BSGP 24.

23.8K 1.9K 894
                                    

Kambek nih:) nungguin ya:)

Gacor parah kalian:) gaada sehari langsung tembus komennya:) suka deh:)

Happy Reading。◕‿◕。

Lorong rumah sakit menjadi saksi atas luruhnya air mata Devan. Lemah, Devan sangat lemah. Ia menangis tersedu-sedu karena Alleira harus mengalami ini semua.

Andai ia bisa mengulang waktu, ia tak akan jauh-jauh dari Alleira. Karena kecerobohannya, ia harus kehilangan janin yang di kandung Alleira.

Bugh...

Tembok itu menjadi pelampiasannya, bahkan jari-jarinya berdarah. Sungguh, ia ingin menghabisi dua orang itu sekarang juga.

"Bangsat! Kalo gue kehilangan bayi gue, orang itu harus kehilangan nyawanya!" Monolog Devan sambil berkali-kali sebagai pelampiasannya.

"Emang lo tau siapa orangnya?" Tanya Allard tiba-tiba muncul di belakang Devan.

"Yang salah disini itu lo, kalo aja lo gak mentingin wanita itu, adek gue gak bakalan kehilangan bayinya!" Lanjut allrad mencengkram jaket yang di kenakan Devan.

Devan pasrah, ini memang kesalahannya. Mungkin saja jika ia menomorduakan Yura, bayinya akan baik-baik saja.

Allard memukul Devan, membuat Devan tersungkur ke lantai.
Ia menyeka darah di sudut bibirnya, kemudian ia berdiri dan mendekati Allard.

"Thanks, bang. Gue pantes dapet pukulan itu," ujar Devan seraya tersenyum. 

"Iya, emang pantes banget lo dapet itu!" Kemudian Allard pergi dari sana, meninggalkan Devan sendiri.

Seperginya Allard dari sana, Devan masih diam. Ia tak tau bagaimana caranya mengatakan kepada Alleira bahwa mereka kehilangan bayinya. Apakah Alleira akan membencinya dan meninggalkannya?

***

Saat berada di mobil, Alleira merasa perutnya sakit sekali. Tiba-tiba darah mengalir di pahanya. Alleira yang tak kuat menahan rasa sakit itu pingsan seketika.

Devan yang memangku kepalanya langsung panik, ia menepuk pipi Alleira untuk melihat kesadarannya.

"Al, bangun! Alleira, bangun Al!" Ujar Devan sambil menepuk pipi Alleira.

Allard yang sedang menyetir di depan menoleh ke belakang untuk memastikan, "Alleira kenapa?"

"Pingsan, bang. Darah, dia ngeluarin darah bang."

Allard pun menginjak pedal gas lebih dalam, ia tak peduli dengan umpatan yang di lontarkan pengguna jalan kepadanya, karena Alleira sedang tidak baik-baik saja.

Sesampainya di rumah sakit, Alleira di baringkan di sebuah brankar dan di dorong menuju UGD. Kondisinya parah.

Setelah ± setengah jam dokter itu berkutat dengan alat medis untuk menangani Alleira, dokter itu keluar juga. Membuatnya harus di cerca berbagai pertanyaan oleh Devan.

"Gimana keadaan nya dok?" Tanya Devan dengan tak sabaran.

"Siapa suami pasien?"

"Saya, dok" tunjuk Devan pada dirinya sendiri.

Mengetahui jawaban itu, dokter yang ber name tag Maya itu sedikit tak percaya. Apa mereka berdua sedang bercanda.

"Saya serius, siapa diantara kalian sebagai suami pasien?" Tanya dokter Maya sekali lagi untuk memastikan.

"Saya dok, saya," kekeh Devan menunjuk dirinya.

"Iya, dia suami adik saya, dok." Final Allard menengahi perdebatan ini.

Berandal school is a good PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang