Sakura baru saja selesai mengikuti kelas saat merasakan getaran ponsel di sakunya. Gadis itu mengernyit bingung saat melihat nama Ino, sahabatnya tercetak di layar. Setahunya gadis itu sedang melakukan pemotretan di Osaka hingga minggu depan.
"Halo.." Katanya setelah menggeser ikon hijau di layar ponselnya.
"Kau dimana? Aku sudah sampai dikampusmu."
"Aku baru saja keluar kelas. Kau sudah kembali?"
"Tentu saja.. Karena itu aku bisa ada disini. Ku tunggu ditaman dekat gerbang. Jangan lama-lama. Mereka mulai memperhatikan ku."
Sakura mendengus kesal tapi tetap mempercepat kegiatan beres-beresnya sebelum bergerak cepat keluar kelas.
Ino adalah sahabatnya sejak sekolah menengah atas di Kyoto. Bersama-sama mereka pindah ke Tokyo walau dengan tujuan berbeda. Sakura ingin melanjutkan kuliah sementara Ino memutuskan untuk menjadi model.
"Aku tak memiliki bakat belajar." Kata Ino saat Sakura menanyakan kenapa gadis itu tak ingin kuliah. Padahal dia bisa saja masuk ke jurusan yang berhubungan dengan ambisinya itu.
Sakura melambaikan tangannya begitu melihat sosok pirang yang terlalu mencolok itu. Badan Ino yang proposional serta wajah cantiknya benar-benar menarik perhatian orang-orang.
"Kenapa kau lama sekali!" Protes Ino begitu Sakura sampai dihadapannya.
"Gedung fakultasku letaknya jauh dibelakang. Salahmu karena menunggu disini padahal dibelakang juga ada taman yang tak kalah cantik." Omel Sakura.
Ino memutar matanya. "Ayo temani aku berbelanja." Ajak Ino dengan mata berbinar.
"Aku harus bekerja..." Tolak Sakura, menarik tangannya yang sudah dirangkul Ino erat.
"Oh ayolah, Sakura. Aku akan membayar pendapatan mu untuk hari ini. Bagaimana?" Ino menaik turunkan alisnya. Mencoba merayu sahabatnya.
"Tidak..."
Ino memandang sepatunya dengan tatapan sedih. "Yaaah... Calon gitaris terkenal sepertimu tak akan sudi bergaul dengan model tak bernama sepertiku."
"Astaga Ino... Bukan begitu maksudku..."
Ino menghela nafas sedih. "Ya.. aku mengerti. Sudahlah.. Aku akan pergi sendiri saja. Tak ada yang bisa kuanggap teman lagi."
"Baiklah.. Baiklah.. Ayo kita pergi."
Ino mendongak menatap Sakura senang. Mata birunya membulat seakan-akan baru saja mendapatkan lotre ratusan juta. Sial... Aku tertipu. Batin Sakura kesal.
"Kau tau, Ino... Kau sepertinya lebih berbakat menjadi artis dari pada model. Aktingmu luar biasa." Gerutu Sakura yang hanya dibalas kekehan senang Ino.
Seperti dugaan Sakura, berbelanja dengan Ino benar-benar menguras tenaganya. Nyaris semua toko di salah satu pusat perbelanjaan terbesar itu mereka masuki. Tas-tas belanja memenuhi kedua tangan mereka, meskipun semua adalah milik Ino. Sakura hanya menemani gadis itu.
"Ambil saja apa yang kau mau Sakura. Aku yang traktir." Kata Ino entah untuk keberapa kalinya sore ini.
Sakura melirik tag harga yang tergantung disana lalu menggeleng tak percaya. Harga barang itu setara dengan biaya kuliahnya sebulan.
"Jujur padaku, Ino..." Sakura melirik kesekitar mereka. "Apa kau sekarang menjadi simpanan orang kaya atau bagaimana?" Tanya nya setelah yakin tak ada seorang pun yang mendengar mereka.
Ino memukul bahunya kesal, tak mempedulikan ringisan kesakitan Sakura. "Aku tak serendah itu, bodoh..."
"Dari mana kau dapatkan uang untuk membeli barang-barang mahal ini?" Tanya Sakura blak-blakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mars and Venus ✔
FanfictionBagaimana saat dua kepribadian yang bertolak belakang bertemu? Bisakah mereka bersatu dengan perbedaan mencolok di antara mereka? © Masashi Kishimoto