DUA PULUH TUJUH

27.1K 1.7K 8
                                    

Di dalam kamar, Kania berbaring sambil melihat langit-lagit kamar dengan tatapan hampa. Pikirannya melayang pada kejadian beberapa jam yang lalu, di sekolah. Ketika bibirnya dan bibir Bara saling bertemu, tubuh mereka memeluk satu sama lain, seperti sepasang kekasih yang memiliki keromantisan dalam hubungan mereka. Padahal, hubungannya dengan Bara seharusnya tidak seperti itu. Hubungan mereka hanya hubungan yang dipaksakan dan tidak seharusnya ada sentuhan fisik yang begitu intim seperti saat di sekolah tadi.

Kania khawatir hubungan yang dimulai dengan keterpaksaan itu terjalin semakin erat, membuatnya sulit untuk lepas dari Bara. Ia ingin semuanya kembali menjadi normal; tidak ada sentuhan fisik yang lebih dari saling bergandengan tangan.

Ia mengubah posisinya menjadi duduk. Menghembuskan napasnya sekali sebelum jari-jarinya yang lentik mengusap lembut bibirnya. Lagi, ia mengingat secara detail apa yang terjadi tadi. Tanpa bisa ia cegah, detak jantungnya sedikit meningkat.

Bertepatan dengan itu, seseorang membuka pintu kamar Kania tanpa mengetuk terlebih dahulu. Satu-satunya orang yang biasa melakukan hal ini hanya Reno. Terbukti, cowok itu berjalan masuk dengan tampang tak berdosa. Duduk selonjoran di sofa, lalu mengambil ponselnya di saku celana.

"Sebelum masuk bisa ketuk pintu dulu? Kalau gue lagi ganti baju, gimana?"

Tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel, Reno menjawab, "Biasanya pintu kamar lo dikunci kalau lo lagi ganti baju."

Kania tidak bisa mengatakan apa pun lagi, karena apa yang Reno bilang memang benar. Ia selalu mengunci pintu saat sedang berganti pakaian.

"Tadi kenapa lo pegang-pegang bibir? Habis ciuman lo?" Ketika Reno membuka pintu, tidak sengaja ia melihat Kania sedang menyentuh bibirnya.

Kania menghembuskan napas pelan, pikirannya tidak bisa lepas dari kejadian itu. Ia tidak ingin terus memikirkannya karena akan membuat jantungnya berdebar cepat. Kepala Kania mengangguk tanpa ragu. "Iya. Gue habis ciuman." Ia tidak ingin menyembunyikan hal ini dari Reno.

Perhatian Reno langsung teralih ke arah Kania. Matanya sedikit melebar dan ia menegakkan punggungnya secara spontan. Ia melihat ekspresi Kania dan saat itu pula ia tahu bahwa Kania tidak sedang bercanda. Padahal pertanyaan keduanya hanya iseng, tapi tidak disangka bahwa jawaban Kania akan seperti itu. "Sama Bara?"

Kania mengangguk lagi.

Reno merubah duduknya menjadi bersila. "Kok bisa? Kok lo mau? Gimana ceritanya?" tanya cowok itu dengan rasa penasaran yang kian membesar.

Untuk beberapa detik Kania hanya diam. Ia bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan itu, karena sejujurnya ia juga tidak tahu mengapa itu bisa terjadi. "Gue nggak tau. Mungkin gue kebawa suasana." Ada karaguan saat ia menjawab.

Suasana mendadak hening karena Reno tidak kunjung memberikan tanggapannya. Cowok itu sibuk memperhatikan ekspresi wajah Kania. "Apa lo suka Bara?" Pada akhirnya, ia melontarkan pertanyaan itu tanpa mengalihkan fokusnya.

"Nggak mungkin!" jawab Kania dengan kecepatan kurang dari sedetik. Yakin bahwa memang tidak mungkin dirinya menyukai Bara. Tidak ada alasan untuk menyukai cowok itu. Playboy, brengsek, pemaksa, dan kasar.

Reno tidak lagi duduk selonjoran. Dia menyilangkan kedua kakinya dan mulai serius menghadapi Kania. "Mungkin aja. Lo cuma lagi nahan diri."

"Jangan sok tau. Gue nggak mungkin suka cowok kayak dia!"

"Ini cinta pertama lo. Walau gue nggak yakin karena cowok itu Bara, tapi semoga lancar."

"Gue bilang nggak suka!" Kania merasa kesal karena Reno menyimpulkan hal itu dengan mudah. "Gue yang paling tau diri gue sendiri. Kalau gue bilang nggak suka, berarti emang nggak suka."

"Nggak, tuh. Lo selalu bohongin diri lo sendiri sampai nggak tau apa yang sebenarnya lo suka."

"Oke, berhenti sampai sini."

"Lo bisa lakuin apa yang lo suka selama itu nggak merugikan orang lain."

"Gue bilang berhenti."

"Bukan Kania Yujian yang begini yang gue pengin." Reno menatap Kania dengan sorot sendu. "Sikap lo yang sekarang buat gue selalu merasa bersalah karena udah merubah lo."

Mereka berdua saling bertatapan. Suasana di kamar itu semakin hening, bahkan suara jarum yang terjatuh pun bisa di dengar dengan jelas. Ah... mereka telah membicarakan topik yang paling sensitif karena terlalu terbawa suasana.

***

Pada pukul delapan malam Bara baru saja sampai di rumahnya setelah tadi sempat pergi ke markas untuk berkumpul dengan teman-temannya. Ia melewatkan makan malam bersama Jordan dan Shena. Sebenarnya memang tidak ada rencana untuk makan malam dengan mereka.

Setelah berada di kamarnya, Bara langsung melempar asal ransel sekolahnya, melepas kemeja seragamnya, lalu duduk bersandar di sofa. Mata cowok itu terpejam dan pikirannya melayang pada kejadian saat di SMA Venus tadi. Sudut bibirnya tertarik ke atas.

Mata Bara tiba-tiba terbuka, merasa terkejut karena ia tersenyum. Dia tidak pernah tersenyum untuk hal yang seperti ini. Dia pernah melakukan hal lebih dengan cewek lain, namun dia bahkan tidak pernah repot untuk sekadar mengingatnya. Tapi hari ini ia tersenyum karena mengingat ciuman itu.

Dia pasti salah makan hari ini.

Suara notifikasi pesan terdengar, Bara segera meraih ponsel dan membalas pesan dari salah satu pacar barunya. Sebenarnya pacarnya tidak terlalu banyak, hanya saja setiap putus dengan satu cewek, ia akan memiliki cewek baru. Jika ditotal pacarnya saat ini mungkin ada enam.

Ke-6 baru : kamu drtdi sama kania terus.
Ke-6 baru : aku sebel! 😠😠

Bara mengangkat alisnya saat membaca pesan itu. Fokusnya lantas berada pada emoticon yang dikirim. "Apaan sih ni cewek. Sok imut," komentarnya.

Baratngks : gue ga liat lo

Ke-6 baru : bsk pokoknya hrs slalu sama aku!

Baratngks : kita backstreet kalau lo lupa

Ke-6 baru : sebel. kamu kpn putusin kania sih? aku nggak mau backstreet terus karna kania.

Bara terdiam sesaat. Kapan ia akan memutuskan hubungan dengan Kania? Sejauh ini Bara belum memikirkannya karena belum bosan. Mungkin satu bulan lagi? Itu cukup lama tapi Bara yakin saat itu ia pasti akan benar-benar bosan.

Baratngks : kita backstreet bukan karna kania, tapi karna gue pengen.

Ke-6 baru : bodoamat hehe😝
Ke-6 baru : pokoknya kalo kamu udj putus dari kania, aku bakal kasih tau temen-temen soal hubungan kita

Baratngks : trsrh

Bara tidak lagi membalas pesan dari pacar baru keenamnya dan memilih mencari roomchat Kania dan iseng mengirim pesan.

Baratngks : ka
Baratngks : bsk pulangnga bareng gue. sekalian makan di luar.

Bara menunggu sekitar sepuluh menit sebelum pesan itu terbalas.

KY : ga ah mls

Bara membaca pesan itu dengan senyum geli, sama sekali tidak merasa kesal dengan jawaban Kania. Ia sudah terbiasa karena Kania memang seperti itu. Mungkin karena itulah sampai saat ini ia masih belum merasa bosan sedikit pun berpacaran dengan cewek itu.

****

Semoga suka!

Karena part ini pendek jadi aku up lagi besok atau nanti malam.

Tunggu aja ya!

IDENTITY (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang