HAPPY READING 🌻
KEEP VOMMENT°
Today you love fisika, but tomorrow you love Satya. -Alvian Satya Wahyuda.
Satya menatap intens pergerakan perempuan bermata hijau sedari tadi. Memperhatikan setiap langkahnya, caranya makan, caranya minum, dan juga caranya menatap orang lain. Bahkan, Satya sampai rela mengabaikan waktu berharganya demi perempuan yang mampu membuatnya merasa bersalah kemarin.
Datar banget.
"Woy Sat! Bangun! Melamun terus!" teriak Galang tepat di telinga Satya. Spontan saja, cowok jangkung itu mendorong Galang menjauh.
"Berisik banget sih lo kayak petasan ronceng!" kata Satya. Menyambar keripik singkosng pedas milik Hendra, ia hendak melanjutkan aksi mengintainya. Namun ia tak menjumpai mangsanya dan sudah menghilang entah kemana.
Sial! Rutuknya dalam batin memakan keripik dengan rakus.
"Ngapain lo melamun? Mendadak bersalah sama cewek yang lo gombalin? Atau merasa iba sama calon mantan lo?" kata lelaki bermata sipit dengan ketus. Dava Galentara namanya.
Satya menoleh "Calon mantan? Kok bisa?"
Galang menyahut setelah menyeruput es tehnya. "Halah, nggak usah ngeles kali. Satu sekolah pun tahu, kalo lo terkenal akan julukan php!"
"Harusnya phptrb sih," ujar Satya termanggut-manggut. Tak mempermasalahkan apapun julukan yang tersemat kepadanya.
"Wah, apa itu bro?"
"Penguin harimau pada terbang?" terka Galang menjentikkan jarinya. Dava berdecak. Ia mampu membaca isi pikiran Satya dengan baik jika disangkut pautkan dengan masalah ini.
"Pemberi harapan palsu tapi rasa beneran lah cuy!"
Sementara Satya malah larut dalam dunianya sendiri. Termenung memikirkan Aliza yang mendadak dinggah di hatinya.
"Eh Yan, bukannya lo dulu satu SMP sama Aliza?" tanyanya tiba-tiba. Fian pun hampir tersedak minumannya sendiri mendengar pertanyaan Satya.
"Iya, kenapa?" ujarnya menaikkan kacamatanya.
"Dia orangnya gimana?" tanyanya semakin penasaran. Tetapi, jawaban yang keluar dari mulut Fian tidak seperti yang ia harapkan.
"Biasa aja."
Singkat dan terkesan kurang jelas bagi Satya. Lantas, cowok itu mengajukan pertanyaan lagi. "Biasa gimana?"
"Yah, sebelas dua belas sama Azka. Bedanya Aliza itu versi ceweknya." kata Fian datar dan kalem, melirik Azka sekilas yang sibuk dengan ponselnya.
Galang menyela, "Kenapa sih lo tiba-tiba penasaran sama tuh cewek garang. Gue aja eneg dengernya."
Dava menyetujui. "Iya tuh. Cewek cuek yang lidahnya pahit nggak tipe-tipe lo. Sejak kapan lo penasaran sama dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TOXIC BOYFRIEND
Teen FictionSpin-off Science 7 Terjebak bersama tukang gombal yang berambisi menjadi pacarnya, hidup Aliza semasa SMA ternyata penuh ketidaktenangan. Terlebih lagi, lelaki itu sama sekali tidak peduli dengan amarahnya dan ketidaksukaannya. Hidup Aliza yang awal...