27° Toxic : Hujan Pelangi

219 28 2
                                    

HAPPY READING 🌻

°

Hal paling indah di dunia ini, mengetahui kalau kita saling mencintai —AlAl

Ternyata hari ini bumi diguyur oleh hujan. Begitu deras hingga membuat sebagian orang tak mau beranjak dari ranjang mereka. Begitu pula Aliza. Tradisi saat hujan membuat mi instan, kini harus ia tahan karena ia terkena demam. Momnya pasti tidak memperbolehkannya makan mi di saat seperti ini.

"Huft, bosen."

Aliza meletakkan bukunya di sebelahnya. Buku fisika yang sudah ia baca dan telaah berkali-kali. Lalu ia meraih remot televisi dan menyetel saluran drama dan film dengan malas.

"Hrr, kenapa hari ini rasanya hambar banget sih?"

Aliza merasa sangat bosan. Ia memiliki nyawa namun raganya tak bisa diajak kompromi. Setiap kali ia berdiri, rasanya kepalanya itu ditimpa sebuah batu besar. Apalagi kalau ia berdiri tiba-tiba. Darah rendahnya langsung bereaksi dan bisa-bisa ia terkena vertigo.

"Kapan gue sembuh sih?"

Aliza menghela napas. Daripada tidak ada kerjaan seperti ini, mending ia menulis catatan pada buku diary-nya.

Hari ini rasanya sepi.
Datang membawa luka dan tak kunjung pergi.
Rasanya seperti ditusuk duri.
Bukan duri mawar atau bougenville.
Tetapi duri dari rasa tak enak hati.

Aliza, sahabat dari Alv

Tangan Aliza terhenti ketika hendak menuliskan kata yang selalu tercantum di bagian bawah setelah menuliskan sebait paragraf semu pencurah perasaannya. Mengingat-ingat dimana kenyataan Alvian adalah Satya, semakin membuat dirinya malu sekaligus syok berat.

Ia menggeleng. Ia menghela napas. Ia kembali melanjutkan menulis paragraf lain dibawahnya.

Kamu.
Kamu yang selalu hadir dalam mimpiku.
Kamu yang menjadi malaikatku.
Kamu yang datang dengan wajah lugu.
Hati yang murni dan sangat tulus.
Itulah kamu.
Kamu yang mau mengabulkan keingunan kecilku.

Ternyata hidup kita hanya gurauan.
Kamu datang disaat sudah dewasa.
Kamu kembali menjadi malaikatku.
Memenuhi keinginanku.
Memperhatikanku.
Tanpaku sadari.
Aku yakin kamu menelan kepahitan berkali-kali.
Tolong maafkan aku.

Aliza, sahabat dari Satya

Tanpa Aliza sadari air matanya menggenang saat ia merangkai kata murahan itu. Ia tak menyangka dirinya akan membawa perasaan sampai sejauh ini.

"Cih, apaan sih. Pakai acara nangis segala. Lemah lo Al." ejeknya pada diri sendiri. Melihat ke arah jendela, terpikirkan oleh Aliza untuk hujan-hujanan. Ia merasa, demamnya sudah mereda. Ia juga rindu bermain hujan-hujanan.

"Mumpung nggak ada orang, gue keluar ah."

Aliza menyibak selimutnya. Ia merentangkan tangannya dan menggeliat. Kepalanya tidak terlalu pusing seperti tadi pagi. Badannya juga lebih bugar namun wajahnya masih pucat.

Perlahan kakinya melangkah menyusuri tangga tanpa suara. Ia mengamati sekeliling rumah yang sepi karena hanya ada dirinya. Hingga ia sampai tepat di ruang tamu, ia menatap keluar jendela dengan agak sendu.

"Gerimis." ucapnya. Dirinya seakan tertarik keluar menikmati jatuhnya air ke bumi. Oleh karena itu ia memutuskan hal gila yang sama sekali tak diterima oleh logikanya sendiri.

"Maafkan Aliza Mom, Dad. Sepertinya Aliza harus melanggar aturan kalian sekali ini saja."

Aliza membuka pintu. Ia disambut oleh hawa dingin yang kentara saat keluar. Gerimis rintik-rintik menjadi hal yang cukup menenangkan untuk Aliza.

MY TOXIC BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang