BSGP 25

26.8K 1.6K 275
                                    

Halo:) nungguin ya.

Bentar lagi lebaran, pas malem takbiran pada bingung mau gandeng siapa.
Lah aku, bingung mikirin besoknya dapet brp:)

Ada yang sama?

Happy Reading。◕‿◕。

Angin rooftop berhembus menerpa kulitnya, tetapi arah matanya menatap ke bawah. Indahnya malam di Jakarta, membuat hatinya sedikit terobati karena merasa bersalah telah menyiksa wanita yang ia sayangi.

Bodoh, ini semua karena cinta. Obsesi nya pada wanita itu membuatnya seperti psikopat. Bertahun-tahun lamanya ia memendam perasaannya, tapi dengan mudah wanitanya menjadi istri seseorang.

"Maaf, kamu jadi terluka," lirihnya sambil mencengkram pagar pembatas rooftop.

***

Alleira masih sama, diam memandang ke luar jendela ruangannya. Ia benci semua orang, mereka tak mau menolongnya. Jika saja mereka menyelamatkan dirinya dari dua orang itu, bayinya kini masih ada disini.

Ada yang menepuk pundaknya, dan orang itu adalah Devan. "Al, tidur ya, udah malem. Katanya mau cepet pulang, istirahat ya!"

"Untuk apa aku bertahan, jika duniaku telah pergi," balas Alleira tanpa mengalihkan pandangannya.

"Kita semua ada disini, ada untuk kamu. Kamu jangan kayak gini, jangan egois." Devan meraih tangan itu, namun Alleira menghempaskan tangan itu dan membentak Devan.

"Cukup! Aku udah cukup sabar ngadepin ini Devan. Aku udah nggak kuat, aku mau nyusul dia, aku mau sama dia."

Devan memeluk wanitanya yang kini sedang rapuh, ia akan menjaganya dan memperbaiki kesalahannya.

"Iya, aku tahu, tapi kamu harus ikhlas in dia. Kamu harus bisa!" Kata Devan berusaha memberi arahan kepada Alleira.

Tangisan Alleira semakin menjadi, Devan terus mengelus punggung Alleira agar tenang. Namun tetap saja. Saat Alleira seperti ini, ia juga merasakan bahwa dunianya juga hilang.

Dokter Maya yang hendak memeriksa Alleira harus ikut menenangkannya. Terpaksa ia harus menyuntikkan obat tidur pada Alleira.

"Jangan terlalu memaksa dia untuk mengikhlaskan kepergian bayinya, maka dia akan kepikiran terus menerus dan hal yang tak diinginkan bisa terjadi." Ujar dokter Maya.

Devan mengangguk, dirinya ingin Alleira kembali seperti dulu lagi. Tanpa ada masalah yang menghampiri mereka.

Pintu ruangan terbuka, ada kak Diva dan Derrin. Mereka datang karena baru saja di kabari oleh Devan. Seperti biasa, Pram dan Tira tidak bisa hadir karena mengurus pekerjaan. Bahkan kabar ini saja mungkin mereka belum tau.

"Kak, gimana keadaan kak Alle?" Tanya Derrin. Walaupun mereka jarang bertemu, tapi Derrin begitu menyayangi kakak iparnya ini.

"Kak Alle lagi istirahat, kamu jagain sebentar ya, kak Dev mau ngomong sama kak Diva," jawab Devan mengelus rambut Derrin.

Bocah enam tahun itu mengangguk, kemudian ia duduk di kursi yang diduduki Devan sebelumnya.

***

Sekolah, ia sangat benci sekolah. Karena bersekolah, sama saja ia jauh dari wanitanya. Tetapi ini kemauan Alleira, mulai sekarang ia akan menurutinya meski berat baginya.

Saat di parkiran, ia bertemu dengan Azel, rivalnya. Entah mengapa setiap melihat Azel, Devan ingin menghabisinya.

"Santai dong, mau di congkel tuh bola mata?" Celetuk Azel dari belakang Devan.

Berandal school is a good PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang