IX

1.7K 283 15
                                    

Itachi menatap Sasuke, adik yang sangat disayanginya, datar. Tak begitu terkejut saat tiba-tiba sosok yang menghilang dari kehidupannya muncul di kantornya pagi-pagi sekali. Perempuan merah muda itu pasti bukan hanya seorang kenalan seperti yang diakui gadis itu.

"Masuklah..." Kata Itachi membuka lebar pintu ruangannya. "Kau mau kopi?"

"Tidak usah basa-basi." Suara datar Sasuke membuat Itachi tersenyum kecut. "Kenapa kau menemui Sakura?"

"Ah, jadi namanya Sakura?"

Sasuke menatapnya tajam. Jika mata bisa membunuh, Itachi yakin dia pasti sudah mati saat ini.

"Karena aku yakin hanya dia yang bisa membuatmu menemui ku."

"Dan kenapa kau ingin bertemu dengan ku? Apa kau ingin membunuhku juga?"

Tatapan Itachi mengeras. "Kau tau Sasuke, aku tak pernah berniat untuk membunuh ayah dan ibu. Walau seburuk apapun mereka, mereka tetap orang tua ku!"

"Buruk?" Desis Sasuke tak terima. "Setelah kau membunuh mereka, sekarang kau menjelek-jelekkan mereka!" Teriak Sasuke sambil menerjang Itachi dengan tinjunya yang mengepal sedari tadi. Habis sudah stok kesabaran bungsu Uchiha itu.

Itachi diam saja dihujani dengan tinjuan dan pukulan adiknya itu. Laki-laki itu hanya menghindar sebisanya dan menerima serangan yang tak bisa dihindarinya tanpa berniat membalasnya sama sekali.

"Kau tak cocok dengan pekerjaan ini. Kau tau..." Sasuke menyeringai. "Kau lebih cocok menjadi mafia di bawah sepupu kesayangan mu itu."

Itachi tersenyum lembut, menangkap tinju yang membeku di udara. "Kalau ku beritahu bahwa aku hanya mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milik Shisui, apa kau percaya?"

"Omong kosong apa lagi ini, Itachi?" Bisik Sasuke menarik kerah Itachi dengan tangannya yang bebas.

"Inilah kenyataannya, Sasuke. Kau bisa mengeceknya dari surat warisan yang ditinggalkan kakek."

Sasuke membeku, tak ingin mempercayai apa yang disampaikan tapi tak bisa menemukan jejak kebohongan dari mata hitam yang begitu serupa dengan miliknya itu.

Kakek mereka meninggal bahkan sejak Itachi masih berumur beberapa bulan sementara orang tua Shisui telah lebih dulu meninggal sesaat setelah kelahirannya karena kecelakaan.

Keadaan Shisui hampir mirip dengan keadaannya saat ini. Hanya saja, laki-laki itu seorang diri sejak awal, tanpa ada saudara tempatnya berbagi. Tak ada yang benar-benar peduli. Bahkan kedua orang tuanya yang menjadi wali Shisui pun tak begitu mempedulikannya. Hanya Itachi yang mau memberikan kasih sayangnya pada Shisui sama besarnya seperti dia menyayangi Sasuke.

Itachi melepaskan cengkraman Sasuke yang mengendur dari kerah bajunya lalu berjalan menuju sebuah brankas dibelakang meja kerjanya. Laki-laki itu mengeluarkan sebuah map yang terlihat usang.

"Aku menemukannya nyaris terbakar dihalaman belakang rumah kita."

Setengah tidak percaya, Sasuke mengambil surat warisan yang sudah kusam dengan pinggiran berwarna hitam itu. Didalamnya tertulis jelas bahwa Shisui mewarisi perusahaan utama dan tujuh puluh persen saham Uchiha.

"Ini..."

"Itu adalah surat kakek yang asli. Ayah membuat surat wasiat palsu, lalu menyingkarkan Shisui yang tak tau apa-apa."

"Tidak mungkin..."

"Itulah kenyataannya Sasuke. Aku hanya mengembalikan hak Shisui. Tidak merebut seluruhnya. Tapi ayah terlalu tamak. Dia ingin menguasai seluruhnya tanpa berbagi." Itachi menghela nafas.

Mars and Venus ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang