HAPPY READING 🌻
KEEP VOMMENT°
Ketika semesta ingin mempersatukan kita, kenapa kamu malah menolaknya? —Alvian Satya Wahyuda.
Aliza kini tampil cantik dengan balutan dress berwarna hitam pekat pilihannya yang dilengkapi pita dilingkar perut rampingnya. Dress lengan pendek diatas lutut itu terlihat pas ditubuhnya yang goals dan standar.
Mata hijaunya menyiratkan kekesalan yang tak bisa ia lampiaskan. Wajah pucatnya kini terlihat sedikit berbeda karena goresan lembut dan warna-warna yang cukup beragam. Walaupun hanya hitam dan pink samar.
Kukunya yang polos itu kini sudah berwarna putih dengan sparkle-sparkle kecil dan bintang. Hasil karya Fify, cantik dan rapi memang. Tapi Aliza tidak terlalu suka.
Ditambah ia dipaksa memakai high heels dan kalung berlian miliknya sendiri yang belum pernah ia pakai atas kehendak Agista. Semakin raut wajahnya dingin dan acuh. Menandakan raut tak suka.
Aliza menggerutu. "Pesta yang buruk, uh."
Aliza sebisa mungkin merunduk dan menghindari tatapan orang-orang. Ia merutuki Stella yang hilang entah kemana. Nasib sial kini menghampirinya dikala Ayahnya mengajak dirinya bersalaman dengan rekan bisnisnya.
"Kenalkan Aliza, ini teman Papa. Namanya Pak Ravan. Alizaku yang cantik, beri salam," ujar Ayahnya terdengar ramah. Aliza menatap orang itu sebentar dan merunduk anggun.
Sementara Ayah Aliza alias Pak Affandi, hanya tersenyum kikuk melihat putrinya yang cenderung kaku walaupun masih terlihat elegan.
"Waw Affandi, ini putrimu? Cantik sekali," puji beliau tersenyum lebar dan manis. Aliza tersenyum tipis.
"Bisa aja Van. Oh iya omong-omong, dimana putra kamu?"
Pak Ravan berdecak pelan. "Dia datang terlambat, dia itu susah banget diatur."
Pak Affandi termanggut-manggut "Bapaknya aja susah diatur, mantan gangster lagi. Apalagi anaknya," ujarnya membuat mereka kompak tertawa ringan. Pak Ravan lantas menepuk pundak Pak Affandi.
"Masih ingat saja kamu Fan. Jangan bahas itu lah, aku teringat sama Yuda nih."
Pak Affandi lantas berdehem sebentar. "Yuda masih hidup, dia ada disini bersama kita."
Aliza hanya menyimak. Ia tak ingin mengeluarkan sepatah kata. Mungkin, mendengarkan dongeng lebih bagus. Pikirnya.
"Masa iya? Dimana?"
Pak Affandi lantas menunjuk ke arah cowok tinggi jakun berjas hitam dan berdasi kupu kupu. "Itu Yuda kita."
Mata Aliza mengikuti arah yang ditunjukkan ayahnya sendiri. Otaknya mencerna perkataan ayahnya beberapa menit lalu. Yuda? Wahyuda maksudnya? Kebetulan sekali mirip dengan nama orang yang ia kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TOXIC BOYFRIEND
Fiksi RemajaSpin-off Science 7 Terjebak bersama tukang gombal yang berambisi menjadi pacarnya, hidup Aliza semasa SMA ternyata penuh ketidaktenangan. Terlebih lagi, lelaki itu sama sekali tidak peduli dengan amarahnya dan ketidaksukaannya. Hidup Aliza yang awal...