HAPPY READING 🌻
°
Sampai kapanpun, gue nggak akan menyerah atas lo Al.
Aliza tidak masuk sekolah. Dirinya terkena demam. Suhu tubuhnya tak turun semenjak semalam. Ia mengutuk dan bersyukur dalam waktu bersamaan dengan datangnya sakit ini. Ia mengutuk karena melewatkan pelajaran fisika. Ia bersyukur karena masih belum siap dipertemukan dengan Satya.
Mengingat-ingat Satya, Aliza jadi merasa malu. Kilas balik dimana ia menolak Satya berkali-kali seakan melempar jauh harga dirinya. Ah, Aliza tak kuasa untuk mengingatnya kembali. Semoga Satya tidak akan mengungkit kejadian itu.
Padahal sewaktu kecil, Aliza lah yang meminta Satya untuk menjadi pacar sekaligus suaminya. Sial, Aliza semakin malu tertampar fakta itu.
"Aliza sayang, makan yuk."
Pintu kamar Aliza terbuka menampilkan figur sosok Ibu membawa nampan yaang berisikan bubur ayam, teh hangat, obat, dan termometer. Aliza masih terpaku, enggan menggeliatkan tubuhnya yang terasa sangat berat.
"Aliza, bangun sayang. Makan dahulu." ucap Risma, Ibu dari Aliza menepuk lengannya dengan penuh kasih sayang.
"Dengar Aliza, kamu harus makan supaya cepat sembuh. Ayo bangun dan makan." ucap Risma mengusap lengan anaknya. Aliza membuka kelopak matanya meskipun terasa sangat tidak menyenangkan.
"Mom, nanti aku akan makan. Mom nggak usah khawatir." ucap Aliza lemas. Ia berusaha duduk. Ia menatap tak nafsu ke arah bubur ayam itu.
"Hari ini Mom harus pergi, Aliza. Mom tidak bisa menemani kamu di rumah. Tidak apa-apa kan?" ucap Risma dengan penuh penyesalan. Aliza tersenyum.
"Tidak apa-apa Mom. Lagipula sakit Aliza tidak terlalu serius. Mom bisa pergi dengan Dad kemanapun."
Ucapan Aliza yang satu ini membuat Momnya merasa tidak tega meninggalkan putri bungsunya sendirian di rumah. "Mom akan pulang cepat kok. Aliza jangan khawatir ya? Nanti Kak Elma juga berusaha pulang lebih awal."
Aliza mengangguk. "Tentu Mom. Tidak usah khawatir."
"Jangan banyak belajar Aliza. Kesehatan kamu juga penting."
Aliza tersenyum mendengar nasihat Dadnya. "Iya Dad. Aliza tahu."
Tangan Aliza terulur mengambil segelas teh hangat. Baru saja ia meminumnya sedikit, ucapan tak terduga Momnya mengagetkan dirinya.
"Oh iya Al, bagaimana perkembangan hubungan kamu dengan Satya?"
Aliza tersedak, terbatuk, dan melongo karena ucapan Momnya yang satu itu.
"Ke-kenapa Mom menanyakan hal seperti itu?"
Satya berjalan dengan wajah yang cukup lesu. Entahlah, sejak kemarin ia sangat sedih. Semenjak pulang dari pemakaman, perasaannya agak tidak enak. Ia tak tahu alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TOXIC BOYFRIEND
Teen FictionSpin-off Science 7 Terjebak bersama tukang gombal yang berambisi menjadi pacarnya, hidup Aliza semasa SMA ternyata penuh ketidaktenangan. Terlebih lagi, lelaki itu sama sekali tidak peduli dengan amarahnya dan ketidaksukaannya. Hidup Aliza yang awal...