IV

2.3K 297 13
                                        

Alunan nada manis yang berasal dari gitar akustik milik gadis bersurai pink itu memenuhi taman kota. Mengundang orang-orang untuk berkerumun menikmati pertunjukan yang sedang ditampilkan dengan apik itu.

Sakura begitu tenggelam dalam permainan gitarnya sampai tak mempedulikan ponsel yang sedari tadi bergetar nyaris tak berjeda didalam kantong hoodienya.

Setelah memainkan tiga lagu. Gadis itu menghentikan jemari lentiknya lalu tersenyum lebar disambut tepuk tangan dari penonton yang mengelilinginya.

"Terimakasih..." Kata Sakura menunduk beberapa kali lalu memasukkan gitarnya kedalam tas dan langsung beranjak dari sana.

Tangannya merogoh saku hoodie dan mengeluarkan ponselnya yang hening. Mungkin orang yang menghubunginya sudah menyerah.

Nama ino tercetak di layarnya dengan pemberitahuan  tujuh panggilan yang tak terjawab. Sakura baru akan menghubunginya saat ponsel itu kembali bergetar. Ternyata Ino masih belum menyerah.

"Ya, Ino..." Sapa Sakura dengan cengiran lebar. Gadis itu bisa menebak bagaimana muka kesal sahabatnya diseberang sana.

"Kenapa kau mengabaikan telepon ku?" Tuntu Ino langsung.

"Aku sedang bekerja."

Ino berdecak. "Kau dimana?"

Sakura melihat sekelilingnya. Gadis itu mengernyit bingung. "Ntahlah. Aku lupa nama tempat ini."

"Astaga, Sakura..." Pekik Ino kesal. "Kalau begitu ku tunggu kau di cafe dekat agensiku."

"Apa?"

"Sekarang!" Bentak Ino sebelum memutuskan panggilannya.

Sakura menatap layar ponselnya yang telah menggelap bingung. Kesalahan apa lagi yang dia lakukan sampai membuat Ino sekesal itu?

Tak ingin membuang banyak waktu, Sakura segera menuju halte bis terdekat. Jangan sampai membuat Ino lebih kesal. Dia sedang tidak ingin menemani gadis itu berbelanja hari ini.

***

Sakura mengedarkan matanya keseluruh penjuru kafe, susah sekali menemukan seorang Yamanaka Ino yang biasanya terlihat mencolok. Gadis itu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Ino saat matanya menangkap lambaian tangan dari seseorang dipojok kafe.

Mata Sakura menyipit melihat gaya pakaian orang itu. Topi kupluk yang di timpa dengan tudung hoodie, kacamata hitam lebar serta masker. Sakura nyaris kabur keluar kalau orang itu tidak membuka kacamatanya. Mata biru itu milik Ino. Tidak salah lagi.

Sakura mendengus lalu berjalan mendekati Ino yang sedang berperan sebagai... Apa? Dia saja tidak bisa menebaknya.

"Apa yang terjadi? Kenapa kau berpenampilan aneh begitu?"

Ino kembali memasang kacamatanya lalu mendesah. "Aku sedang berusaha untuk tidak menarik perhatian."

Sakura menyipitkan matanya tak setuju. "Penampilan mu yang seperti ini malah menarik banyak perhatian, bodoh. Mana ada orang normal memakai hoodie dan kupluk dimusim panas. Lalu, masker dan kacamata itu... Apa-apan itu..." Omel Sakura.

"Entahlah, Sakura.. Aku merasa akhir-akhir ini selalu di ikuti seseorang. Aku sampai meminta di antar jemput manajerku."

"Kau serius?"

Ino mengibaskan tangannya. "Tak penting.. Ada yang lebih penting dari itu." Kata Ino terlihat bersemangat.

"Apa itu?" Tanya Sakura hati-hati. Entah kenapa gadis itu merasakan firasat buruk melihat gerak-gerik sahabatnya. Hal itu mengingatkannya saat Ino menyeretnya paksa ke klub malam.

Mars and Venus ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang