25° Toxic : Kenyataannya

240 32 2
                                    

HAPPY READING 🌻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING 🌻

°

Betapa bodohnya gue nggak bisa mengenali lo, Alvian —Aliza.

Untuk menjernihkan pikiran, Satya memutuskan ke salah satu tempat favoritnya. Tempat dimana ia bisa meluapkan semua suka dan duka. Tempat dimana, ia bisa melepas topeng keceriaannya dan menunjukkan seluruh curahan hatinya.

Langkah Satya terasa begitu berat ketika ia menuju kedua makam yang bersebelahan. Ia membawa sekeranjang bunga di tangannya.

"Assalamualaikum Ma, Pa."

Satya bersimpuh diantara kedua makam itu. Ia menatap sayu ke arah batu nisan  yang berukirkan nama Mamanya. Alena Ludra.

"Ma, Satya capek tahu. Satya kangen sama kalian."

Tangan Satya terulur mengusap pinggiran nisan dengan perlahan. "Satya sendirian Ma. Satya tidak punya siapa-siapa."

Satya menunduk. Lalu mendongak. Ia berusaha menghalau air mata agar tidak terjun dari tempatnya.

"Papa nggak kangen apa sama Satya?"

Gagal. Satya gagal menahan air matanya untuk tidak keluar dari tempatnya. Ia memejamkan matanya, menangis dan menunduk. Di tengah kesunyian pemakaman dimana hanya Satya yang berada di sana.

Angin sore membelai rambut Satya perlahan, seolah-olah menyampaikan pesan dari orang tuanya. Begitu pula senja yang menyelorot seolah menemani Satya di sana.

"Satya benar-benar ingin pergi, Ma."

Satya mulai menaburkan bunga dan mencabuti rumput liar dengan telaten. Ia meresapi setiap waktu yang ia habiskan di sana walaupun hanya sekejap saja.

Beberapa menit sebelumnya...

"Beneran Al, lo berangkat ke makam sendirian?"

Aliza membenarkan bajunya. Ia mengabaikan Kakaknya yang sibuk mengerjakan tugas.

"Aliza, demi segala kerumitan hukum relativitas einstein. Tolong jawab pertanyaan Kakak."

"Ordinat." balas Aliza begitu saja sebelum keluar menyambar kunci mobilnya.

"Ordinat?" beo Elma berpikir keras. Bicara dengan Adiknya, terkadang harus membuatnya berpikir sangat mendalam.

Lalu beberapa detik kemudian, ia tersadar. "Nggak sekalian absis Al!"

Ordinat dan absis. Dua istilah yang melekat pada matematika. Ordinat perlambang Y dan absis perlambang X. Dalam istilah persamaan garis, hal ini sudah lazim digunakan.

Aliza memacu mobilnya ke TPU. Omanya memintanya, untuk berziarah ke makam Opanya karena besok sudah seribu hari semenjak suami beliau meninggal.

Aliza terdiam sesaat untuk menghirup napas dalam-dalam. Ia menatap pemakaman tersebut dengan tegar menahan air mata.

MY TOXIC BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang