V

2.2K 308 15
                                        

Sebuah notifikasi masuk kedalam pomsel milik Sakura. Perempuan itu mnegernyitkan dahi melihat isinya. Matanya langsung beralih kearah sahabatnya yang sedang makan banyak cemilan sambil berbaring dikasur kamarnya.

"Kau yang mentransfer uang ini?"

Ino menatapnya sekilas lalu kembali memasukkan popcorn manis kesukaannya kedalam mulut.

"Berhenti makan seperti babi Ino. Bisa-bisa kau membengkak saat pemotretan besok." Omel Sakura berkacak pinggang.

"Astaga Sakura... Kau sudah seperti ibuku." Gerutu Ino. Gadis itu malah membuka ponselnya untuk menonton drama kesukaannya.

Sakura duduk dihadapan Ino, merebut ponsel dan cemilan dari tangan sahabatnya itu. "Jawab pertanyaanku."

"Yang mana?"

"Kau yang mentransfer uang ke rekeningku?"

Ino mengangguk. "Aku sudah berjanji."

"Astaga, Ino... Sudah ku bilang, tak perlu. Kemarikan nomor rekeningmu. Aku akan mengembalikannya."

Mata Ino menyipit tak senang. "Kalau kau berani melakukan itu... Aku akan memutuskan pertemanan kita yang sudah terjalin bertahun-tahun ini." Ancamnya.

Sakura mendesah, tau ia akan kalah. Lagi... "Sungguh Ino.. Kau tak perlu melakukan ini. Aku masih bisa membiayai sekolah ku dengan usaha ku sendiri."

"Aku tau.. Tapi aku hanya menepati janjiku karena kau mau menemaniku ke kencan buta sialan itu."

"Jaga mulutmu Ino.. Jangan sampai Karin dengar. Dia bisa terpancing dan mengumpat sepanjang hari."

Ino terkikik. "Maafkan aku.. Habis, aku sangat kesal tiap mengingat kencan buta itu."

"Kenapa harus kesal?"

"Laki-laki itu tampan. Tapi hanya sebatas wajahnya. Aku tak butuh itu. Dia bajingan."

Sakura menatap Ino curiga. "Kenapa kau sampai harus uring-uringan begini? Bukan kah itu hanya kencan buta biasa? Hanya ajang perkenalan antara dua orang asing. Jika cocok, lanjutkan. Kalau tidak, selesai."

Ino mengerjapkan matanya. Gadis itu menutup rapat mulutnya. Menyesal telah kelepasan didepan Sakura.

"Ino... Jangan bilang kalau kau menyukai pria pucat itu.."

Ino merebut popcornnya dan kembali berbaring dikasur. "Tentu saja tidak." Katanya memelototi tumpukan brondong jagung itu sementara Sakura masih menatapnya tajam.

"Kau beruntung, Sakura... Calon teman kencan mu terlihat baik."

Sakura memutar matanya, tau kalau Ino sedang mengalihkan pembicaraan. "Sepertinya mereka saling mengenal."

"Mereka memang saling mengenal. Sai adalah manajer sasuke." Jawab Ino kalem.

"Memang apa pekerjaan sasuke?"

Ganti Ino yang menatap Sakura tajam. "Kau tak menanyakannya tadi?"

"Tidak.. Aku tak menanyakan apapun padanya."

"Astaga, Sakura... Pantas saja kau masih menjomblo sampai sekarang. Kau sama sekali tak bisa menghadapi lawan jenis ya?" Sindir Ino.

"Itu tak penting sekarang... Kalau begitu, benarkan? Mereka saling mengenal..."

"Mereka teman lama."

"Mereka berteman. Dia tak akan jauh berbeda dari temannya." Balas Sakura yakin. "Jadi, apa pekerjaan mereka?"

"Kurasa kau pernah bertemu dengan mereka di klub malam milik calon kakak iparmu. Memangnya sedang apa mereka disana? Bersih-bersih?"

Sakura mengerutkan keningnya tanda berpikir. Otaknya memang sangat lambat kalau harus mengingat seseorang. "Ah... DJ?"

Mars and Venus ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang