Tepatnya aku berusia 17 tahun, masih kelas 3 SMK.
Mamah memutuskan untuk menikah kembali dengan pria kedua yang ia temui. Yang selalu ia banggakan, karena agamanya cukup baik.
Bukan pernikahan besar-besaran, sederhana saja, yang penting sah.
Aku izin tidak masuk sekolah, aku turut menyaksikan di KUA.
Entah lah, waktu itu yang ku rasa tidak jelas. Antara senang aku telah mengizinkan mamah nikah, senang mamah tidak sendirian. Tetapi disisi lain sedih karena belum sanggup akan semua hal yang terjadi.
Aku hanya diam, menatap kosong ke arah depan. Sesekali menunduk, rasanya ingin menangis.
🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋🦋
Setelah selesai, rasanya aneh. Aku yang masih canggung memanggil dia dengan sebutan "ayah" dan selalu saja masih salah dengan menyebutnya "om".
Sampai ada waktu mamah mengingatkan ku, untuk hari itu memanggil dia dengan sebutan ayah bukan om lagi. Rasanya ingin sekali menolak, karena sungguh rasanya sangat beda ketika kita memanggil sebutan "ayah" kepada ayah kandung bukan ayah tiri.
Kita tidak begitu dekat, aku hanya berbicara padanya jika perlu. Tetapi sesekali aku tidak begitu.
Semenjak saat itu, aku asyik dengan duniaku sendiri. Aku selalu mengurung diri di kamar bermain dengan ponselku.
Rasanya malas untuk kumpul-kumpul. Tetapi sesekali lagi, aku tidak selamanya begitu. Ada memang sedikit waktu aku sempatkan, tetapi hanya sebentar lalu pergi.
Aku yang lesu, yang malas, murung dan akan selalu begitu.
Beda hal lagi jika di luar rumah, rasanya bebas dan senang. Saking senangnya aku tidak mau pulang, jika pulang rasanya seperti penjara yang mendadak lesu tidak punya semangat untuk berdiri.
Happy reading♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH GADIS BERINISIAL 'A'
Proză scurtăBroken home sejak dini, kisah percintaan masa SMP, dan kaka adean ala aku🌻