AYOOOO.
HAPPY READING。◕‿◕。
Hari terus berjalan semestinya, kini sudah terhitung satu minggu semenjak pernikahan Alleira dan Devan. Dan satu minggu juga mereka masih menetap di rumah bunda, karena Alleira tak mau pindah.
"F" seru Alleira saat memasuki kamar, dilihatnya Devan sedang selonjoran di atas karpet.
"Manggil gue?" Heran Devan, namanya menggunakan V, bukan F.
"Setan. Yaiyalah, gue manggil lo," lanjut Alleira duduk di sebelah Devan.
"Orang hamil, gak baik duduk di bawah," oceh Devan, entah mengapa akhir-akhir ini dia selalu cerewet masalah kehamilan Alleira.
"Duh, peraturan siapa tuh. Lagian, serah gue dong," sewot Alleira tak terima.
Devan menghela nafasnya pasrah, percuma menghadapi Alleira, tak ada ujungnya. "Nama gue Devan, bukan F"
"Nama lo kan Devan, gue sering manggil lo Evan, jadi gue ambil bagian depannya, F"
"Serah, Napa Lo manggil?"
"Lo tau rawon?"
"Rawon?," beo Devan
Alleira mengangguk semangat, "iya, makanan yang khas Malang ituloh"
Devan masih berpikir, ia tak pernah menjumpai makanan yang namanya rawon. Astaga.
"Kalo khas Malang carinya dimana?"
"Ganteng doang, otaknya kosong"
"Gue kalah pinter, kalah iman. Tapi kalo berantem, bisa di coba," ucap Devan menyunggingkan senyum.
Alleira menghela nafas jengah, semakin kesini, gue ngerti kalo Devan itu goblok batin Alleira.
Alleira mengusap perutnya, "Jangan sampe nih anak gedenya kek bapaknya"
Devan tersenyum saja menanggapi hal itu, ia teringat kalo Alleira membenci janinnya. Tapi sekarang, Alleira mulai merubah sikapnya. Alleira diam-diam sering mengajak ngobrol janinnya, menjaga pola makannya juga.
"Ngapain sih senyum-senyum, udah ayo cari rawonnya," seru Alleira kemudian berdiri.
"Ganti dulu!" Perintah Devan saat melihat Alleira hanya mengenakan daster di atas lutut.
Alleira menelusuri pakaiannya, tak ada masalah. "Udah lah, ini anak lo yang pengen rawon, bukan gue. Tinggal pakein jaket apa susahnya"
****
Seorang gadis cantik baru saja keluar dari sebuah minimarket, ia menenteng 1 kresek besar berisi beberapa camilan dan bahan dasar dapur.
Gadis itu kemudian masuk kedalam mobilnya. Ia mengemudikan mobilnya menuju sebuah rumah, namun bukan rumahnya.
Setelah sampai di halaman rumah tersebut, ia segera turun untuk menemui pemilik rumah. Ia membunyikan bel berkali-kali, namun tak ada yang membukakan pintu.
Ceklek
Akhirnya pintu terbuka, menampilkan sosok wanita yang cantik dan awet muda di usianya yang bisa dibilang cukup tua.
"Yura, apa kabar?" Tanya wanita itu dengan bersemangat.
"Yura baik Tante, Tante sendiri gimana?" Jawab gadis itu. Ya, gadis itu adalah Yura, sosok sahabat kecil Devan yang beberapa tahun lalu pindah ke Australia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berandal school is a good Papa
Подростковая литератураJadilah pembaca yang bijak! Kalo suka sama cerita ini, ngga usah di plagiat ya! Pernah berpikiran untuk di hamili oleh berandalan sekolah? Tanpa harus di pikirkan, kejadian itu dialami oleh Alleira Arshavinna Farras. Andai ia bisa mengulang waktu...