HAPPY READING 🌻
KEEP VOMMENT°
Jika semua hal yang terjadi di dunia ini memiliki alasan yang jelas, kenapa rasa suka lo ke gue malah tidak beralasan? —Aliza yang penasaran.
Satya menghela napas. Aliza enggan memaafkannya meskipun ia sudah mengeluarkan jurus andalan. Seharusnya Satya yang merajuk melanjutkan aktingnya mengacuhkan Aliza. Namun kini malah sebaliknya.
Selepas aksi gombal menggombal di kelas, rupanya Aliza masih bersikap acuh. Bahkan lebih parah. Satya harus memutar otak. Tak mungkin ia terjebak dengan kemarahan Aliza selama ini.
Sementara Aliza tertimpa perasaan batin. Antara ia luluh atau tidak dengan rayuan Satya, hanya ia dan Tuhan yang mengetahuinya.
"Aliza, jangan jutek-jutek dong." ujar Stella menegur. Dahi Aliza berkerut.
"Apa?"
"Jangan jutek-jutek ke Satya. Cowok itu memang bajingan, tapi dia udah berusaha mencari maaf dari lo." jelas Stella menasehati.
"Apa gue salah jutekin dia?"
Stella menggeleng. "Bukan gitu maksud gue."
"Lalu?"
"Cobalah lo membuka sedikit aja celah untuk Satya masuk ke dalam hati lo. Siapa tahu dia memang tulus menyukai lo."
Aliza mengalihkan pandangannya. Hatinya berkata demikian, namun otaknya memikirkan hal berbeda. Kedua kinerja organ tubuhnya saling berlawanan.
"Al, coba kamu dengarkan dulu penjelasan Satya tentang kejadian kemarin."
Aliza bergelut dengan pikirannya. "Hm oke, gue tahu maksud lo."
Aliza merogoh ponselnya. Ia membuka aplikasi whatsapp dan menekan kontak Satya.
Satya.
Nanti sore bisa ketemu? |
| Nanti? Tentu. Cuman berdua apa sama Stella?
Berdua. |
| Oke sayang.
Aliza menonaktifkan ponselnya. Ia memegang kepalanya erat dan menyangganya. "Tapi gue nggak akan bisa menerima lo karena gue punya sebuah janji sama malaikat."
Aliza tahu meskipun konyol, janji tetaplah janji. Ia punya janji dengan orang yang disebutnya malaikat dalam buku hariannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TOXIC BOYFRIEND
Teen FictionSpin-off Science 7 Terjebak bersama tukang gombal yang berambisi menjadi pacarnya, hidup Aliza semasa SMA ternyata penuh ketidaktenangan. Terlebih lagi, lelaki itu sama sekali tidak peduli dengan amarahnya dan ketidaksukaannya. Hidup Aliza yang awal...