Masa ujian berlangsung lancar. Kania merasa lega karena dapat menjawab soal-soal ujian dengan baik hingga hari terkahir ujian yang berlangsung hari ini. Tapi meski demikian, Kania tetap khawatir dengan hasil akhirnya.
Untuk merayakan berakhirnya masa ujian yang melelahkan, para siswa-siswi SMA Venus berkumpul di sekolah untuk foto bersama. Beberapa orang memberikan coklat dan bunga untuk orang terdekat, saling berpelukan, dan melontarkan kegembiraan.
Kania duduk di kursi kayu panjang yang berada di bawah pohon palem. Ia memejamkan matanya sembari bernapas lega. Sejak tadi ia mendapat ajakan foto bersama, dan kini ia baru saja selesai berfoto bersama teman-teman sekelasnya. Kania juga menerima banyak bunga dan coklat. Kania tidak mengerti mengapa orang-orang merayakan hari berakhirnya ujian dengan agak berlebihan seperti ini, padahal belum tentu semua akan lulus.
"Hai, Ka. Dari tadi gue pengen foto bareng, nih, sama lo. Tapi lo-nya sibuk banget." Bagas tersenyum lebar sambil membawa ponsel di tangannya. Dia datang bersama seorang laki-laki yang tidak Kania kenal. "Mau foto bareng, nggak?"
Kania mengangguk pelan. Bagas adalah teman sekelasnya, ia tidak enak jika menolak. Cewek itu bangkit.
Bagas tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Ia menyerahkan ponsel pada temannya, lalu ia berjalan ke samping Kania.
"Gas, pala lo mereng," ujar teman Bagas.
"Gaya gue emang begini," sahut Bagas.
"Ya udah, gue foto nih sekarang. Satu... dua... tiga!"
Cekrek.
Bagas mengambil ponselnya dan melihat hasil fotonya. Dalam foto, Kania tersenyum sangat cantik. Bagas yakin bila ia memamerkan foto ini ke teman-temannya, maka mereka pasti akan iri. "Makasih, ya, Ka. Oh btw, mau kuliah di mana?"
"Di mana aja bukan urusan lo."
Senyum Bagas tetap terpantri meski mendapat jawaban yang tak mengenakan begitu. Sudah biasa. Kania memang orang yang seperti itu. Untung-untung cewek itu masih mau diajak foto bersama.
"Kania!" panggil Hana. Cewek itu berjalan mendekati Kania dengan sebatang coklat di tangannya.
Bagas merogoh saku celananya, mengambil permen dengan banyak varian rasa buah. Dia kemudian meraih tangan Kania, dan memberikan permen-permen itu. "Nih. Gue liat lo sering beli permen ini." Bagas mengacak rambut Kania, lalu cepat-cepat kabur sebelum mendapat hadiah tonjokan dari Kania. "Gue cabut, ya. Permennya dimakan, jangan dibuang atau dikasih orang!" teriaknya sambil berlari, sehingga menarik banyak perhatian orang-orang.
Bukannya marah, Kania justru dibuat tertawa dengan tingkah Bagas.
"Lo deket sama dia?" tanya Hana setelah sampai di hadapan Kania. Cewek itu memandang Bagas yang berlarian sambil cekikikan.
Kania menggeleng. "Enggak. Dia cuma ketua kelas di kelas gue," jawab Kania. Menaruh permen yang diberikan Bagas di saku roknya.
"Gimana ujiannya, Ka? Lancar?"
"Lancar."
"Mau foto sama gue?"
Kania mengangguk setuju.
"Karena nggak ada yang fotoin, kita selfie aja, ya." Hana membuka kamera di ponselnya. Dia kemudian mengangkat ponsel sampai sejajar dengan wajahnya dan mulai menyunggingkan senyum.
Kania ikut tersenyum. Meski rambutnya sedikit berantakan, namun kecantikannya masih tak terbantahkan.
Hana menurunkan kembali ponselnya. "Gue mau ke kelas lo, mau naruh bunga di bangkunya Ratih. Lo mau ikut?" tanya Hana.
Kania mengangguk cepat, lalu mengambil totebag-nya yang ada di kursi kayu.
Dua gadis itu berjalan berdampingan menuju kelas Kania. Dalam perjalanan menuju kelas, Kania tidak sengaja berpapasan dengan Selena Cs. Mereka tampak sinis saat melihat Kania. Apalagi Alci yang seperti akan menerkamnya. Tapi Kania tidak mau memulai pertengkaran. Dia menarik Hana untuk lanjut berjalan tanpa memperdulikan lima orang itu.
Saat mereka sampai di kelas, mereka tidak melihat satu manusia pun ada di sana. Kedua cewek itu mendekati bangku Ratih, yang sejak kepergian pemiliknya, bangku itu dibiarkan kosong. Ada beberapa murid yang diam-diam menaruh bunga lily putih di bangku itu.
Hana tersenyum, lalu meletakkan bunga lily putih di bangku Ratih. "Hari ini ujian selesai, gue seneng banget," ucapnya, entah pada siapa.
Kania mengambil bunga mawar tanpa batang dari dalam totebag-nya, yang kemudian ditaruhnya di atas bangku Ratih. Dia tidak mengatakan apa-apa, hanya menarik seulas senyum penuh penyesalan.
"Aih, kenapa suasananya jadi mellow begini." Hana tertawa. "Udah, yuk, nanti kelasnya bakal dikunci." Tidak ingin terlalu terbawa suasana, Hana cepat-cepat menarik Kania keluar dari kelas.
***
Bara dan teman-temannya memilih merokok di kantin sekolah dibanding ikut sesi foto bersama yang merepotkan. Ada banyak cewek-cewek yang menghampiri Bara. Mulai dari cewek yang malu-malu sampai yang sok akrab. Keinginan semua cewek itu cuma satu; berfoto dengan Bara. Dan dari banyaknya cewek yang minta berfoto bersama dengannya, tidak ada satu pun yang tidak ditolak.
"Woi, Bar. Mau foto bareng gue, nggak? Pake kenang-kenangan. Waktu kita pacaran, kita cuma foto satu kali." Amel datang bersama dua temannya. Dia menunjukkan senyum percaya diri.
"Ogah," jawab Bara, lalu menyesap rokoknya.
Senyum di wajah Amel seketika luntur, tidak menyangka Bara akan menolak ajakannya tanpa berpikir. "Kita, kan, pernah pacaran, jangan dingin gitu, ah, sama mantan." Amel masih berusaha membujuk. Jika dia ditolak, selain sakit hati, ia juga akan merasa malu karena ada banyak mata yang melihat.
"Sok akrab banget lo mentang-mentang pernah jadi pacar," beo Aldi, diikuti dengan tawa mengejek setelahnya.
Wajah Amel merah padam. Ia malu sekaligus kesal. Mendengus sebal, dia beranjak pergi dengan kaki yang sengaja dihetak-hetakkan.
Yuda memandang siswa-siswi yang berjoget ria di lapangan, merayakan hari berakhirnya ujian. Dia berdecak. "Selesei ujian pakai dirayain segala. Harusnya tuh berdoa biar lulus. Kalau nanti nggak lulus, makan tuh perayaan."
"Biasa, murid alay," celetuk lainnya.
"Yah, gue nggak bisa liat Aya lagi, deh." Seorang cowok menunjukkan wajah kecewa. Sebentar lagi ia akan lulus dan tidak akan bertemu lagi dengan Aya, adik kelas cantik yang memiliki bodi super montok.
"Nggak usah lulus aja lo biar bisa tetep ketemu Aya."
Bara tidak ikut menimbrung dalam obrolan random teman-temannya.
Dari awal ujian hingga hari terakhir, Bara bisa menjawab soal dengan lancar. Lancar ngasal jawabnya. Namun rasa percaya diri bisa lulus masih belum memudar.
Suara notifikasi pesan masuk terdengar dari ponsel Bara. Cowok itu langsung meraih ponselnya dan membuka ruang obrolannya bersama Hana. Sepupunya itu mengirim foto selfie bersama dengan Kania.
Hana : Kania cantik, kan?
Hana : Tadi ada banyak banget cowok-cowok yang minta foto bareng Kania. Ada yang ganteng :)
Hana : Terus ya, Kania juga dapet bunga sama coklat dari cowok-cowok. Banyak banget.
Hana : Kalau lo nggak mau ngakuin kesalahan lo ke Kania, jangan kaget kalau Kania diambil cowok lain."Bangsat," maki Bara setelah membaca pesan dari Hana.
Ketika ia hendak membalas, Hana mengirim pesan lagi.
Hana : Fyi, Kania bakal langsung ke Australi seminggu setelah pengumuman kelulusan ☺
****
Satu chapter lagi tamat. Kali ini serius, nggak bakal ada chapter tambahan lagi.
Semoga suka!
KAMU SEDANG MEMBACA
IDENTITY (END)
Teen Fiction"Tadi lo bentak dia dan hampir aja main fisik. Dia itu pacar lo, lo nggak boleh bersikap kayak gitu." "Dia nggak terlalu penting. Pacar gue nggak cuma dia." Bara terdiam sebentar lalu menengokkan kepalanya ke samping, menatap cewek disampingnya. "La...