Seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun itu mengintip ke dalam kamar ayah dan ibunya lewat celah pintu yang sedikit terbuka. Di dalam sana ada ayahnya yang tengah melakukan hubungan badan dengan wanita yang bukan ibunya.
Dengan tubuh gemetar, Bara kecil berlari sambil menutup telinganya, merasa terganggu dengan suara desahan dua orang itu. Hal itu bukan pertama kalinya terjadi, ayahnya sering membawa wanita yang berbeda pulang ke rumah ketika sang ibu tidak ada, dan mereka selalu melakukan hal itu di kamar.
Awalnya ia tidak mengerti dengan apa yang ayahnya lakukan bersama wanita lain di kamar, namun karena kejadian ini tidak hanya terjadi hari ini, maka secara alami Bara tahu sedikit soal seks, meski ia tidak betul-betul dipahaminya.
Bara kembali ke kamarnya. Dia melihat jam dinding sejenak, lalu lompat ke ranjang dan munutupi seluruh tubuhnya yang dalam posisi tengkurap dengan selimut. Dia mencoba memfokuskan pendengarannya ke suara jarum jam bergerak.
Setelah selama lima belas menit, suara derit pintu tertangkap indra pendengaran Bara. Dia tahu siapa yang masuk ke kamarnya. Dia segera membuka selimut dan menatap ayahnya dalam diam.
Ayahnya tersenyum dan mengelus puncak kepalanya dengan lembut. "Bara, kamu tau, kan, kalau kondisi Mama nggak baik? Kalau kamu ceritain ke Mama soal apa yang Papa lakuin tadi, nanti Mama bisa masuk rumah sakit, lho. Kamu mau Mama masuk rumah sakit kayak Kakek?"
Bara menggeleng.
"Jadi kamu tau, kan, apa yang harus kamu lakuin?"
Bara mengangguk.
"Apa coba?"
"Bara nggak boleh cerita soal Papa dan Tante Ami ke Mama," ucap Bara. Dia sudah menghafal kalimat itu belasan kali, namun dengan nama wanita yang sesuai dengan nama wanita yang ayahnya bawa.
"Anak pinter."
Kejadian itu terjadi lagi beberapa kali di kemudian hari. Dan Bara terus mendapat pujian 'anak pintar' dari ayahnya karena telah mengucapkan kata-kata yang sama. Seiring berjalannya waktu, Bara telah menyadari bahwa apa yang dilakukan ayahnya disebut tindakan mengkhianati ibunya. Karena takut dengan kondisi ibunya yang lemah, Bara memutuskan untuk tetap merahasiakan perselingkuhan ayahnya, dan agar ibunya bisa bahagia, maka Bara memohon pada ayahnya untuk bersikap selayaknya suami yang baik dihadapan ibunya. Bara berpikir meski cinta ayahnya itu palsu, setidaknya wajah bahagia ibunya itu nyata.
Hingga datang hari di mana ayahnya hanya membawa wanita yang sama hampir seminggu sekali. Wanita dalam polesan makeup tipis itu memiliki kecantikan tak yang terbantahkan. Mereka tidak hanya melakukan seks, tapi juga melakukan aktivitas lain seperti memasak bersama, makan bersama, menonton televisi bersama, dan aktivitas lainnya.
Wanita itu pernah mencoba mengambil hati Bara, namun karena wanita itu adalah selingkuhan ayahnya, maka secara alami Bara membenci wanita itu.
Bukan hanya wanita itu yang Bara benci, namun juga wanita-wanita yang pernah melakukan hubungan dengan ayahnya sebelumnya. Tapi entah sejak kapan Bara jadi membenci semua wanita di bumi selain wanita yang ada di keluarganya. Kebencian itu membentuk ambisi Bara untuk merusak gadis-gadis di sekolahnya, bahkan juga gadis di sekolah lain.
Namun orang-orang salah paham mengira dirinya penggila wanita dan seks, padahal sebenarnya ia membenci wanita dan menghancurkan mereka dengan seks.
***
Shena tertidur kembali setelah hampir dua jam menangis. Melihat wajah lelah ibunya membuat amarah Bara terhadap Jordan memuncak. Karena pria bajingan itulah ibunya berada dalam kondisi seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDENTITY (END)
Подростковая литература"Tadi lo bentak dia dan hampir aja main fisik. Dia itu pacar lo, lo nggak boleh bersikap kayak gitu." "Dia nggak terlalu penting. Pacar gue nggak cuma dia." Bara terdiam sebentar lalu menengokkan kepalanya ke samping, menatap cewek disampingnya. "La...