki kananku masih terasa sakit. Ternyata diluar sudah malam dan aku baru saja sadar setelah aku bisa mengingat, bahwa tadi aku sempat tidak sadarkan diri didalam lift bersama dengan Alvaro.
"Kalian udah makan? Maaf banget aku ketidurannya lama sampai lupa untuk masak. Aku turun ke bawah dulu ya, Zo, Var?" melewati mereka berdua dan berpegangan pada dinding agar tubuhku tidak terjatuh lagi.
"Nggak usah masak. Aku sama Alvaro udah makan tadi sebelum pulang kesini. Kamu istirahat aja," dari belakang, aku mendengarkan suara suamiku begitu tenang. Apa dia sudah tidak marah lagi kepadaku? Mungkin saja iya dan... aku sangat senang mendengarnya.
Dengan membalikan tubuhku lalu menatap mereka berdua, aku mengulas senyum lagi. Masuk kedalam kamar dan berjalan menuju balkon, aku rindu melihat bintang diatas langit juga menikmati angin malam yang selalu menerpa tubuhku jika aku ingin bermalam dibalkon kamarku.
Aldebaran... dulu gue selalu yakin kalau dia itu pasti berjodoh sama gue. Tapi justru nggak sama sekali. Deket tapi nggak ada hubungan dan jauh tapi ada hubungan. Gue minta doa banyak-banyak dari lo, kalau gue harus bisa hamil dalam waktu sebelum satu tahun pernikahan gue. Mau ya?
Aku meneteskan air mata. Gampang sekali mengingat namanya dan mengikuti memori lama untuk hadir di dalam pikiran, lalu memutarnya dengan mengembangkan senyuman. Sudah lama aku tidak melihat wajahnya dan juga anak serta istrinya.
Satu-satunya harapan hanya ada satu yang bisa mengembalikan semangatku untuk tetap tegar, dan bisa menghadapi semuanya. Aku rindu dengan Arjuna. Bayi kecil yang selalu aku sayangi ketika dia sedang bersama denganku, juga sesekali aku bercerita dengannya walaupun dia tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh diriku.
"Kheyza, anak bunda... kamu lagi apa nak diatas sana? Bunda kangen sama kamu sayang. Tolong doakan bunda ya nak, untuk bisa memberikan kamu adik baru juga dengan kebahagiaan ayah kamu nanti."
Aku membalikkan tubuhku. Masuk kedalam kamar lalu mengambil ponselku. Melihat sebuah notifikasi pesan masuk, aku melihatnya ketika nama yang aku tunggui sejak tadi sudah membalas pesanku.
< Juliano Aldebaran
Lo nggak salah apa-apa. Kejadian itu udah gue anggap masalalu. Sekarang yang terpenting, lo harus fokus sebagai seorang istri dari Kenzo. Doa gue yang terbaik selalu ada buat lo. Jangan takut ya, bagaimanapun kondisinya, gue, Aldebaran selalu menjadi teman lo. Luv u tante cantik❤. | 8:05 PM
Pintu kamar terbuka. Aku melihat suamiku masuk dengan pakaian yang sudah terganti menjadi baju tidur. Dia tidak menyapaku ataupun mengatakan sesuatu sebelum tidur. Biasanya aku selalau ada di pelukannya dan dia memotret wajahku terlebih dahulu. Apa dia akan berubah lagi? Tapi jangan sampai. Aku tidak mau itu terjadi lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARIAN JUNIATHA
ChickLitSequel JUNI & JULI. Aku paham, kenapa bisa orang lain begitu bebasnya merasakan kebahagiaan. Tidak denganku, apalagi dengan suamiku-Kenzo Damar. Ini cerita kelanjutan dari kisah lamaku bersama dengan Juliano Aldebaran. Jujur, aku memang tidak bisa...